Penulis : Fajar Ramadhani Pambudi
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang
JurnalPost.com – Inflasi dapat diartikan sebagai suatu proses kenaikan harga secara terus menerus dan umumnya berhubungan dengan mekanisme pasar, masalah ini dapat bisa disebabkan oleh berbagai faktor, faktor penyebabnya antara lain, meningkatnya konsumsi masyarakat, lebihnya likuiditas di pasar yang dapat memicu spekulasi atau bahkan konsumsi, adanya ketidaklancaran pendistribusian barang juga dapat menjadi pemicu faktor pada kasus ini.
Naiknya harga barang yang hanya dari satu produk tidak atau belum dapat disebut dengan sebutan inflasi. Sedangkan, Investasi yaitu penanaman modal berbentuk duit atau aset aset berharga lainnya, kepada suatu usaha atau instansi dengan-angan angan setelah jangka waktu tertentu penanam modal atau perusahaan yang menanam modal tersebut akan mendapatkan keuntungan. Ada beberapa contoh investasi seperti saham, deposito, obligasi, tabungan, asuransi, reksadana, perusahaan fintech, dan crypto. Investasi dalam sekuritas, termasuk saham, obligasi, dan reksadana tingkat pengembalianya sangat bervariatif. Oleh karena itu, jenis jenis investasi seperti inilah yang bergerak cepat mengikuti perkembangan atau naiknya harga inflasi, sehingga keadaan ini membuatnya kebal terhadap risiko inflasi.
Efek inflasi terhadap perekonomian biasanya buruk. Tidak hanya menurunkan nilai mata uang, tetapi efek dari inflasi ini juga berpengaruh kedalam tabungan atau bahkan bisa berdampak bagi investasi kita. Alih-alih hasil yang tinggi, inflasi mengancam akan mengikis laba atas investasi anda. Tetapi, tidak semua inflasi memberikan dampak buruk bagi investasi, dalam artian tertentu inflasi juga dapat berdampak positif untuk perekonomian. Inflasi tidak selalu berdampak buruk, ada juga yang positif.
Mereka yang menjadi debitur atau pengusaha juga dapat merasakan efek positif dari inflasi. Bagi peminjam, hal ini dapat membuat utang yang dilunasi bernilai lebih sedikit atau rendah daripada saat dipinjam. Bagi pengusaha, hal ini bisa saja memungkinkan pengusaha untuk memperoleh pendapatan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya yang mereka keluarkan di awal. Walaupun pengaruh inflasi umumnya bersifat baik atau positif, tidak dipungkiri apabila pengaruh buruk dari inflasi biasanya lebih seringa tau bahkan dapat mengancam kestabilitasan ekonomi sampai perekonomian nasional.
Tingkat inflasi yang sudah dilaporkan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) dapat dijadikan patokan kenaikan harga yang terjadi secara umum di Negara kita. Inflasi ini dapat terjadi karena, adanya kenaikan atau penurunan tingkat perekonomian di suatu negara. Berikut ini adalah faktor penyebab terjadinya inflasi, antara lain:
1. Permintaan barang dan jasa yang meningkat.
2. Biaya produksi meningkat secara pesat.
3. Peredaran nilai uang yang tinggi.
Adapun dampak dari terjadinya inflasi, yaitu:
1. Inflasi mempengaruhi kemampuan ekspor suatu negara
2. Inflasi mempengaruhi minat menabung di bank
3. Inflasi mempengaruhi kestabilan nilai mata uang
Dari banyaknya ragam bentuk investasi, saham dianggap secure karena menawarkan perlindungan atau keamanan yang lebih terjaga terhadap inflasi jika dibandingkan dengan obligasi maupun deposito. Hal ini dapat terjadi karena perusahaan yang menerbitkan saham memiliki kemampuan meningkatkan harga untuk menutupi biaya yang lebih besar. Oleh karena itu, kinerja perusahaan berpeluang naik ke tingkat inflasi atau bahkan lebih tinggi. Hal ini tentunya tidak terjadi pada semua perusahaan yang menerbitkan saham.
Oleh karena itu, sebagai seorang investor, harus jeli dalam mengamati dan mempelajari tentang kinerja perusahaan tempat kita untuk memantapkan atau meyakinkan kita untuk berinvestasi. Jika kita salah dalam hal memilih perusahaan, maka kita harus siap dengan segala akibat atau resikonya, yaitu kerugian usaha kita dapat diberhentikan. Dapat kita pahami dan selalu ingat bahwa ada risiko kerugian yang tinggi saat berinvestasi di pasar saham. Jadi, harus siap menerima pro dan kontra. Efek inflasi yangakan terjadi terhadap investasi bisa dengan cara yang sangat halus. Agar inflasi tidak sering berdampak pada investasi, dapat mengambil tindakan pencegahan seperti berikut ini:
1. Diversifikasi portofolio investasi. Jangan hanya menaruh uang dalam satu bentuk investasi, tetapi sebarkan ke beberapa bentuk atau macam investasi. Hal ini untuk meminimalkan resiko kerugian dengan menyimpan uang dalam aset terhadap inflasi.
2. Pemantauan perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) ini dapat mengetahui dan bahkan menganalisis inflasi yang terjadi saat ini dan bagaimana pengaruhnya terhadap investasi.
3. Bekerja samalah dengan penasihat keuangan profesional yang dapat memberikan saran dan nasihat tentang langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengamankan uang anda.
Ada dua kebijakan yang dapat mengatasi inflasi yaitu, kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Inflasi dan suku bunga selalu berkolerasi terbalik, jika inflasi naik maka suku bunga investasi rendah.
Jadi untuk menurunkan inflasi suku bunga investasi harus di naikkan. Suku bunga dan aset yang beresiko tinggi juga berkolerasi terbalik, jika suku bunga dinaikkan biasanya harga aset yang high risk bakal mengalami penurunan. Jika daya beli dan konsumsi masyarakat melemah pada akhirnya tingkat inflasi diharapkan turun secara bertahap. Karena sekarang kondisi pasar masih sangat di pengaruhi oleh pergerakan inflasi dan suku bunga investasi yang memungkinkan masih bisa naik karena didorong oleh ketidakpastian dunia. Pilih saham saham big caps yang mempunyai porsi besar di indeks. Karena saham saham dengan indeks besar mempunyai likuiditas yang sangat tinggi, market cap besar dan juga memiliki fundamental perusahaan yang baik.
Jadi, seberapa besar sih pengaruh inflasi terhadap investasi? Pada lingkup perekonomian investasi asing di suatu negara cukup menunjukan minat pada bisnis di ruang lingkup perekonomian tertentu. Penanaman modal asing berjangka waktu panjang dari perusahaan atau proyek yang strategis dalam negeri merupakan bentuk dari investasi lintas negara, maka umumnya Foreign Direct Investment atau FDI ini selalu melibatkan dua negara atau lebih. Nah, hal ini sangat berpengaruh, apalagi jika investasi kita adalah investasi jangka panjang. Siapkan uang dingin sebesar 30 sampai 40 persen dari aset untuk dipakai jika kondisi inflasi sudah mereda atau bahkan sudah mengalami penurunan. Disini lah waktu yang tepat untuk berinvestasi.
Editor Oleh:Redaksi