Ani Sri Rahayu |
Oleh :
Ani Sri Rahayu
Dosen Civic Hukum Universitas Muhammadiyah Malang
Akhir-akhir ini, isu penculikan anak santer beredar di tengah-tengah masyarakat dan terjadi di sejumlah daerah di Nusantara. Sehingga, tidak sedikit masyarakat pun terbawa panik atas isu tersebut. Atas situasi maraknya isu penculikan anak inipun tentu sangat dibutuhkan sikap kooperatif dari semua pihak dengan tetap cermat dan waspada guna menekan kemungkinan kebenaran terjadinya penculikan anak. Berangkat dari keriuhan isu penculikan anak inilah penulis mencoba berbagi kontribusi pemikiran dan solusi dalam rubrik opini di harian ini agar masyarakat bisa bijak dalam mensikapi isu penculikan anak.
Menyikapi isu penculikan anak
Di tengah maraknya isu penculikan anak yang semakin marak dan massif akhir-akhir ini menjadikan tidak sedikit para orang tua dibuat khawatir. Bahkan, tidak hanya khawatir, para orang tua lebih tepatnya seolah dipaksa untuk menjadi paranoid akan bahasan isu penculikan anak tersebut yang semakin hari kian meresahkan. Terlebih berdasarkan data penculikan anak yang dilaporkan melalui KPAI pada 2022, sebanyak 30 kasus. Sementara itu, sebanyak 20 anak di 2020 dan 15 anak di 2021.
Angka tersebut tentu menambah kepanikan para orang tua. Namun, kendati demikian menyikapi beredarnya isu penculikan anak ini tentu sebagai orang tua tidak boleh bersikap acuh. Namun, disisi lain meski cemas dan takut, akan sangat bijaksana jika para orang tua memilih untuk lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap keamanan dan keselamatan anak tanpa menimbulkan kepanikan massa dengan menyebarkan kembali pesan di media sosial yang berkali-kali diteruskan dan belum tentu kebenarannya.
Merealisasikan hal tersebut, memang tidak mudah. Karena itu, menjadi tugas bersama dari pihak kepolisian dan pemerintah untuk memberikan edukasi yang baik dan benar ke masyarakat dalam menyikapi isu penculikan anak. Sosialisasi tentang kewaspadaan dan tindakan pencegahan harus terus digaungkan secara intensif agar masyarakat paham dan bijak menyikapi isu tersebut. Selain itu, ada baiknya Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, kepolisian, dan psikolog, orang tua mampu meningkatkan pengawasan terhadap anak. Baik di lingkungan rumah, sekolah, hingga tempat umum sekalipun. Pasalnya, lemahnya pengawasan orang tua dapat menjadi salah satu peluang yang memudahkan pelaku untuk melakukan kejahatan pada anak.
Mengingat anak merupakan kelompok paling rentan yang belum bisa melindungi dirinya sendiri. Selain meningkatkan pengawasan, orang tua juga perlu mengajarkan anak mengenai cara memberikan respons terhadap orang-orang asing yang ada di sekitarnya. Memberikan pemahaman agar anak tidak mudah terpengaruh terhadap ajakan dan iming-iming dari orang tak dikenal. Selain itu, orang tua juga perlu memberikan pemahaman kepada anak- anak agar tetap waspada, hati- hati dan tidak mudah percaya atau terpengaruh oleh orang lain tidak dikenal.
Selain itu, masyarakat ada baiknya segera melapor ke petugas polisi terdekat saat melihat ada orang yang mencurigakan dan tidak melakukan tindakan anarkis. Begitupun, idealnya masyarakat bisa bijak dalam bersosial media. Sehingga tidak termakan informasi yang tidak benar dalam bermedia sosial, terlebih, meneruskan berita bohong.
Cegah anak jadi korban penculikan
Informasi tentang kejadian penculikan anak berseliweran di berbagai grup percakapan orangtua siswa, sekolah, dan lingkungan meski disikapi secara bijak agar tidak menambah deretan panjang kepanikan di tengah-tengah masyarakat. Sejumlah postingan dengan berbagai modus penculikan berseliweran di gawai sehingga menimbulkan rasa cemas.
Oleh sebab itu, peningkatan pengawasan perlu dilakukan, tetapi jangan sampai berlebihan. Namun, tetap hati-hati atau waspada dengan mengecek kebenaran infomasi. Guna mencegah terjadinya kasus penculikan anak, maka sudah barang tentu diperlukan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan orangtua. Dan lebih detailnya, berikut inilah beberapa langkah sekaligus solusi guna mencegah terjadinya korban penculikan
Pertama, mengimbau kewaspadaan dan keamanan. Baik kepada satuan pendidik maupun keluarga. Kewaspadaan dan keamanannya dalam lingkungan sekolah perlu ditingkatkan. Sekaligus ketahanan keluarga untuk mencegah anak dari penculikan, penjualan, dan perdagangan. Begitupun, meningkatkan tanggung jawab masyarakat, dunia usaha, dan media massa untuk melindungi anak dari penculikan, penjualan, atau perdagangan
Kedua, orang tua perlu menciptakan tempat aman ketika anak ingin bermain, belajar, merencanakan berkumpul, mencari tempat curhat atas perasaan sedihnya. Lalu, biasakan jika anak merasa curiga, takut, ketika jauh dari orang tua atau pelindungnya, dapat langsung mendekati orang dewasa, menuju keramaian, mencari teman-temannya. Kemudian perlu membangun sosialisasi pelopor dan pelapor dengan memberikan informasi terbuka disetiap desa, yang berisi bagaimana mengakses rujukan dan manajemen kasus.
Ketiga, orang tua perlu membantu anak dalam mengenali identitas diri. Anak diajari untuk mengingat namanya, orangtua, alamat rumah, serta nomor telepon orangtua. Demikian pula anak-anak perlu dibiasakan untuk selalu minta izin kepada orangtua setiap akan melakukan sesuatu. Selain itu, mengajak anak bersama-sama membangun interaksi dan relasi sosial dengan lingkungan sekitar supaya masyarakat sekitar juga tahu ini siapa, anaknya siapa. Dengan begitu lingkungan bisa ikut mengontrol jika ada penyimpangan perilaku sosial termasuk penculikan anak.
Keempat, perlu membangun sosialisasi pelopor dan pelapor dengan memberikan informasi terbuka di setiap desa, yang berisi bagaiman bagaimana mengakses rujukan dan manajemen kasus. Selain itu, Ketika anak diajak di area publik, keramaian, tidak bersama orang tua atau di luar pengawasan, maka hindari memakai perhiasan, aksesoris yang mengundang pihak lain untuk melakukan kejahatan.
Merujuk dari keempat solusi upaya dalam mencegah terjadinya korban penculikan anak tersebut di atas, besar kemungkinan jika diterapkan dengan baik dan maksimal maka keriuhan isu penculikan anak saat ini bisa diredam dan terantisipasi dengan baik sehingga situasi masyarakat berpotensi menjadi kondusif. Dan sekali lagi, akan lebih bijak jika para orang tua dan masyarakat tidak panik yang berlebihan dengan isu penculikan anak justru yang terpenting adalah selalu waspada dan mengawasi anak dengan baik dan bijak.