Proses persemian CoE PLTS UMM
Malang (beritajatim.com) – Sebagai cara meningkatkan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) meresmikan laboratorium PLTS berkapasitas 5,82 kWp. Peresmian tersebut sudah berlangsung pada akhir November lalu yang dihadiri tim dari perusahaan manufaktur inverter dari Taiwan Goodwe Technologies Co Ltd serta Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Kedua perusahaan tersebut memberi dana corporate social responsibility. Laboratorium ini dibangun dalam waktu kurang dari tiga minggu atas bantuan dari PT. Adidaya Renewable Energy dan PT. Jayatama Adi Sentosa sebagai kontraktor utama. Laboratorium ini merupakan bagian dari program Center of Excellence (CoE) UMM.
Penanggungjawab CoE PLTS Basri Noor Cahyadi, MSc mengungkapkan bahwa laboratorium ini punya sederet tujuan khusus. Salah satunya yaitu untuk menunjang praktikum mahasiswa CoE PLTS. Bahkan akan dijadikan sebagai tempat uji kompetensi skala P3 baik itu mahasiswa dan masyarakat umum yang hendak mendapatkan sertifikasi profesi.
“Laboratorium ini juga menjadi pusat energi baru terbarukan, khususnya pada penguatan CoE PLTS. Kami berharap akan muncul berbagai inovasi baru seperti penelitian di solar charge controller hingga battery management,” tandasnya pada Rabu (21/12/2022).
Sementara itu, Richard Merchury, Country Sales Manager Goodwe Indonesia menjelaskan jika pembangunan laboratorium ini sangat bagus. Apalagi melihat ekosistem PLTS di Indonesia masih tergolong baru. Sehingga banyak kesempatan, baik dari sisi bisnis ataupun lapangan kerja. “Kesempatan akan datang kepada orang yang sudah mempersiapkan diri. Dan Kampus Putih UMM sudah menyiapkan PLTS dengan sangat baik,” tandasnya.
Keberadaan laboratorium PLTS ini dinilai strategis untuk membangun kompetensi mahasiswa teknik elektro. Utamanya pada bidang perencanaan, pemasangan dan operasional. Selain itu, upaya perawatan terkait PLTS tentu dibutuhkan.
“Pada sisi bisnis, energi surya bernilai cukup menjanjikan meski masyarakat awam masih belum banyak mengerti. Ditambah lagi dengan ketidaktahuan tentang regulasi pemerintah mengenai penggunaan PLTS,” tukas Richard.
Menurut Alwan Zanuar selaku engineer dari PT. Adidaya Renewable Energy, laboratorium ini mampu mendorong mahasiswa untuk lebih tahu bagaimana memasang dan mendesain sebuah PLTS. Sehingga, lahan eksplorasi mahasiswa bisa meningkat.
Bahkan menurut dia, laboratorium ini bisa dikembangkan dan diintegrasikan dengan pembangkit yang lain. Apalagi melihat potensi renewable energi dan green energy semakin maju dan masif. “Semoga mahasiswa bisa mempelajari banyak hal terkait PLTS di laboratorium ini. Pun agar bisa memberi pemahaman lebih kepada masyarakat awam bahwa PLTS bisa menjadi alternatif yang baik. Bukan hanya bagi mereka, tapi juga bagi lingkungan,” jelasnya. (dan/kun)