Oleh: Muhammad Rafli Rizky Pradana,Wahyu Dwi Pambagyo, Devira Hidayatullah, Vina Pyanastika Mustika, Syariah Sabrina, Mohammad Syarifuddin Akbar, M. Bintang Wicaksono.
Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Muhammadiyah Malang.
Sepak Bola merupakan olahraga yang paling digemari oleh seluruh lapisan masyarakat di dunia. Sepak bola bukanlah hanya sekedar olahraga tetapi saat ini sepak bola dinilai sebagai budaya yang paling populer salah satunya di Indonesia.
Setiap tim sepak bola pastinya memiliki penggemarnya masing-masing yang mendukung penuh tim sepak bola favoritnya, namun tidak bisa dipungkiri juga terkadang para penggemarnya bisa memicu suatu konflik yang tidak diinginkan.
Dalam hal ini konflik sudah sering kali terdengar utamanya di dalam dunia persepakbolaan Indonesia. Salah satu konflik antar suporter yang paling terkenal adalah konflik antara Persija dan Persib Bandung. Konflik yang terjadi antar kedua suporter tersebut sudah terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama.
konflik ini belum menemukan titik terang hingga sekarang, jika tidak segera ada resolusi dan regulasi yang tepat untuk permasalahan ini maka dikhawatirkan permasalahannya akan semakin meluas dan semakin sulit untuk diselesaikan.
Pada tanggal 2 Maret 2022 telah terjadi bentrok antara suporter Persija dan Persib Bandung pada saat nonton bersama di Jalan Kh. Soleh Iskandar, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Hingga menelan korban dari salah satu anggota suporter dari The Jakmania.
Kami telah menghubungi dan melakukan wawancara kepada salah satu anggota The Jakmania melalui sambungan telepon. yang bersangkutan menceritakan kepada kami, yang menjadi korban bermula ketika salah satu sub korwil The Jakmania Kabupaten Bogor mengadakan nonton bareng di Jalan Baru Sholeh Iskandar.
Malangnya, ketika acara nobar yang berlangsung selesai para Jakmania yang sudah membubarkan diri dan hendak pulang ke daerah masing-masing tersebut, dicegat oleh rombongan suporter Persib atau yang biasa kita sebut Viking dengan jumlah sekitar 300 motor yang melakukan sweeping di terowongan Soleh Iskandar dan terjadilah pengeroyokan yang mengakibatkan beberapa korban terluka.
Maka daripada itu, dalam hal ini ada beberapa resolusi konflik yang dapat kami berikan untuk mengatasi permasalahan kedua suporter tersebut.
Bahwasanya dalam mengatasi hal ini, kita dapat melibatkan banyak peran dan berkolaborasi demi mencegah atau menangani terjadinya konflik antara The Jakmania (Persija Jakarta) dan Viking (Persib Bandung). Aparat disini haruslah diibaratkan menjadi “pemadam kebakaran” untuk memadamkan api atau percikan-percikan yang bisa mengarah ke konflik yang besar.
Jika tidak maka para provokator akan terus memprovokasi kepada kelompok rentan dan anggota-anggotanya yang menyebabkan konflik terus meluas.
Adanya komunikasi yang membangun antara pimpinan klub dengan para korwil (ketua suporter), untuk mensosialisasikan kepada anggota suporter lain sehingga dapat mengubah mindset suporter dalam menerima kekalahan.
Jika terjadi konflik maka akan merugikan kedua belah pihak baik pihak suporter dan klub bola yang bersangkutan, karena jika terjadi konflik klub bola tersebut akan terkena banned dari PSSI.
Produk-produk hukum yang sudah ada haruslah ditegakkan dan kasus-kasus kekerasan juga diusut secara serius agar terjadinya efek jera terhadap pelaku karena hukuman yang diterima, sehingga diharapkan tidak ada yang berani untuk berbuat kekerasan karena adanya hukum yang berlaku tersebut.
Pemerintah juga harus ikut andil dalam resolusi konflik supporter ini dengan membuat program-program yang efektif bagi suporter dan mengawalnya terus menerus. Diharapkan jika semua kelompok dapat berkontribusi secara semestinya dan aktif melaksanakan tugasnya maka dapat tercapainya tingkat rekonsiliasi antar suporter klub. (*)