Korban NII Diajari Tipu Orang Tua
Author : Humas | Sabtu, 23 April 2011 08:59 WIB | JPNN - JPNN
MALANG - Upaya polisi membongkar jaringan NII (Negara Islam Indonesia) sekaligus menemukan Mahatir Rizky kini masuk tahap pemeriksaan para korban. Dari hasil pemeriksaan sementara, delapan teman Rizky yang juga mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu mengaku telah mengeluarkan uang jutaan rupiah. Uang tersebut untuk "hijrah" maupun sumbangan bagi pendirian negara Islam.
Para korban yang rata-rata sudah dibaiat di Jakarta itu total merugi Rp 84,1 juta. Soal dana sumbangan tersebut, mereka mengaku nilainya sudah ditentukan pihak perekrut. Untuk bisa mendapatkan uang sumbangan tersebut, para korban juga diajari cara-cara menipu orang tua.
Misalnya, meminta uang kepada orang tua dengan alasan menghilangkan laptop teman. Mereka juga bisa menjual barang berharga miliknya (biasanya sepeda motor), kemudian menyumbangkan uangnya. Tak segan, anggota jaringan yang telah senior memaksa dengan menahan kartu ATM para korban.
Dengan ditemukannya kerugian tersebut, polisi semakin mantap menggunakan pasal penipuan untuk membongkar jaringan NII. Termasuk mencari keberadaan Mahatir Rizky yang kini masih misterius. "Kerugian Rp 84,1 juta ini kami jadikan bukti permulaan untuk pelacakan pelaku atas tuduhan penipuan," ujar Kapolresta Malang AKBP Agus Salim kemarin (22/4).
Meski telah mengantongi kerugian dan modus operandi perekrutan jaringan NII, hingga kemarin penyelidikan polisi belum mengarah kepada perekrut yang telah membawa 11 korban mahasiswa UMM itu. Sosok perekrut yang oleh korban disebut-sebut bernama Adam bisa jadi masih berkeliaran bebas.
Adam dikenali para korban sebagai mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII), Jogjakarta. Namun, pengakuan Adam itu bisa jadi hanya sebagai kedok. "Belum, kami belum ke lelaki yang disebut bernama Adam itu. Masih fokus pemeriksaan para korban," tutur mantan Kapolres Bangkalan itu.
Selain meminta keterangan, polisi kini berupaya memikirkan keamanan para korban. Kapolres menegaskan, pihaknya mempunyai kewajiban melindungi korban. "Itu sudah menjadi tugas kami," ujar Kapolres.
Sementara itu, dari penelusuran Radar Malang (Jawa Pos Group), korban rata-rata kini mengalami trauma dan ketakutan. Misalnya, Reviana yang telah dibaiat dengan nama baru Janis Davin Adelia. Perempuan asal Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, itu sangat selektif menemui orang asing. Revi yang kos di Jalan Tirto Utomo, Malang, juga sangat tertutup.
Bahkan, pengelola kos tidak mengetahui bahwa salah seorang penghuninya menjadi korban gerakan NII di Malang. Rekan-rekan kosnya juga tidak banyak yang tahu masalah yang dihadapi Reviana. "Saya baru tahu pas sampean ke sini. Katanya, teman-temannya telah ditangani pihak rektorat UMM," kata Abdurrahman, pengelola kos.
Abdurrahman mengakui, salah seorang anak kosnya itu sempat beberapa hari tidak pulang.
Ke mana dan bersama siapa, dia tidak tahu. Namun, menjelang UTS (ujian tengah semester), Revi kembali muncul di kos dan kuliah seperti biasa. "Saya juga tidak begitu tahu. Soalnya dia pendiam," kata Abdurrahman. (yos/ziz/jpnn/c2/nw)
Sumber: http://www.jpnn.com/read/2011/04/23/90194/jpnn_network.php
Shared:
Komentar