Tragedi yang menewaskan 132 orang penonton sepak bola di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur meninggalkan duka yang mendalam bagi masyarakat. Tak hanya menorehkan luka dan merenggut nyawa, kejadian ini juga meninggalkan trauma.
Tergerak atas dasar kemanusiaan, Fakultas Psikologi (Fapsi) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memberi dukungan psikososial bagi para korban tragedi Kanjuruhan. Layanan ini telah diberikan sejak Minggu (02/10) sampai akhir bulan Oktober nanti.
Dekan Fakultas Psikologi, M. Salis Yuniardi, Ph.D., menjelaskan bahwa layanan psikososial ini langsung dibuka sehari setelah kejadian. Layanan ini dibuka secara hotline dengan menyebar flyer melalui sosial media. Dengan gerakan awal ini, Fapsi UMM dapat menjangkau korban yang membutuhkan pertolongan psikologi.
“Di hari-hari awal setelah kejadian, layanan psikososial mengalami kesulitan untuk masuk ke masyarakat. Hal ini terjadi karena berbagai elemen masyarakat masih sibuk untuk mengidentifikasi jenazah dan mengobati korban yang luka-luka. Pendirian posko psikososial di Rumah Sakit (RS) juga tidak memungkinkan karena akan menambah kepadatan. Melihat hal tersebut, kami berusaha menjangkau korban menggunakan layanan hotline,” ujar Salis seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, El Aris, Jumat (14/10).
Untuk menjangkau para korban lain, Salis, sapaannya menjelaskan bahwa kampus telah menyiapkan beberapa langkah lanjutan. Setelah melakukan layanan hotline, Fapsi bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dan berbagai elemen lainnya untuk mendirikan posko psikososial di beberapa titik. Posko ini memberikan layanan asesmen awal dan tindakan Psychological First Aid (PFA) kepada para korban.
“Langkah ketiga yang kami lakukan adalah dengan menerjunkan para relawan ke rumah-rumah korban untuk pendampingan psikososial. Hal ini dilakukan untuk menjangkau korban lain yang tidak dapat tergapai oleh hotline dan posko. selain itu, kami juga berkerja sama dengan Koordinator Wilayah Aremania untuk mengumpulkan para korban yang membutuhkan,” ungkap ketua Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Malang itu.
Lebih lanjut, Salis mengatakan dalam penanganan psikososial, fakultas telah menerjunkan 32 relawan mahasiswa dan 42 dosen psikologi. Kedepannya, para relawan ini akan terus ditambah. Melalui hotline yang telah di buka, Salis berkata bahwa layanan psikososial ini telah menangani lebih dari 130 korban.
“Kami membagi korban menjadi dua tipe. Tipe yang pertama adalah korban yang mengalami langsung kejadian tersebut. Rata-rata para korban tipe pertama ini mengalami post-traumatic stress disorder (PTSD) pasca insiden. Tipe kedua adalah korban yang mengalami kedukaan akibat kehilangan anggota keluarga. Gejala yang dialami cukup bervariasi seperti kesulitan tidur, ingatan traumatis, dan lainnya,” tambahnya.