Cerita Dosen UMM, Kuliah di Jepang Sambil Teliti Limbah Tahu untuk Listrik

Author : Humas | Rabu, 02 November 2022 09:30 WIB | Detik News - Detik News

Mochammad Wachid, STP. Msc., seorang dosen (https://www.detik.com/tag/dosen) Teknologi Pangan asal Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang tengah menempuh studi doktoral di University of Miyazaki Jepang

Foto: Doc. UMM/Dosen UMM kuliah doktoral di Jepang

Jakarta - Kisah inspiratif datang dari Mochammad Wachid, STP. Msc., seorang dosen Teknologi Pangan asal Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang tengah menempuh studi doktoral di salah satu kampus Jepang, yaitu University of Miyazaki.
Mengenyam pendidikan di negeri orang tidaklah mudah, pria yang akrab disapa Wachid itu sempat mengalami culture shock terhadap suhu dan cuaca di Jepang. Meski begitu, ia berhasil beradaptasi di negeri Sakura itu.

"Alhamdulillah setelah melewati beberapa bulan, kami bisa beradaptasi. Tapi ada satu kekurangan yang masih saya miliki yakni kendala bahasa," tuturnya dikutip dari laman resmi kampus UMM pada Selasa (1/11/2022).

"Meski sudah berusaha belajar bahasa Jepang, tapi saya masih cukup kesulitan. Apalagi tidak semua orang Jepang bisa bahasa Inggris. Jadi saya harus membawa gawai untuk menerjemahkan," imbuhnya.

Teliti Limbah Tahu Menjadi Listrik
Saat studi doktoral di Jepang, Wachid melakukan penelitian tentang pemanfaatan limbah tahu yang diubah menjadi listrik dengan menggunakan fuel cell. Nantinya, metode fermentasi dari pengolahan limbah tahu akan menghasilkan listrik.

Kini, ia tengah meneliti dengan dua sampel limbah dari Indonesia dan Jepang menggunakan metode pengolahan limbah yang menghasilkan energi.

Wachid juga menjelaskan terkait perbedaan tahu di Jepang dan Indonesia. Tahu Jepang menggunakan garam yang tidak asin untuk membantu proses penggumpalan, sedangkan di Indonesia memakai asam.

Sistem Unik Perkuliahan di Jepang
Selain meneliti limbah tahu, pria asli Lumajang ini turut menceritakan tentang sistem perkuliahan di Jepang yang unik. Di sana, para dosen didorong untuk mengenal dan mengetahui calon mahasiswanya. Bahkan, dosen langsung menyeleksi calon mahasiswa sendiri.

"Di sini, mereka yang ingin melanjutkan pendidikan doktoral maupun magister harus kenal dan tahu dosennya. Tidak harus kenal langsung, bisa juga lewat konferensi. Saya beruntung karena sensei saya ini sangat tertarik dengan penelitian yang saya lakukan," papar Wachid.

Perbedaan Pendidikan di Jepang dan Indonesia
Ayah dari tiga anak ini menguraikan salah satu aspek yang membedakan pendidikan Indonesia dan Jepang, yakni dari segi pendidikan karakter.

Di Jepang, pendidikan karakter sudah ditanamkan sejak dini. Sehingga moral dan kejujuran selalu diutamakan. Wachid sangat jarang menemukan diskriminasi terhadap orang luar, begitupun dengan perundungan di sekolah.

"Pendidikan karakter yang diberikan sejak dini itulah yang membedakan Jepang dan Indonesia. Sehingga kasus perundungan cukup jarang terjadi, bahkan anak saya juga baik-baik saja bersekolah di sini," jelasnya.

Wachid berharap para sarjana atau magister di Indonesia tetap bersemangat melanjutkan pendidikan tinggi. Karena menurutnya, ketika menimba ilmu di negara orang, tidak hanya ilmu yang didapat, tapi juga pengalaman, seperti budaya baru, bahasa baru, relasi baru dan lain sebagainya.

"Jangan lupa juga untuk kembali ke Indonesia dan membangun bangsa dengan berbagai cara," tutur dosen UMM tersebut.

(faz/faz)

Sumber: https://www.detik.com/edu/edutainment/d-6382394/cerita-dosen-umm-kuliah-di-jepang-sambil-teliti-limbah-tahu-untuk-listrik?tag_from=mnews_beritaTerkait
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Berita Terpopuler