BANTU KORBAN: Menko PMK Muhadjir Effendy saat koordinasi pengiriman tim Trauma Support Mobility di Dome UMM, kemarin. (Andre/Radar Malang)
MALANG KOTA – Dukungan terhadap keluarga korban Tragedi Kanjuruhan terus berdatangan. Setelah pemerintah daerah (pemda) dan berbagai instansi siap menanggung biaya perawatan korban, kini Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menerjunkan tim Trauma Support Mobility, kemarin.
Tim yang diisi oleh tenaga medis dan psikolog itu bertugas mendampingi, menemani, mendengarkan keluh kesah, serta memberikan pelayanan psikologis kepada keluarga korban. Trauma Support Mobility merupakan tim gabungan yang terdiri atas ahli dari berbagai perguruan tinggi (PT). Di antaranya dari Universitas Muhamadiyah Malang (UMM), Maharesigana UMM, MDMC, UIN Maliki, Universitas Merdeka (Unmer), dan Universitas Brawijaya (UB).
Selain itu, juga ada anggota Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Kabupaten Malang, Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Malang, Save the Children, dan BTS ARMY Help Center Indonesia.
Muhadjir mengatakan, dibentuknya tim gabungan ini merupakan upaya untuk penanganan korban cedera mental. Selama ini, kata dia, korban cedera mental kerap terabaikan. “Cedera mental berbeda dengan fisik yang bisa diukur dan diperkirakan,” ujar Muhadjir.
Mantan rektor UMM itu menambahkan, cedera mental lebih sulit untuk dihitung dan diidentifikasi. Beberapa hari lalu Muhadjir mengaku sempat menemui bapak dari dua anak yang menjadi korban jiwa dalam insiden tersebut. Tentu hal itu menjadi pukulan berat bagi sang bapak. Untuk itu, katanya, bantuan juga harus memperhatikan sisi psikologis juga. ”Bukan hanya korban yang menonton. Tapi juga para keluarga yang ditinggalkan,” kata pria yang sebelumnya menjabat menteri pendidikan dan kebudayaan (Mendikbud) itu.
Selain trauma support, juga ada tim yang bakal diterjunkan untuk melakukan pendataan jumlah korban tragedi Kanjuruhan. Tim berkolaborasi dengan Aremania Kampus UMM.
Koordinator Tim Pendataan Muh. Farhannudin Nur Avif menuturkan, sampai saat ini timnya masih mencari data yang valid. Sebab, data yang beredar sampai saat ini berbeda dari satu dengan yang lainnya. Untuk itu, lanjutnya, pendataan ulang penting dilakukan. Selain itu, ia dan tim juga akan terus mencari korban luka-luka. “Jumlahnya tentu lebih banyak ketimbang yang meninggal” pungkasnya. (dre/dan)