Foto: Corbis via Getty Images/Steven Gottlieb
- Dalam dunia medis, dikenal istilah stunting. Stunting adalah gangguan pertumbuhan yang disebabkan masalah kurang gizi.
Stunting biasa terjadi pada bayi maupun anak-anak yang kurang mendapat asupan nutrisi yang seimbang selama masa pertumbuhannya.
Untuk kamu yang penasaran, mari belajar bersama-sama penyebab, gejala, dan cara mencegah terjadinya stunting berikut ini.
Menurut Kementerian Kesehatan, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kurang gizi dalam waktu lama.
Stunting menyebabkan anak-anak kesulitan mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Biasanya, anak-anak stunting lebih pendek dibandingkan anak normal.
Menurut WHO, stunting adalah gangguan tumbuh kembang yang dialami anak-anak akibat adanya gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang kurang memadai.
Stunting pada anak bisa menyebabkan hal-hal berikut.
Menurut karya tulis ilmiah karya Eva Erviana Lili Astuti yang dikutip dari repository Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta, anak stunting cenderung memiliki IQ (intelligence Quotient) yang lebih rendah dibanding anak-anak lain pada umumnya.
Stunting biasanya dialami bayi di bawah usia 5 tahun dan baru terlihat ketika usianya mencapai 2 tahun.
Stunting adalah masalah kurang gizi untuk periode yang cukup lama sehingga dapat menghambat pertumbuhan buah hati.
Terdapat beberapa hal yang mendorong terjadinya stunting. Dilansir dari karya tulis milik Iklima Muthi Afifah yang dikutip dari repository Universitas Muhammadiyah Malang, penyebab stunting adalah sebagai berikut.
Bayi yang lahir dengan berat di bawah 2.500 gram berpotensi mengalami stunting, bahkan sampai kematian, apabila tidak ditangani dengan baik. Anak dengan BBLR memiliki antropometri yang kurang baik.
Menurut penelitian yang dilakukan Ernawati et al, 22% dari bayi dengan BBLR mengalami stunting dalam masa pertumbuhannya. Tidak hanya itu, bayi dengan BBLR juga lebih rentan terhadap penyakit, seperti:
ASI merupakan asupan nutrisi yang penting bagi buah hati. ASI eksklusif diberikan pada usia 0-6 bulan.
Setelahnya, maka orang tua wajib memberikan MP (makanan pendukung) ASI dalam jumlah dan frekuensi tertentu untuk mencukupi gizi bayi.
Pemberian ASI eksklusif ini perlu diperhatikan karena berperan penting dalam pertumbuhan buah hati.
Kurang gizi biasanya terjadi ketika pemberian ASI eksklusif dihentikan dan orang tua bingung menentukan asupan gizi yang sesuai untuk buah hati.
Pengetahuan orang tua, khususnya ibu, akan gizi yang seimbang sangat menentukan pertumbuhan buah hati dan status gizinya. Anak-anak yang makan makanan kurang gizi tentu akan terhambat pertumbuhannya.
Untuk itu, orang tua harus memiliki pengetahuan yang memadai terhadap gizi dan nutrisi. Dalam hal ini, keinginan seorang ibu untuk belajar dapat mempengaruhi tumbuh kembang si kecil.
Pemenuhan gizi yang seimbang tak bisa lepas dari faktor ekonomi keluarga. Jumlah makanan yang tersedia sangat ditentukan oleh kondisi sosial ekonomi sebuah keluarga.
Pendapatan yang rendah menyulitkan orangtua memberikan makanan yang sehat dan bergizi untuk anaknya.
Anak yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah biasanya mengkonsumsi makanan dengan kuantitas, kualitas, dan variasi yang rendah. Hal ini bisa mengakibatkan anak-anak mengalami stunting.
Hygiene dan sanitasi adalah hal penting yang menentukan kondisi asupan gizi seorang anak. Makanan yang mengandung bakteri dan kotoran tentunya tidak baik bagi kesehatan buah hati.
Anak-anak bisa muntah, sakit perut, demam, bahkan sampai mengidap penyakit berbahaya seperti peradangan usus.
Untuk itu, akses terhadap makanan dan air bersih sangat penting untuk disediakan demi pertumbuhan anak-anak.
Menurut e-book Stunting dan Pencegahannya karya Paskalia Tri Kurniati, SST., M. Kes dan Sunarti, SKM., M. Kes, gejala stunting adalah sebagai berikut.
Salah satu gejala bayi dengan stunting adalah pertumbuhannya yang melambat. Biasanya pertumbuhannya bisa di bawah batas bawah kecepatan tumbuh, yakni 5 cm/tahun.
Selain itu, pada bayi baru lahir, ciri-ciri stunting terlihat dari keterlambatan tumbuh intra uterin, umumnya terlihat dari kelenjarnya yang tidak sempurna. Kecepatan tumbuh tinggi badan juga kurang dari 4 cm per tahun.
Terlambatnya anak-anak memasuki masa pubertas juga bisa menjadi salah satu gejala stunting. Usia pubertas anak-anak adalah sebagai berikut.
Menurut e-book kenali Stunting dan Pencegahannya karya Dr. Deswita M. Kep., Ns. Sp. Kep.An, Fitra Yeni, S. Kp., MA, dan Ira Mulya Sari, M. Kep., Ns. Sp. Kep.An, salah satu ciri anak-anak stunting adalah sikapnya yang pemalu.
Mereka lebih sering diam dan tidak suka melakukan kontak mata, terutama di usia 8-10 tahun.
Memiliki wajah yang awet muda adalah salah satu tanda stunting. Apabila si kecil terlihat jauh lebih muda dibandingkan usianya, sangat mungkin si kecil mengalami gangguan nutrisi yang berujung pada stunting.
Gejala umum dari stunting adalah anak yang berbadan lebih pendek dibandingkan anak seusianya. Proporsi tubuh si kecil cenderung normal, tetapi ia terlihat lebih kecil untuk anak seumurnya.
Untuk lebih jelasnya, ciri-ciri umum anak dengan stunting adalah sebagai berikut.
Dilansir dari e-book Stunting dari Teori dan Bukti ke Implementasi ke Lapangan karya Endy P. Prawirohartono, dampak stunting adalah sebagai berikut.
Anak-anak dengan stunting cenderung memiliki risiko terkena penyakit infeksi yang lebih tinggi dibandingkan anak-anak pada umumnya. Beberapa penyakit infeksi tersebut antara lain:
Selain penyakit infeksi, anak-anak dengan stunting juga dapat mengalami gangguan kekebalan tubuh dan sistem metabolisme sehingga berisiko terkena penyakit degeneratif seperti:
Dampak stunting ini dapat dirasakan oleh semua kalangan, baik oleh bayi, anak-anak, maupun remaja.
Stunting yang dialami oleh remaja adalah dampak dari stunting yang tidak ditangani dengan benar di masa kecil.
Semakin sering si kecil jatuh sakit, maka biaya yang dikeluarkan untuk mengobatinya pun semakin tinggi. Hal ini bisa berdampak pada kondisi ekonomi keluarga.
Salah satu dampak stunting adalah kematian. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya massa otot atau lemak pada tubuh.
Istilah stunting sering kali dihubungkan dengan fenomena wasting, yakni fenomena anak terlalu kurus. Wasting juga berbahaya bagi buah hati karena bisa menyebabkan timbulnya penyakit berbahaya.
Sebuah survei dilakukan di 51 negara dan melibatkan 1,7 juta anak-anak pada tahun 1992 hingga 2015.
Survei tersebut menunjukkan anak yang menderita stunting dan wasting mempunyai risiko kematian yang paling tinggi, dibanding hanya mengidap stunting saja atau wasting saja.
Dari survei tersebut dapat dilihat bahwa ada interaksi efek yang kuat antara wasting dan stunting. Oleh sebab itu, pencegahan sebaiknya tidak hanya dilakukan terhadap stunting, melainkan pula terhadap wasting.
Dampak lain dari stunting adalah terhambatnya perkembangan secara kognitif, motorik, dan kemampuan verbal. Dengan demikian, stunting tidak hanya aspek fisik pertumbuhan.
Menurut e-book Stunting, Malnutrisi, Edukasi Gizi Remaja Masa Kini karya Vilda Ana Veria Setyawati dan Arif Kurniadi, sel otak membutuhkan nutrisi dan status gizi yang normal untuk bisa terus berkembang menuju kematangan.
Anak-anak dengan stunting tidak dapat mencapai perkembangan otaknya karena gizinya tidak terpenuhi. Dengan demikian, perkembangan kognitif, motorik, dan verbal anak bisa terganggu.
Tinggi badan yang lebih rendah dibandingkan anak-anak lain bisa membuat anak stunting kehilangan kepercayaan dirinya. Hal ini umumnya dirasakan oleh remaja stunting.
Ketika berdiri di sebelah temannya, akan terlihat jelas perbedaan tinggi anak dengan stunting dan anak normal.
Oleh sebab itu, anak remaja juga perlu diberi edukasi mengenai pentingnya gizi dan stimulasi yang tepat bagi tubuh.
Melihat dampaknya yang tidak baik bagi pertumbuhan, stunting tentu harus dicegah. Menurut laman resmi IDAI, cara mencegah stunting adalah sebagai berikut.
Upaya pencegahan stunting diawali sejak masa kehamilan. Beberapa hal yang dapat dilakukan ibu hamil untuk mencegah stunting adalah sebagai berikut.
Ketika si kecil telah lahir, maka berikut beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting.
Pemeriksaan tumbuh kembang anak sebaiknya dilakukan secara rutin, yakni dengan mengunjungi dokter, puskesmas, atau posyandu dengan jadwal sebagai berikut.
Bayi sebaiknya diberikan ASI eksklusif yang mencukupi hingga ia berusia 6 bulan. Kemudian dilanjutkan dengan memberi MP ASI (Makanan Pendamping ASI) dari bahan-bahan yang sehat dan bergizi.
Anak yang sering sakit cenderung terhambat tumbuh kembangnya dan berisiko mengalami stunting.
Dengan memenuhi seluruh imunisasi dasar yang diwajibkan, dapat membantu menjaga daya tahan tubuh si kecil dan mencegahnya dari berbagai penyakit.
Itulah dia beberapa hal seputar stunting, mulai dari pengertian, dampak, penyebab, hingga cara mencegahnya.
Stunting adalah gangguan nutrisi yang buruk bagi pertumbuhan buah hati. Untuk itu, penuhi nutrisinya sejak dini agar si kecil terhindar dari risiko stunting.