Dr Nurwidodo MKes memberikan penjelasan kepada guru. (Husamah/KLIKMU.CO)
KLIKMU.CO – Tim dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sukses melaksanakan program pengabdian masyarakat yang fokus pada dua poin utama dalam Sustainable Development Goals (SDGs) di sekolah Muhammadiyah Kota Batu, Rabu (15/1/2025). Program ini bertujuan untuk mendukung pencapaian SDGs poin 4 (Pendidikan Berkualitas) dan SDGs poin 13 (Penanganan Perubahan Iklim).
Tim pengabdian yang terdiri dari Dr Iin Hinndun MKes, Dra Sri Wahyuni MKes, Dra Siti Zaenab MKes, dan Dr Nurwidodo MKes mengidentifikasi sejumlah tantangan dalam implementasi SDGs di sekolah. Dengan dukungan pendanaan internal universitas dan block grant fakultas, tim menyusun program pendampingan yang bertujuan mengatasi celah tersebut, terutama dalam aspek pendidikan dan lingkungan.
Terkait SDGs poin 4, tim dosen UMM berfokus pada peningkatan kualitas pembelajaran dengan menerapkan model Problem-Based Learning (PBL) dan Project-Based Learning (PJBL). Kedua model ini selaras dengan kurikulum nasional, termasuk Kurikulum 2013, Kurikulum Merdeka 2020, dan Deep Learning Curriculum 2025.
“Sayangnya, di lapangan masih banyak guru yang belum memahami cara mengimplementasikan PBL dan PJBL dengan efektif. Akibatnya, tujuan pemberdayaan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills atau HOTS) dan keterampilan abad ke-21 belum tercapai,” ungkap Iin Hinndun.
Melalui pelatihan dan pendampingan intensif, para guru mulai memahami cara menerapkan metode ini dengan efektif. Kepala Sekolah SMA Islam Ikhwan menyatakan, pelatihan ini sangat membantu sekolahnya meningkatkan keterampilan dalam mengajar, dan hasilnya mulai terlihat pada siswa.
Meningkatkan Literasi Lingkungan melalui EMKONTAN
Untuk SDGs poin 13, tim dosen UMM memperkenalkan model pembelajaran EMKONTAN (Ecomapping dan Konservasi Berkelanjutan). Model ini mendorong siswa untuk memahami masalah lingkungan melalui serangkaian langkah seperti investigasi, analisis akar masalah, hingga aksi solusi.
“Dengan model EMKONTAN, literasi lingkungan siswa meningkat. Mereka tidak hanya belajar memahami masalah, tetapi juga terlibat dalam solusi nyata seperti menyusun karya ilmiah dan melaksanakan aksi konservasi,” jelas Sri Wahyuni.
Program ini juga mendukung sekolah dalam memperkuat predikat sebagai sekolah Adiwiyata.
Windra Rizkiana, Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 8, menyatakan, pendampingan ini membawa angin segar bagi sekolahnya. “Dengan modalitas seperti EMKONTAN, kami optimistis bisa mencapai predikat Adiwiyata Nasional,” katanya.
Program ini menjadi bukti komitmen UMM dalam mendukung pencapaian SDGs 2020-2030. “Kolaborasi antara akademisi dan institusi pendidikan menengah sangat strategis untuk memastikan generasi muda siap menghadapi tantangan global,” ujar Nurwidodo.
Dengan hasil yang menggembirakan, program ini diharapkan dapat direplikasi ke sekolah-sekolah lain, menciptakan sinergi antara pendidikan berkualitas dan kesadaran lingkungan sebagai langkah nyata menuju pembangunan berkelanjutan.
(Husamah/AS)