Perundungan dan Keinginan Bunuh Diri Remaja

Author : Humas | Senin, 03 Juli 2023 07:11 WIB | Harian Bhirawa - Harian Bhirawa

Oleh :
Jelita Amandazulia Ariska
Mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang

Perundungan (Bullying) adalah fenomena yang merugikan dan memiliki dampak yang merusak dalam konteks sosial juga menyangkut mental seseorang. Perundungan juga merupakan masalah serius yang terjadi di berbagai lingkungan, termasuk sekolah, tempat kerja, dan bahkan dunia maya.

Kekerasan verbal menjadi salah satu bentuk perundungan yang paling umum. sehingga tidak sedikit remaja yang mengalami depresi dan memilih jalan untuk mengakhiri hidupnya (bunuh diri) atau hanya sekedar mempunyai fikiran untuk mengakhiri hidupnya.

Contoh peristiwa perundungan yang terjadi disekolah, seorang siswa yang sering diejek oleh teman-temannya di sekolah. Penggunaan kata-kata peleceh dan merendahkan diri dapat ditemukan dalam ejekan atau sindiran yang ditujukan kepada siswa tersebut,sehingga dapat mengungkapkan kecenderungan penggunaan bahasa yang merendahkan untuk mendominasi atau mengontrol korban.

Pola percakapan dominan-subordinat dapat ditemukan, di mana penindas memanfaatkan posisinya untuk mempermalukan atau mengejek korban. Contohnya lagi adalah, perundungan di Media Sosial,Seorang pengguna media sosial sering menerima komentar ofensif dan ujaran kebencian dari orang lain.

Penggunaan kata-kata yang menghina atau kata-kata yang mengekspresikan kebencian dapat ditemukan dalam komentar atau pesan yang ditujukan kepada korban.

Dalam konteks perundungan, makna kata-kata menjadi kunci dalam menyampaikan pesan yang merendahkan dan melukai. Penggunaan kata-kata dengan makna negatif, penghinaan, atau pelecehan dapat membentuk dan memperkuat perundungan.

Misalnya, penggunaan kata-kata yang merendahkan berdasarkan ras, gender, orientasi seksual, atau penampilan fisik dapat memberikan dasar bagi tindakan perundungan.Seperti pada kasus perundungan yang dialami anak berinisial FH berusia 11 tahun yang terjadi di Singaparna Tasikmalaya Jawa Barat dalam kasus ini menurut pengamatan yang dilakukan korban setidaknya mengalami kekerasan fisik,seksual dan psikologis.

Dugaan ini merujuk pada video berdurasi 50 detik yang tersebar di media sosial.Di video itu dua pelaku terlihat memegangi kaki kucing , kemudian pakaian si anak dilucuti lalu dipaksa berhubungan badan dengan hewan itu. Dikarenakan “korban” mengetahui dia viral,dia malu dan mengalami goncangan psikis yang luar biasa sehingga tidak mau makan dan kondisi fisik menurun.

Pada akhirnya Polda Jawa Barat mengatakan telah memeriksa sebanyak 15 orang terkait kasus perundungan yang disertai Tindakan asusila yang menimpa bocah FH,dan kasusu ini akan menerapkan undang-undang sistem peradilan pidana anak (SPPA).

Pada kasus ini juga akan melibatkan psikologis anak dalam memeriksa para pelaku,sebab ada kemungkinan mereka terpapar konten pornografi sehingga harus diberlakukan pendampingan dan diberlakukan sex education.Dengan begitu diharapkan Perilaku perundungan para pelaku bisa dihentikan.

Perundungan juga dapat melibatkan manipulasi semantik dengan tujuan melukai korban secara emosional atau menghancurkan citra diri mereka. Manipulasi semantik dapat terjadi melalui penggunaan kata-kata ambigu atau eufemisme yang sengaja meremehkan dampak negative dari Tindakan perundungan.

Hal ini dapat mempersulit korban untuk melawan perundungan yang mereka alami,dan korban juga dapat merasa terisolasi,tidak dihargai,dan merasa tidak aman dan korban juga dapat mengalami masalah Kesehatan mental.

Untuk mencegah perundungan yang melibatkan manipulasi semantik,diperlukan upaya dari semua pihak.Pendidikan tentang Bahasa yang sopan dan santun dapat membantu mencegah terjadinya perundungan, penggunaan Bahasa yang baik dan benar dapat membantu mencegah terjadinya perundungan dan menciptakan lingkungan yang aman bagi semua orang.Dalam hal ini linguistik forensik dapat memantu dalam mengidentifikasi manipulasi semantik dalam kasus perundungan dengan menganalisis Bahasa yang dilakukanoleh pelaku dan korban.

Penggunaan kata-kata yang merendahkan dalam perundungan memiliki dampak yang merusak pada mental korban dan lingkungan sosial secara luas. Dampak dalam perundungan meliputi efek psikologis seperti rendahnya harga diri, kecemasan, depresi, gangguan Kesehatan mental, dan bahkan berpotensi untuk bunuh diri. Selain itu penggunaan semantik yang merendahkan juga dapat menciptakan lingkungan yang tidak aman, memperkuat siklus perundungan,dan menghalangi upaya penanggulangan. Dalam kasus perundungan, analisis bahasa dan komunikasi dapat membantu mengidentifikasi tindakan perundungan dan memperkuat bukti dalam peperangan. Linguistik forensik dapat digunakan untuk menganalisis pesan teks, email, atau media sosial yang digunakan untuk melakukan perundungan. Dalam kasus keinginan bunuh diri pada remaja, analisis bahasa dan komunikasi dapat membantu mengidentifikasi tanda-tanda keinginan bunuh diri dan memberikan intervensi yang tepat. Linguistik forensik juga dapat digunakan untuk menganalisis percakapan antara remaja dan orang tua atau guru dalam konteks keinginan bunuh diri. Analisis bahasa dan komunikasi dapat membantu mengidentifikasi faktor risiko dan memberikan intervensi.

Untuk melawan perundungan pemahaman pemahaman yang mendalam tentang semantik menjadi kunci. Pendidikan dan kesadaran tentang penggunaan Bahasa dengan bertanggung jawab ,serta pengenalan pentingnya penggunaan Bahasa yang inklusif dan menghormati itu menjadi langkah awal yang penting. Mempertimbangkan konteks sosial dan budaya dalam penggunaan kata-kata juga dapat mengurangi risiko dalam perundungan.

Selain itu, mendorong komunikasi yang lebih baik dan menciptakan lingkungam yang inklusif juga merupakan bagian penting dalam upaya pencegahan dan penanggulangan perundungan.

Kesimpulannya, perundungan dan keinginan bunuh diri pada remaja adalah isu yang sangat serius dan memerlukan perhatian serius dari semua pihak.

Dalam semantik, kita dapat mempelajari bagaimana bahasa dapat digunakan untuk mencegah perundungan dan membantu remaja yang mengalami keinginan bunuh diri. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memperbaiki bahasa yang kita gunakan dan perhatikan bagaimana bahasa dapat digunakan untuk memperkuat hubungan sosial dan memberikan dukungan pada orang lain.

Sumber: harianbhirawa.co.id/perundungan-dan-keinginan-bunuh-diri-remaja/
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Berita Terpopuler