Foto: Adit/Humas UMM/Elly Rahmawati, mahasiswi UMM tekuni beatbox sampai ke ajang internasional.
Jakarta - Elly Rahmawati, mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memiliki skill yang cukup unik. Dia mahir melakukan beatbox, seni suara yang umumnya dilakukan oleh kaum adam.
Tak tanggung-tanggung, Elly rupanya bahkan sudah memenangkan lomba tingkat nasional dan berpartisipasi dalam ajang beatbox internasional.
Elly mengenang kembali bahwa dia mulai menekuni beatbox sejak kelas satu SMP. Pada waktu itu, beatbox tengah populer di kalangan murid di sekolahnya.
Setelah melihat kakak kelasnya menampilkan beatbox dengan keren, timbul keinginan Elly untuk ikut belajar. Dia pun mulai mempelajari berbagai tutorial di YouTube secara otodidak.
"Kepopuleran beatbox membuat teman-teman saya juga mempelajarinya," ungkap Elly, mengutip dari laman resmi kampus.
"Saat itu ada satu teman yang lebih pandai beatbox dibanding saya. Saya tidak mau kalah dan belajar lebih tekun serta mengikuti komunitas-komunitas beatbox yang ada di Malang," lanjutnya.
Pernah Menjadi Satu-satunya Peserta Perempuan
Elly mengatakan, pada mulanya kedua orang tuanya tak setuju dengan kegemaran barunya itu. Mereka berpendapat bahwa beatbox adalah hal yang tidak jelas.
Juga, beatbox lebih banyak digandrungi oleh laki-laki, sehingga dinilai cukup aneh ketika ada perempuan yang menggelutinya. Kendati demikian, Elly tidak menyerah hanya karena berbagai anggapan ini dan tetap mempelajarinya secara tekun.
Mahasiswi Fakultas Hukum tersebut mengatakan, orang tua mulai mendukung ketika Swissbeatbox memintanya mengirimkan sebuah video beatbox.
"Selain mengikuti beatbox di ajang internasional, saya juga sering mengikuti perlombaan beatbox nasional. Saya memenangkan beberapa kejuaraan seperti Juara 1 Equinox Female Beatbox Battle 2020 dan Juara 1 Beat da Plague Female Exhibition," paparnya.
Sebelum sampai di titik ini, Elly telah mengalami berbagai hal. Salah satu kesulitan yang dia lewati adalah mempelajari teknik yang sulit.
Terlebih, tidak ada guru atau mentor yang mengajari Elly. Dia murni belajar secara otodidak.
Di samping itu, anak pertama dari dua bersaudara ini juga sempat rendah diri saat mengikuti kompetisi beatbox. Menurutnya, kompetisi beatbox apalagi yang kategori umum, umumnya diikuti peserta laki-laki. Ini jugalah yang terjadi ketika dia mengikuti kompetisi secara offline pertama kali, di Probolinggo.
"Saat itu saya menjadi satu-satunya peserta perempuan. Seketika, nyali saya ciut dan melupakan beat yang telah saya hafalkan. Untungnya saya dapat mengatasi krisis itu dengan baik," kenangnya.
Banyak Perempuan Indonesia Bisa Beatbox
Kegiatan yang seru dan kesempatan bertemu dengan berbagai macam orang dari berbagai daerah menjadi faktor yang membuat Elly bertahan menekuni beatbox.
"Sebenarnya di Indonesia sangat banyak perempuan yang bisa melakukan beatbox. Namun hanya sedikit yang berani menunjukkannya. Hal ini terjadi karena mereka malu dan tidak percaya diri untuk bisa mengalahkan para peserta laki-laki di kompetisi," jelas Elly.
Dia berharap ke depannya para perempuan itu bisa lebih percaya diri dalam mengikuti berbagai ajang nasional. Di samping mengasah kepercayaan diri, hal itu juga bisa meningkatkan kemampuan perempuan dalam melakukan beatbox.
Elly turut berharap supaya beatbox lebih dikenal masyarakat dan tidak dipandang sebelah mata. Dia juga tengah mempersiapkan video untuk ikut serta ajang internasional.
"Selain itu, saya memiliki impian untuk dapat menjuarai kompetisi di kategori umum. Karena selama ini, saya juaranya di kategori perempuan. Kalaupun ikut yang umum, capaian paling tinggi saya hanya bisa masuk empat besar," ujarnya.
(nah/nwy)
