Pakar UMM: Konflik Palestina & Israel Bukan karena Agama, Tapi...

Author : Humas | Kamis, 26 Oktober 2023 19:00 WIB | DetikEdu - DetikEdu

ISRAEL-PALESTINIANS/

Konflik Palestina dan Israel timbulkan banyak korban jiwa. Foto: Reuters

Jakarta - Sampai saat ini konflik antara Palestina dan Israel belum juga menemui ujungnya. Terlebih pada 7 Oktober lalu, kelompok pejuang untuk kemerdekaan Palestina yakni Hamas telah menyerang Israel dan Israel menyerang balik dengan serangan udara ke Gaza.

Banyak anggapan bahwa alasan konflik kedua negara adalah dikarenakan agama. Namun, dosen prodi Hubungan Internasional (HI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Septifa Leiliano Ceria menegaskan bahwa konflik dua negara ini bukanlah konflik agama.

Mengapa bukan konflik agama? Berikut penjelasan Septifa, sebagaimana dilansir dari laman UMM.

Yerusalem Dulu Sangat Damai

Konflik Palestina dan Israel salah satunya adalah soal persengketaan Kota Yerusalem. Perebutan wilayah ini bahkan pernah menyebabkan ribuan warga tewas dalam sehari.

Kondisi konflik seperti akhir-akhir ini, menurut pakar UMM, sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan zaman dulu.

Pada masa sebelum Turki Usmani runtuh, wilayah Yerusalem saat itu sangat damai dan tenteram. Kawasan Yerusalem juga terkenal rukun meski penduduknya berbeda agama mulai dari Islam, Yahudi, dan Kristen.

Sejak Turki Usmani runtuh, barulah konflik sering mencuat. Ketimpangan sangat terasa pada saat negara di timur dikuasai oleh Inggris.

Kondisi konflik di wilayah sana semakin diperparah oleh adanya perang dunia pertama. Hal ini karena banyak etnis Yahudi yang berada di luar wilayah Yerusalem tertindas oleh NAZI.

Etnis Yahudi Mengungsi ke Yerusalem

Setelah kondisi kacau akibat perang dunia, etnis Yahudi berbondong-bondong mengungsi ke Yerusalem. Perpindahan etnis Yahudi tersebut merupakan dampak dari janji Inggris untuk memberikan wilayah kedaulatan Yerusalem kepada mereka.

"Wilayah tersebut adalah Palestina. Hal itulah yang mendorong etnis Yahudi terus melakukan perluasan wilayah di tanah itu. Oleh beberapa pihak dan oknum, isu yang harusnya perebutan wilayah digeser menjadi perang agama," jelasnya dalam laman UMM.

Strategi Damai Palestina & Israel

Sebagai pengamat hubungan antar negara, Septifa berpendapat bahwa strategi yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan konflik tersebut adalah dengan melakukan negosiasi. Beberapa negara terkait seperti Arab Saudi, Iran, Amerika, dan Israel perlu membuat kesepakatan.

Kesepatana bisa dalam bentuk hak asasi yang perlu didapat warga Palestina dan batas-batas wilayah antara Palestina dan Israel yang harus jelas secara teritorial masing-masing negara.

"Seperti yang kita ketahui, Israel memang tidak menghendaki pengurangan wilayahnya, namun perlindungan hak warga palestina harus diperhatikan. Harus ada perjanjian khusus yang mengatur hal tersebut, kemudian baru dilanjutkan dengan kesepakatan atas pembagian wilayah," ungkapnya.

Septifa pun menyebut negara Indonesia bisa melakukan bantuan kemanusiaan berupa logistik makanan, pengobatan hingga pendidikan bagi korban perang.

"Isu kemanusiaan perlu kita angkat secara intensif. Apalagi mengingat jarak yang jauh antara Indonesia dan Palestina. Sehingga kecil kemungkinan untuk melakukan bantuan secara diplomasi," ujarnya.

Sumber: https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7003769/pakar-umm-konflik-palestina-israel-bukan-karena-agama-tapi/amp
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Arsip Berita

Berita Terpopuler