Ngalam Mbois: Mahasiswa Malang Bikin Alat Deteksi Dini Rematik Pakai Kuku

Author : Humas | Senin, 19 Agustus 2024 13:04 WIB | Detik Jatim - Detik Jatim

Mahasiswa UMM bikin alat pendeteksi rematik pakai kuku

Mahasiswa UMM bikin alat pendeteksi rematik pakai kuku/Foto: Dokumentasi UMM

Malang - 

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menciptakan sebuah inovasi di bidang kesehatan. Mereka membuat alat pendeteksi dini penyakit rheumatoid arthritis atau rematik melalui kuku.

Penyakit rematik merupakan penyakit autoimun dengan gangguan peradangan jangka panjang pada sendi. Pada umumnya, penyakit ini sering diderita oleh lansia. Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan orang dewasa ataupun remaja juga dapat terserang penyakit ini.

Mahasiswa yang menciptakan alat pendeteksi dini penyakit rematik itu adalah Nuri Vhirdausia, Frenischa Yincenia W, dan Desta Karina. Ketiganya merupakan mahasiswa Program Studi (Prodi) Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes), serta ada juga Abi Mufid Octavio dan Muhammad Lutfi yang merupakan mahasiswa Prodi Teknik Mesin Fakultas Teknik (FT).

Abi Mufid Octavio menjelaskan, ketika penyakit rematik ini sudah memasuki masa akut, hal ini menjadi tidak dapat disembuhkan hingga dapat berpotensi menyebabkan kelumpuhan.

Baca juga:Ngalam Mbois: Mahasiswa UMM Bikin Krim Anti Kerut untuk Cegah Penuaan

Maka, perlu adanya identifikasi sedini mungkin untuk mengetahui seseorang berpotensi terkena penyakit rematik atau tidak.

Dari situ, Abi bersama 4 mahasiswa lain membuat alat pendeteksi rematik melalui kuku. Alat tersebut bekerja dengan menganalisis kondisi kuku, mulai dari tekstur, ridging atau berlubang, kuku menguning, rapuh dan pendarahan serpihan.

Yang mana, kondisi visual tersebut tidak dapat dilihat secara langsung lewat mata telanjang. Selanjutnya, jika ditemukan indikasi rematik, maka akan dilakukan observasi lebih lanjut dengan dokter.

"Indikasi rematik itu ada banyak, dan alat kami bertugas untuk memvisualisasi hasil dari kuku yang telah difoto untuk diidentifikasi lebih lanjut," terangnya kepada wartawan, Senin (19/8/2024).

Tentu, setiap inovasi yang dibuat pasti mengalami kesulitan dalam pengembangannya, itu juga berlaku bagi Abi bersama dengan timnya. Ia mengaku perlu waktu lebih dari satu bulan untuk mengembangkan inovasi tersebut. Ke depan, alat tersebut juga akan dibuat secara massal, untuk menambah ragam inovasi dalam dunia kesehatan.

Baca juga:Ngalam Mbois: Berawal dari Otodidak, Luwky Jadi Visual Jockey Kelas Dunia

"Dengan biaya produksi sebesar Rp 7 juta, menurut kami itu nilai yang kecil untuk inovasi di dunia kesehatan. Ke depan kami akan menjalin kerjasama dengan perusahaan yang nantinya dapat di komersialkan," ungkapnya.

Alat ini sudah diujicobakan kepada lebih dari 100 sampel dan mendapatkan respons yang positif. Sampel yang diambil juga berasal dari berbagai golongan, baik remaja hingga lansia.

"Sampel kami ada banyak mulai dari remaja, dewasa, dan lansia. Setelah menggunakan alat kami untuk deteksi dini, kemudian melakukan re-check lebih lanjut ternyata didapati hasil yang efektif," kata dia.

Abi berharap, lewat inovasinya bersama tim, dapat memberikan warna baru dalam dunia kesehatan. Warga dapat mengidentifikasi sejak dini gejala dari penyakit rematik. Dengan begitu, pasien dapat segera mendapat penanganan lebih lanjut.

Sumber: https://www.detik.com/jatim/jatim-moncer/d-7497307/ngalam-mbois-mahasiswa-malang-bikin-alat-deteksi-dini-rematik-pakai-kuku
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Arsip Berita

Berita Terpopuler