JawaPos.com - Kisah karya sastra Jawa diangkat dalam sebuah film. Hal itu merupakan ide Dadang Wijoyanto, salah satu dosen pengampu mata kuliah karawitan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Maraknya perkembangan film Indonesia yang diangkat dari novel menjadi dasar Dadang Wijoyanto. Dosen asal Kota Trenggalek ini, mengajak mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMM dalam mata kuliah Karawitan untuk ikut ambil bagian. Ia meminta, para mahasiswa menciptakan suatu hal baru yang dipertontonkan dalam agenda Puncak Karawitan 2018 pada Jumat (6/7).
Cerito Cekak (Cerkak) milik Suharmono Kasiyun menjadi pilihanya. Bukan tanpa alasan, karena karya sastra Jawa berjudul 'Kakang Kawa Adhi Ari-Ari' ini telah menerima beberapa penghargaan bergengsi.
Salah satunya adalah, penghargaan Karya Sastra Daerah Jawa Terbaik 2017 dari Yayasan Rancage. Diakui oleh Dadang, PGSD UMM adalah satu-satunya program studi yang mencetuskan ide pengangkatan karya sastra Jawa dalam film pendek.
"PGSD UMM adalah satu-satunya program studi yang mencetuskan ide pembuatan film pendek yang diadopsi dari karya sastra Jawa," jelas dosen yang juga mengajar mata kuliah Bahasa Jawa ini.
Selain Kakang Kawah Adhi Ari-Ari, sebanyak sebelas film pendek lain diputar dalam gelaran ini. Film-film tersebut di antaranya, Surup; Kembang; Mantu; Peteng sing Ireng; Wiramane Lagu Dhangdut; Sani; Tambak Oso; Gombak; Tamu; Sisihan; Ayomi Tyas; Wening dan Bento.
Dia mengakui, semua film tersebut dikembangkan sendiri oleh mahasiswanya. Dirinya dan dosen lain yang terlibat hanya menjadi pembimbing jika mereka merasa ada kesulitan dalam memahami alur cerita.
"Mahasiswa yang mengembangkan, kami hanya membimbing saja," tegasnya.
Tidak hanya berkarya dalam pembuatan film, mahasiswa PGSD UMM juga dipacu untuk menciptakan tembang dolanan. Diciptakannya tembang dolanan ini, salah satu upaya PGSD UMM untuk melestarikan budaya Jawa. Utamanya dalam membentuk pendidikan karakter melalui kearifan lokal. Selain it juga, mereka melestarikan budaya Jawa melalui beberapa mata kuliah budaya Jawa seperti Bahasa Jawa dan Karawitan.
"Selain menyesuaikan kebutuhan guru SD, kami juga memacu mahasiswa PGSD untuk mengajarkan pendidikan karakter melalui kearifan lokal," papar Dadang.
Dua belas tembang dolanan diciptakan dan diarasemen sendiri oleh mahasiswa PGSD UMM. Di antaranya adalah Bekelan; Gajah ing Kebun Binatang; Aku Due Truwelu; Pitik Jago; Kupu-Kupu; Kekancan; Semut; Ojo Lali Wektu; Kucing Lemu; Jambu Lemu; Ayo Konco dan Gunung-Gunung.
"Seluruh mahasiswa menciptakan dan mengaransemen semua tembang dolanan yang ditampilkan," ujar Dadang.
Digelarnya Festival Film dalam Puncak Karawitan 2018 ini, sangat diapresiasi oleh seluruh mahasiswa PGSD UMM. Salah satunya Dian Armandha, diakuinya membuat film bagi mahasiswa PGSD merupakan hal yang baru, namun hal tersebut adalah tantangan yang menyenangkan.
"Membuat film itu bukan kebiasaan kami, jadi agak sulit. Tapi tugas ini sangat menantang karena harus banyak melakukan riset," terang sutradara film Surup tersebut.
Ditambahkannya, membuat film adalah salah satu cara bagi mahasiswa PGSD untuk mempromosikan budaya, utamanya Jawa. "Saya senang sekali bisa terlibat dalam tugas akhir ini, membuat film bisa membantu kami untuk mempromosikan budaya Jawa," imbuh mahasiswa asal kota Reog Ponorogo tersebut.
(tik/JPC)