Adhyatman Prabowo, S.Psi., M.Psi. psikolog dan dosen Fakultas Psikologi UMM (Foto: Istimewa)
Malang (beritajatim.com) – Baru-baru ini terjadi kasus pembunuhan dengan mutilasi yang dilakukan seorang suami pada istrinya. Kasus tersebut cukup menggemparkan publik. Menanggapi hal ini, Adhyatman Prabowo, S.Psi., M.Psi. psikolog dan dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menyampaikan bahwa media memberi efek terhadap seseorang untuk meniru kejahatan serupa.
Menurut Adhyatman, pemberitaan media massa sangat kecil kemungkinan membuat orang dewasa meniru atau menjadikan motivasi bertindak untuk hal serupa. Dalam teori sosial learning Albert Bandura, manusia mengambil informasi dan memutuskan tingkah laku yang akan diadopsi berdasarkan lingkungan dan tingkah laku orang lain disekitarnya.
“Namun teori tersebut berlaku untuk anak-anak yang belum bisa menyaring segala informasi yang didapatkan dari media sosial atau media massa dengan benar dan bijak,” ungkap dosen UMM ini, Senin (8/1/2024) siang.
Teori sosial learning tidak berlaku bagi orang dewasa yang sudah dibekali pengetahuan, cara berpikir, dan norma sosial yang secara otomatis menyaring berbagai informasi serta sudah dapat memutuskan mana yang baik dan tidak baik.
Secara umum, kata Adhyatman, ada 2 motif atau perilaku individu saat mengalami kejadian yang mendadak dan alasan seseorang bisa melakukan pembunuhan hingga memutilasi korban. Pertama, pelaku ingin menghilangkan barang bukti atau tidak ingin memperlihat dia membunuh dengan melakukan pemotongan tersebut.
“Bisa dikatakan itu murni sikap untuk membela diri, karena bisa jadi awalnya pelaku tidak berniat membunuh namun korban sudah terlanjur kehilangan nyawa. Kedua, faktor psikologi seperti traumatis, seksual, dan permasalahan yang belum selesai,” ujarnya.
Dalam psikologi, permasalahan keluarga bisa disebabkan oleh banyak hal. Misalnya akibat stres dan tekanan hidup yang dialami. Maka dari itu, peran komunikasi sangat penting dalam menjalin hubungan. “Jika komunikasi antar pasangan terjalin dengan baik, maka saat mengalami permasalahan dalam rumah tangga kedua belah pihak bisa mengambil keputusan secara rasional tanpa emosional,” tuturnya pada beritajatim.
Adi, sapannya, berpesan untuk memahami pentingnya menjaga kesehatan mental. Secara sederhana, kesehatan mental diawali cara berpikir, mengelola emosi, bersosial, dan berperilaku. Jika ada masalah dengan pasangan ataupun keluarga, sebaiknya segera diselesaikan. Masalah yang ditunda tanpa adanya penyelesaian akan menjadi rumit dan akhirnya sulit untuk diatasi.
Lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitar juga penting. Seperti mengikuti kegiatan positif atau saling sharing kepada orang terdekat yang dipercaya. “Tujuannya untuk sedikit mengalihkan atau mengurangi beban yang sedang dialami. Ini bisa menjauhkan diri dari hal-hal negatif pemicu kejahatan,” katanya menutup. (dan/kun)