Suasana Seminar Nasional Teknologi Informasi Prodi Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang membahas peluang dan tantangan smart city. (Humas UMM/KLIKMU.CO)
KLIKMU.CO – Teknologi, institusi, kebijakan dan peraturan menjadi faktor kesuksesan sekaligus tantangan bagi smart city. Hal-hal tersebut dikaji lebih dalam di Seminar Nasional Teknologi Informasi Prodi Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Seminar bertajuk “Peluang dan Tantangan Pengembangan Smart City di Indonesia” ini mengundang sederet pemateri ahli pada Kamis (9/6) lalu. Di antaranya pembicara dari Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) RI Dwi Elfrida Martina, S.IP., MPPM, Dosen Prodi Ilmu Pemerintahan (IP) UMM Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si. dan Dosen FEB UMM Djoko Sigit, S.E., M.Acc., P.hD.
Membuka seminar, Dekan FISIP UMM Prof. Dr. Muslimin, M.Si., mengatakan bahwa para mahasiswa diharapkan mampu meningkatkan literasi terkait smart city. Utamanya dalam upaya mengelola dan menggunakan teknologi informasi komunikasi. Di samping itu juga berupaya menyediakan layanan dan memberi solusi inovatif untuk masalah perkotaan.
Di sisis lain, Dwi selaku koordinator layanan aplikasi pemerintah daerah menuturkan bahwa smart city bukanlah menjadi upaya pencitraan agar bisa disorot media. Namun yang paling penting adalah membangun citra kota atau wajah kota sebagai target dalam membangun kota cerdas. Kemudian diikuti dengan pembangunan infrastruktur, image, dan layanan yang mumpuni. Diharapkan pembangunan tersebut juga diakui oleh nasional maupun internasional.
“Smart city merupakan kawasan yang dapat mengelola berbagai sumber dayanya secara efektif dan efisien. Sehingga mampu menyelesaikan berbagai tantangan menggunakan solusi inovatif, terintegrasi, dan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas hidup warganya,” jelas Dwi.
Di sisi lain, Tri Sulistyaningsih juga sempat menjelaskan beberapa komponen dan karakteristik sebuah smart city. Diawali dengan smart governance yang menjadi aspek penting dalam pembangunan smart city. Kemudian juga smart living hingga smart economy.
Komponen atau karakteristik lain yang diperlukan yakni smart environment dan smart mobility. “Satu hal lain yang tidak boleh dilupakan adalah smart people. Orang-orang di kota tersebut juga harus pintar dan cerdas menggunakan teknologi dan memanfaatkan arus informasi. Akan sia-sia jika kotanya sudah smart tapi masyarakatnya tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi,” ungkap Tri.
Hal tak jauh berbeda juga disampaikan Djoko. Menurutnya, ada sederet tantangan data yang harus dihadapi dalam smart city. Tantangan itu dapat berupa kebijakan dan peraturan, utamanya terkait kesiapan peraturan daerah. Aspek kelembagaan, pelaksanaan, dan teknologi juga menjadi hal yang tak bisa disepelekan.
“Seperti akses dan juga investasi teknologi informasi dan komunikasi. Ada juga tantangan institusional berupa kepemimpinan dan birokrasi. Tak ketinggalan aspek regulasi, infrasturktur, kualitas data hingga budaya berbasis data,” ungkapnya menambahkan.
Djoko juga menegaskan bahwa smart city bukan hanya fokus di aspek teknologi semata. Namun hal yang tidak kalah penting adalah cara untuk mengolah data. Menurutnya, smart city akan berhasil diwujudkan jika masyarakat mampu mengunakan data dengan baik dan bijak. (RF)