Bedah buku antologi cerpen Titik Nadir Penantian karya warga lapas perempuan. (Humas UMM/KLIKMU.CO)
KLIKMU.CO – Setelah sukses me-launching buku antologi cerpen berjudul Titik Nadir Penantian pada Januari tahun lalu, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan warga binaan di Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas IIA Malang kembali meluncurkan cetakan kedua dengan versi revisi.
Buku antologi cerpen yang merupakan karya dari 32 perempuan warga binaan Lapas Malang itu dicetak dengan tampilan cover yang lebih menarik dengan suguhan isi yang lebih rapi dan mudah dibaca.
Terkait buku tersebut, Lembaga Kebudayaan (LK) UMM menggandeng New Book Store UMM dan MNC Publishing menggelar acara Bedah Buku pada Senin (3/10) lalu. Dalam sambutannya, Kepala LK UMM Dr Daroe Iswatiningsih MSi mengatakan lahirnya buku Titik Nadir Penantian merupakan bentuk pengabdian untuk mewadahi cerita dan curahan hati serta perasaan dari warga lapas dalam bentuk tulisan. Kemudian diwujudkan dalam sebuah karya yang apik.
Upaya tersebut dilakukan agar stigma masyarakat terhadap warga lapas ketika mereka keluar tidak lagi disepelekan. Apalagi dengan adanya kemampuan menulis dan juga literasi yang sudah mumpuni.
“Secara substansi, cetakan pertama dan kedua tidak jauh berbeda. Mungkin yang sangat kentara dari aspek sajian sampul yang lebih cemerlang. Kemudian juga ukuran huruf lebih diperbesar untuk memudahkan para pembaca,” terangnya.
Agenda tersebut juga menghadirkan Perencana Muda Subkor Ekonomi Keuangan R. Agung Harjaya Buana sebagai pembedah buku. Dalam paparannya, Agung sangat mengapresiasi buku yang ditulis dari warga binaan lapas.
Menurutnya, buku tersebut merupakan karya intelektual yang luar biasa karena lahir dari warga binaan lapas yang melampaui apa yang orang-orang pikirkan tentang mereka.
“Sebuah kisah antologi kehidupan dari warga lapas dituliskan dalam sebuah buku merupakan karya besar. Jika ini terus berlanjut maka akan menjadi aktivitas ekonomi yang luar biasa karena ada royalti yang nantinya menjadi sebuah penghasilan baru bagi lapas. Bayangkan, sebuah tulisan adalah keabadian. Saat kita sudah tiada, tulisan masih akan selalu ada. Apalagi tulisan yang berdasarkan dari pengalaman tentu akan lebih di hargai,” ungkap Agung.
Di sisi lain, Kepala Lapas Perempuan Kelas IIA Malang Tri Anna Aryati SH MSi mengucapkan terima kasih kepada pihak sivitas akademika UMM dengan dicetak ulangnya buku tersebut.
“Saya harap buku tersebut bisa bermanfaat bagi masyarakat yang membacanya. Dengan membaca buku pengalaman dari warga binaan ini, saya harap kita bisa lebih berhati-hati dalam menjalani kehidupan. Semoga buku ini bisa jadi pembelajaran bagi kita semua,” harap Anna. (Wildan/AS)