Jejak Biografis Tokoh Legendaris dalam Ilmu Hadits

Author : Humas | Kamis, 09 Maret 2023 08:52 WIB | Bhirawa - Bhirawa

Judul Buku : Imam al-Bukhari Biografi Lengkap Imam Hadits Terkemuka
Penulis : M Kamalul Fikri
Penerbit : Laksana, Yogyakarta
Cetakan : Pertama, 2022
Tebal : 193 halaman
ISBN : 978-623-327-224-7
Peresensi : Ahmad Fatoni, Pengajar PBA-FAI Universitas Muhammadiyah Malang

‘Amirul Mukminin fil Hadits’. Itulah julukan yang didaulatkan oleh para ulama kepada Imam Bukhari. Saya sepenuhnya sepakat dengan julukan itu, bahwa ulama besar yang pernah hidup di abad ke-9 M itu layak digelari sebagai “Pemimpin Kaum Mukmin dalam Ilmu Hadits”. Betapa tidak. Hampir seluruh ulama merujuk kepada kitab kumpulan hadits sahih yang disusunnya. Para ulama pun bersepakat, kitab Shahih al-Bukhari sebagai kitab paling otentik setelah al-Quran.

Imam Bukhari bahkan dinilai sebagai perintis dalam menulis kitab hadits yang memuat berbagai cabang keilmuan. Menurut ad-Dihlawi, pada masa awal pembukuan hadits, ada empat model penulisan yang jamak dilakukan oleh ulama hadits, yakni penulisan yang membahas persoalan fiqh seperti Al-Muwattha’ karya Imam Malik, tafsir seperti karya Ibnu Juraid, sejarah seperti Al-Maghazi wa as-Siyar karya Muhammadi ibnu Ishaq, zuhud dan ibadah seperti karya Ibnu Mubarak (hal.14-15)

Imam Bukhari adalah orang pertama yang begitu serius menyeleksi hadits berdasarkan kualitas dengan kriteria yang sangat ketat (hlm.15). Hal ini disebabkan karakteristik keshahihan dalam kitab Shahih Bukhari. Demikian pula syarat yang diterapkannya lebih sempurna.

Bagi Imam Bukhari, sebuah hadis dapat dinyatakan shahih jika memenuhi 4 syarat. Pertama, periwayatan sanadnya tidak terputus. Kedua, perawinya harus memenuhi kriteria yang paling tinggi dalam hal watak pribadi, keilmuan, dan standar akademis. Ketiga, adanya informasi positif tentang para perawi yang menerangkan bahwa mereka saling bertemu muka. Keempat, bagi tokoh seperti Nafi’ dan Zuhri misalnya, maka murid-murid yang meriwayatkan hadits harus tergolong dalam kategori pertama, yaitu mereka banyak bergaul dengan guru.

Buku ini membedah secara menyeluruh segala hal tentangImam Bukhari, mulai dari riwayat hidupnya, mazhab yang dianutnya, karya-karyanya, spesialisasinya, nasihat-nasihatnya, hingga pemikirannya. Dengan mengacu pada sumber yang terpercaya, buku biografi tentang Imam Bukhari ini diharapkan dapat menyemarakkan diskusi publik, terutama dalam kajian ilmu hadits.

Imam Bukhari memiliki nama lengkap Muhammad Ibnu Ismail Ibnu Ibrahim Ibnu al-Mughirah Ibnu Bardizbah al-Bukhari. Ia justru lebih dikenal dengan nama tanah kelahirannya, Bukhara (sekarang masuk dalam wilayah Uzbekistan). Lantas Masyarakat muslim pun biasa memanggilnya Imam Bukhari.

Imam Bukhari terlahir pada hari Jumat, 13 Syawal 194 H bertepatan dengan 20 Juli 810 M. Sejak kecil ia hidup dalam keprihatinan. Alkisah, Bukhari cilik tak bisa melihat alias buta. Sang bunda tak pernah berhenti berdoa dan memohon kepada Allah untuk kesembuhan penglihatan puteranya. Sang Khalik pun mengabulkan doa-doa sang ibu. Secara menakjubkan, kala menginjak usia 10 tahun, penglihatan bocah yang kelak menjadi ulama terpandang itu kembali normal.

Ayah Imam Bukhari bernama Ismail Ibnu Ibrahim adalah seorang ahli hadits yang terpandang pada masanya. Ismail merupakan salah seorang murid dari Imam Malik ibnu Anas. Sang ayah tutup usia saat Imam Bukhari masih belia. Meski hidup sebagai anak yatim yang hidup serba pas-pasan, Bukhari muda tak pernah putus asa. Ia menghabiskan waktunya untuk belajar dan belajar, tanpa merisaukan masalah keuangan.

Pada tahun 210 H, Imam Bukhari bersama ibu dan saudaranya menunaikan ibadah haji. Pesona kota Mekah dengan ulama-ulama ilmu hadits yang mumpuni, membuatnya betah dan tidak langsung kembali ke negeri asal bersama ibu dan saudaranya. Imam Bukhari tak berhenti belajar hanya pada satu guru. Siapa pun yang dipandangnya memiliki kapasitas dalam keilmuan hadits, akan dijadikannya sebagai guru. Ada lebih dari 1.000 guru yang menjadi tempatnya menuntut ilmu.

Di kota kelahiran Rasulullah itu, Imam Bukhari mulai merintis jalan untuk meneliti dan menyaring hadits. Atas dorongan gurunya, Ishaq Rahawaih, ia berhasil memperoleh prestasi besar dalam pengumpulan hadits-hadits shahih dengan menerapkan seleksi yang amat ketat dan waktu yang cukup panjang.

Hadits-hadits yang ia kumpulkan kemudian membawa dirinya menjadi pemuka ahli hadits sepanjang zaman. Dalam kumpulan kitab Shahih al-Bukhari, Imam Bukhari memasukkan sekitar 9.082 hadits dari 100 ribu hadits yang telah dihafalkan dan 600 ribu hadits yang beredar di tengah masyarakat. Kendati demikian, kitab tersebut mendapat respon yang beragam berupa penjelasan, ringkasan, komentar atau kritik dari para ulama, baik yang hidup sezaman dengan Imam Bukhari maupun jauh setelah ia berpulang ke rahmatullah.

Dalam usia 62 tahun kurang 13 hari, Imam Bukhari berpulang ke rahmatullah pada malam Sabtu atau malam Idul Fitri ketika shalat Isya. Dia dimakamkan pada hari Idul Fitri usai shalat zuhur tahun 256 H di pemakaman daerah Khartank, Uzbekistan. Rasa duka menyelimuti lautan manusia yang menyalati jenazahnya serta mengiringi pemakamannya.

Begitulah jejak biografis ulama hadits legendaris asal kota lautan ilmu, Bukhara. Hingga kini, ulama-ulama hadits memandang kitab Shahih al-Bukhari memiliki nilai paling tinggi dibanding kumpulan kitab-kitab hadits lainnya. Karya tersebut begitu monumental bak cahaya yang telah menerangi perjalanan hidup umat Islam.

Sumber: harianbhirawa.co.id/jejak-biografis-tokoh-legendaris-dalam-ilmu-hadits/
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Berita Terpopuler