Oleh: Ahmad Fa’iq Naufal, Prodi Akuntansi, Universitas Muhammadiyah Malang
JurnalPost.com – Seperti yang kita ketahui, investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa mendatang. Investasi berkaitan dengan penelitian bagaimana pasar modal menetapkan harga dengan cara bagaimana investor memilih di antara berbagai macam aset berdasarkan tingkat kesukaannya pada risiko dan return.
Pertimbangan yang dilakukan investor adalah menanggung risiko tertentu guna memperoleh return tertentu atau semakin besar risiko yang berani ditanggung investor maka semakin besar pula return yang diharapkan. Untuk mengantisipasi dari fluktuasi return dan risk yang ada maka investor biasanya melakukan investasi dibeberapa saham atau portofolio saham dengan harapan fluktuasi dari return saham yang terbentuk di portofolio tidak terlalu tajam.
Adapun beberapa risiko yang harus diperhatikan pemegang saham sebelum membeli atau memilih saham, yaitu yang pertama capital loss, likuiditas, suspend, delisting, pailit. Sebelum memilih saham atau masuk ke dunia saham sebaiknya calon investor mempelajari lebih dalam terdahulu terkait saham dan risikonya.
Seperti yang kita ketahui bahwa PT Telkom Indonesia adalah perusahaan informasi dan komunikasi serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap di Indonesia. Telkom mengklaim sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia dengan jumlah pelanggan telepon tetap sebanyak 15 juta dan pelanggan telepon seluler sebanyak 104 juta.
Telkom merupakan salah satu BUMN yang 52,09% sahamnya saat ini dimiliki oleh Pemerintah Indonesia dan 47,91% dimiliki oleh publik. Telkom juga menjadi pemegang saham mayoritas di 13 anak perusahaan seperti PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel), PT Telkom Akses, PT Multimedia Nusantara (TelkomMetra),PT PINS Indonesia (PINS).
Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis Selasa (19/4/2022) laba bersih persaham turut terkerek menjadi Rp 249,94 pada 2021, dibandingkan dengan Rp 210,01 pada 2020, Meningkatnya laba bersih turut ditopang oleh naiknya pendapatan. Pendapatan Telkom mencapai Rp 143,21 triliun pada 2021, naik 4,9% dari Rp 136,46 triliun pada tahun sebelumnya.
Berdasarkan analisis diatas bahwa risiko berinvestasi pada PT Telkom masih tergolong dalam jumlah rendah karena adanya peningkatan yang terjadi setiap tahunnya dan juga pada zaman seperti ini manusia sangat membutuhkan sebuah alat informasi agar mempermudah dalam melakukan segala sesuatu, ditambah lagi berkembangnya teknologi menjadi 5G dapat menambah keuntungan bagi PT Telkom itu sendiri dikarenakan PT Telkom bergerak dalam bidang informasi dan komunikasi serta dalam bidang jaringan telekomunikasi.