Meningkatkan Keterampilan Literasi Melalui Kebiasaan

Author : Humas | Minggu, 08 Januari 2023 10:06 WIB | Jurnal Post - Jurnal Post

Penulis: Erin Octaviani, Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Malang

Pendahuluan

Literasi adalah istilah luas yang mengacu pada kombinasi kemampuan dan pengetahuan dalam bidang membaca, menulis, berbicara, matematika dan menangani masalah dalam kehidupan sehari-hari. Literasi sekarang memiliki banyak arti dan kurang penting dalam dirinya sendiri (multiliterasi). Literasi memiliki banyak bentuk, termasuk literasi moral, literasi medilitera, literasi teknis, literasi keuangan, dan literasi informasi. Karena literasi berkaitan dengan literasi informasi, berpikir kritis, kepekaan lingkungan dan kepekaan politik. Jika seseorang dapat memahami sesuatu, membaca informasi yang akurat dan mengamalkannya, serta memahami isi teks, maka ia dikatakan berpendidikan. Kepekaan atau literasi manusia tampaknya tidak sesederhana itu. Tidak ada yang dididik sejak lahir, Namun membangun literasi melibatkan proses dan promosi jangka Panjang.

Budaya literasi masyarakat terdiri dari semua usaha manusia yang berhubungan dengan membaca dan menulis. Membaca, menulis, dan berpikir kritis adalah tiga kegiatan inti yang membentuk budaya literasi. Untuk menghasilkan artikel ilmiah yang bernilai tinggi, tujuan kultur literasi untuk membentuk sebuah tradisi pemikiran diikuti dalam membaca dan menulis. Keluarga dapat memberi bagi anak untuk memperoleh literasi di rumah untuk menumbuhkan budaya literasi di masyarakat. Anak-anak dapat mengenal literasi sekeluarga sambil bermain. Seluruh keluarga mengikuti kegiatan literasi di rumah untuk mengembangkan minat baca dan tulis anak. Permatasari (2015) berpendapat pengembangan kemampuan berpikir kritis, kemampuan komunikasi dan kerjasama tim dalam pemecahan masalah merupakan hasil dari budaya literasi.

Menurut Suswandari (2018) budaya literasi ini adalah topik yang sangat menarik untuk diperbincangkan karena literasi masih rendah dan belum membudaya di masyarakat Indonesia. Buku tidak pernah lagi dianggap penting seperti budaya populer. Bahkan budaya berbicara dan menyimak lebih mudah diserap daripada budaya menulisnya nanti. Masih banyak masyarakat Indonesia yang hidup terutama dalam budaya tutur atau budaya komunikasi lisan. Pada umumnya orang lebih suka menonton update status di ponsel dan menonton televisi daripada membaca.

Budaya literasi yang rendah diduga disebabkan oleh beberapa faktor, namun kebiasaan membaca merupakan salah satu faktor utama dan terpenting. Namun demikian, peningkatan jumlah pembaca atau masyarakat yang gemar membaca merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar cepat beradaptasi dengan kemajuan global yang mencakup berbagai aspek kehidupan manusia. Pada kenyataannya, individu masih memandang aktivitas sebagai sesuatu yang harus dilakukan untuk menghabiskan waktu daripada dengan sengaja mengisinya. Hal ini menunjukkan bahwa membaca lebih diasosiasikan dengan aktivitas yang menyenangkan dibandingkan dengan kebiasaan atau rutinitas.

Suatu tindakan normal yang dilakukan secara bebas dan tanpa paksaan disebut kebiasaan. Manusia tidak secara alami mengembangkan kebiasaan sebaliknya, ini adalah produk dari pembelajaran dan pengaruh lingkungan (Kimbey 1975). Karena setiap orang memiliki kemampuan untuk mengembangkan perilaku baru. Menurut Wijono (1981) membaca adalah suatu yang melibatkan dialog antara penulis dan pembaca dimana pembaca berusaha menguraikan makna lambang atau diksi pengarang untuk menangkap dan memahami gagasan yang disampaikan oleh pengarang. Dalam hal ini, kemudian, membaca adalah kebiasaan. Membaca merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara konsisten oleh seseorang tanpa menggunakan paksaan.

Pembahasan

Istilah “Literacy” baru-baru ini mendapatkan popularitas dan sering diangkat dalam percakapan. Melalui Gerakan Literasi Nasional, Kemendikbud menggalakkan literasi nasional. Penerapan latihan membaca 15 menit sebelum dimulainya proses belajar mengajar merupakan salah satu inisiatif yang dikembangkan untuk meningkatkan tingkat literasi di sekolah. Berdasarkan konsep literasi di atas, World Economic Forum di 2015 menyebutkan bahwa kompetensi inti ada enam, antara lain: literasi ilmiah, literasi keuangan, literasi digital, literasi kewarganegaraan, dan literasi budaya semuanya termasuk dalam kategori ini. (Astuti 2020)

Menurut Zati dan Vidya (2018) pada anak usia dini, literasi dapat dimulai dengan membaca buku cerita atau dongeng untuk anak-anak secara teratur. Meskipun ini adalah operasi sederhana, tapi membaca buku anak merupakan langkah awal untuk belajar tentang dunia literasi. Berawal dari tumbuhnya minat, setelah itu anak terbiasa, jadilah anak menjadi lebih akrab dan menjadikan literasi sebagai kebutuhan. Untuk anak usia dini keterampilan membaca dasar harus diajarkan dari dalam keluarga dan masyarakat TK sebelum anak mencapai usia sekolah dasar.

Minimnya minat masyarakat terhadap literasi yang memiliki efek tambahan pada standar sumber daya manusia. Ini karena pasti akan dibutuhkan ketika dunia menjadi lebih maju. Manusia harus memiliki tingkat harga diri yang lebih tinggi. Untuk bersaing dengan bangsa lain, setiap negara harus mampu menawarkan gagasan, penemuan, dan keahlian yang berwawasan. Akibatnya, manusia harus membaca, menulis, dan berpikir lebih aktif.

Namun, rendahnya minat literasi masyarakat menjadi salah satu masalah utama pendidikan di Indonesia saat ini. Ini adalah sesuatu yang tidak hanya dialami oleh orang dewasa tetapi juga anak-anak dan remaja. Ada beberapa penyebab mengapa minat baca masih rendah. Pertama-tama, membaca bukanlah kebiasaan banyak orang sejak usia muda. Di rumah, orang tua harus memberi contoh positif bagi anak-anak mereka. Mereka juga harus mengajari anak-anak membaca. Itulah mengapa penting bagi orang tua untuk terlibat dalam membantu anak-anak mereka mengembangkan kecintaan membaca.

Informasi tentang kemajuan teknologi memaksa siswa untuk mengenali nilai literasi. Fondasi literasi yang kuat akan membuka pintu bagi kemampuan linguistik lainnya, termasuk berbicara, menulis, dan membaca. Selain itu, literasi membantu siswa mengembangkan karakter mereka sambil mengasah kemampuan seperti berpikir kritis dan kreativitas. Salah satu inisiatif pemerintah untuk mengatasi masalah literasi ini adalah dengan diluncurkannya program Gerakan Literasi Sekolah.

Menurut Akbar dan Aulia (2017) Pendidikan dan literasi adalah dua konsep yang berjalan beriringan. Perkembangan literasi pada awalnya dianggap sebagai pertumbuhan kemampuan membaca, namun seiring berjalannya waktu, literasi juga mengalami perluasan makna. Literasi perkembangan berjalan seiring dengan keterampilan lainnya. Gerakan Literasi Sekolah menyatakan hal tersebut (2016) Kemampuan menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung disebut sebagai literasi dasar (basic literacy), dan dipadukan dengan kemampuan analitis untuk memperhitungkan, mempersepsi informasi, berkomunikasi, serta mendeskripsikan informasi berdasarkan pemahaman dan lingkungan dalam situasi yang menyenangkan untuk menciptakan kesenangan belajar tersendiri. Penilaian pribadi alhasil, salah satu budaya literasi yang teridentifikasi adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan penegasan tersebut di atas, Indonesia memerlukan rencana untuk menumbuhkan budaya literasi di sekolah.

Kualitas negara berkorelasi dengan tingkat budaya literasi masyarakat. Preferensi membaca memiliki dampak yang signifikan terhadap wawasan, kesehatan mental, dan perilaku seseorang. Kebiasaan dapat dibentuk dan disempurnakan. Alhasil, salah satu budaya literasi yang teridentifikasi adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan penegasan tersebut di atas, Indonesia memerlukan rencana untuk menumbuhkan budaya literasi di sekolah.

1. Membangun lingkungan fisik yang baik.
2. Bekerja untuk menciptakan lingkungan sosial dan produktif yang berfungsi sebagai model komunikasi dan literasi social.
3. Bekerja untuk memantapkan diri sebagai seorang akademisi yang sadar akan lingkungan sekitar.

Konstruksi latihan metode yang sebenarnya telah diterapkan pada pembelajaran sebelumnya inilah yang membentuk metodologi pembelajaran berbasis literasi. Jika ada paradigma baru dalam teknik pembelajaran, metode pembelajaran yang digunakan terus berkembang, (Brown 2000). Setiap pendekatan baru bertujuan untuk melepaskan diri dari yang lama dan menonjolkan kelebihannya. Kemampuan untuk mengenali, mendefinisikan, menemukan, menilai, mengatur, menghasilkan, menggunakan, dan mentransmisikan pengetahuan untuk memenuhi berbagai situasi terkait dengan budaya literasi. Melalui promosi ekosistem literasi di sekolah akan membantu siswa peserta mengembangkan karakter mereka dan mempersiapkan mereka untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Kesimpulan

Literasi adalah istilah luas yang mengacu pada kombinasi kemampuan dan pengetahuan dalam bidang membaca, menulis, berbicara, matematika dan menangani masalah dalam kehidupan sehari-hari. Karena literasi berkaitan dengan literasi informasi, berpikir kritis, kepekaan lingkungan dan kepekaan politik. Budaya literasi masyarakat terdiri dari semua usaha manusia yang berhubungan dengan membaca dan menulis. Untuk menghasilkan artikel ilmiah yang bernilai tinggi, tujuan kultur literasi untuk membentuk sebuah tradisi pemikiran diikuti dalam membaca dan menulis.

Selain itu, literasi membantu siswa mengembangkan karakter mereka sambil mengasah kemampuan seperti berpikir kritis dan kreativitas. Salah satu inisiatif pemerintah untuk mengatasi masalah literasi ini dengan adanya diluncurkannya program Gerakan Literasi Sekolah. Gerakan Literasi Sekolah menyatakan hal tersebut (2016) Kemampuan menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung disebut sebagai literasi dasar (basic literacy), dan dipadukan dengan kemampuan analitis untuk memperhitungkan, mempersepsi informasi, berkomunikasi, serta mendeskripsikan informasi berdasarkan pemahaman dan lingkungan dalam situasi yang menyenangkan untuk menciptakan kesenangan belajar tersendiri. Penilaian pribadi alhasil, salah satu budaya literasi yang teridentifikasi adalah peningkatan kualitas pada sumber daya manusia. Berdasarkan penegasan tersebut di atas, Indonesia memerlukan rencana untuk menumbuhkan budaya literasi di sekolah.

Sumber: jurnalpost.com/meningkatkan-keterampilan-literasi-melalui-kebiasaan/42193/
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Berita Terpopuler