Mantan Bupati Pasuruan, Irsyad Yusuf (kiri), bersam Rektor UMM, Fauzan.
HALLO MALANG - Mantan Bupati Pasuruan, Irsyad Yusuf, kembali terpilih menjadi Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk periode 2023-2028.
Pemilihan tersebut dilakukan dalam musyawarah nasional IKA UMM yang diikuti lebih dari 1.000 tamu pada 4 November lalu di Finna Golf, Pasuruan. Menariknya, ia juga telah menjalankan amanah yang sama di di periode sebelumnya.
Gus Irsyad, begitu ia kerap disapa, mengatakan bahwa sudah seharusnya IKA UMM semakin maju dan berjaya. Salah satu caranya dengan memberdayakan puluhan ribu alumni yang tersebar di seluruh Indonesia. Jika silaturahmi terjaga dan kuat, tentu akan mudah untuk saling bahu-membahu menebar manfaat.
“Kalau diibaratkan sebuah grup paduan suara, saya itu hanya sebagai dirigennya. Yang bergerak dan berusara adalah teman-teman dan alumni ini. Semoga mandat dan amanah yang sudah saya emban ini bisa memberikan jalan untuk berkontribusi,” katanya.
Selain terpilih lagi menjadi Ketua IKA UMM, Gus Irsyad juga tengah menjabat sebagai Wakil Ketua Satuan Koodinasi Nasional (Wakasatkornas) Banser. Hal ini semakin mengukuhkan dirinya sebagai pribadi yang memikiki kepemimpinan yang apik.
Gus Irsyad juga sempat bercerita ketika mendapatkan penghargaan tingkat nasional. Ia merasa sangat bangga karena Muhadjir Effendy, mantan rektor UMM yang kini menjabat sebagai menteri koordinator pembangunan manusia dan kebudayaan (PMK), menyebut langsung bahwa Irsyad adalah alumnus UMM tatkala menyerahkan penghargaan.
“Mari kita sama-sama berdoa semoga guru-guru kita senantiasa dilimpahi kesehatan. Begitupun dengan teman-teman sejawat lain. Semoga mampu menjadi pengusaha-pengusaha sukses, menjadi pendidik-pendidik sukses, serta politikus-politikus sukses nan jujur,” katanya usai terpilih.
Di sisi lain, Rektor UMM Prof. Dr. Fauzan, M.Pd. mengatakan, ada beberapa instrumen yang perlu dihayati bersama. Utamanya hal-hal yang dapat dijadikan media komunikasi dan hubungan fungsional anatara alumni dengan UMM. Misalnya saja program profesor penggerak pembangunan masyarakat (P3M).
Dengan menggaet berbagai pemerintah daerah (Pemda), para pakar dari Kampus Putih langsung turun memberikan kontribusi. Misalnya mengembangkan pertanian organik di Bondowoso, Jember, hingga Subak Bali.
Begitupun dengan pengembangan bawang merah yang dilaksanakan di Kabupaten Nganjuk serta berbagai wilayah lainnya. Sehingga ilmu yang dimiliki para profesor benar-benar bisa diimplemantikan dan digunakan untuk menyebar kebaikan.
“Program lain yang tak kalah strategis adalah center of excellence (CoE). Saat ini perguruan tinggi hanya melahirkan sarjana generik. Saking generiknya, para sarjana baru tidak tahu mau ke mana. Maka, lewat CoE inilah UMM berupaya mencetak SDM yang spesifik dan dibutuhkan dnia usaha serta dunia industri (DUDI),” jelas Fauzan.
Menurutnya, dengan ikut CoE, para mahasiswa lulus dengan ‘kelamin’ yang jelas. Maksudnya adalah kompetensi dan keahlian yang jelas. Di UMM, sudah tersedia 42 CoE yang bisa dijajal, seperti sekolah udang, sekolah metaverse, sekolah asisten advokat, sekolah AI, dan puluhan lainnya. Semua mahasiswa bisa turut serta dan tidak dibatasi oleh jurusan.
“CoE menjadi terobosan yang apik. Jika kita mendirikan program studi, ada banyak hal yang harus dipersiapkan. Selain mahal, sumber daya manusia di dalamnya juga harus ada. Begitupun dengan ada tidaknya mahasiswa saat prodi dibuka,” ungkap Fauzan.
Terkait IKA UMM, Munas adalah wadah kebersamaan dan penuh dengan nilai-nilai inklusivitas. Hal serupa juga dilakukan dalam mengembangkan institusi UMM. Mengundang berbagai tokoh dari latar belakang yang berbeda, seperti para romo dan juga Gus Baha.
Terbaru, Kampus Putih juga berkolaborasi dengan Forum Kerukunan antar Umat Beragama (FKUB) untuk menyelenggarakan peringatan sumpah pemuda yang diikuti 78 organisasi keagamaan dan kebudayaan.