Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuka Muktamar Ke-45 Muhammadiyah di Stadion Gajayana, Malang, Jawa Timur ditemani (almarhum) Buya Syafii Maarif. (Dok Liputan6.com)
KLIKMU.CO – Muktamar Ke-48 Muhammadiyah bakal berlangsung pada 18-20 November mendatang di Solo, Jawa Tengah. Tepatnya di Gedung Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Muktamar kali ini berlangsung secara tatap muka. Penggembira pun boleh datang dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Berarti kurang lebih empat bulan lagi musyawarah tertinggi di Muhammadiyah ini digelar. Dalam rangka menyambut muktamar, mari kita tengok lagi tema dan lokasi muktamar dari masa ke masa, setidaknya mulai tahun 2005 hingga saat ini. Diolah dari berbagai sumber, inilah tema dan lokasi pelaksanaan muktamar Muhammadiyah sejak 2005.
Muktamar 2005
Muktamar Ke-45 Muhammadiyah dan Aisyiyah pada 2005 berlangsung di Malang, Jawa Timur, tepatnya di Stadion Gajayana. Muktamar Ke-45 Muhammadiyah tahun 2010 ini mengambil tema “Muktamar Jelang Satu Abad Muhammadiyah: Tajdidi Gerakan untuk Pencerahan Peradaban”.
Presiden kala itu, Susilo Bambang Yudhoyono, membuka gelaran muktamar. Muktamar digelar hingga 8 Juli 2005. Salah satu agenda utamanya adalah memilih ketua umum PP Muhammadiyah periode 2005-2010 untuk menggantikan (almarhum) Buya Ahmad Syafii Maarif.
Kala itu, jumlah peserta muktamar Muhammadiyah sebanyak 2.600 orang, sedangkan untuk muktamar Nasyiyatul Aisyiyah sebanyak 1.400 orang. Sekitar 70.000 penggembira dari seluruh Indonesia turut menyemarakkan muktamar yang selanjutnya diadakan di kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini.
Beberapa calon kuat ketum PP Muhammadiyah kala itu adalah Din Syamsuddin, Malik Fadjar, Rosyad Sholeh, dan Haedar Nashir. Dan, yang terpilih dalam muktamar adalah Prof Din Syamsuddin MA untuk periode 2005-2010.
Muktamar 2010
Muktamar kali ini sangat spesial. Pasalnya, Muhammadiyah menggelar Muktamar Ke-46 di Yogyakarta 3-8 Juli 2010 dalam rangka peringatan genap satu abad berdirinya salah satu organisasi keagamaan terbesar Indonesia ini. Adapun tema peringatan istimewa ini adalah “Gerak Melintas Zaman Dakwah dan Tajdid Menuju Peradaban Utama.”
Ketua PP Muhammadiyah saat itu, Din Syamsuddin, mengatakan bahwa Muktamar Ke-46 Muhammadiyah di Yogyakarta akan menjadi awal kebangkitan gerakan Muhammadiyah memasuki abad kedua setelah kelahiran organisasi bentukan KH Ahmad Dahlan itu.
“Muktamar ini akan menjadi pijakan dan momentum penting bagi Muhammadiyah untuk mewujudkan gerakan dakwah dan tajdid menuju peradaban utama dalam kehidupan umat,” katanya saat itu.
Din menjelasan, selama perhelatan itu, para pakar dan peserta muktamar antara lain mendiskusikan pernyataan pikiran Muhammadiyah yang dirumuskan dari refleksi perjalanan organisasi itu dalam 100 tahun terakhir.
Selain itu, muktamar akan membahas program jangka pendek Muhammadiyah periode 2010-2015 yang antara lain meliputi peningkatan kapasitas organisasi pada cabang dan ranting serta para kadernya.
“Juga sikap Muhammadiyah mengenai masalah-masalah strategis bangsa seperti korupsi dan upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat,” katanya.
Agenda lain muktamar adalah peeetapan anggota pimpinan pusat dan ketua umum pimpinan pusat Muhammadiyah periode 2010-2015.
“Tapi dalam tradisi Muhammadiyah pemilihan ketua umum tidak seperti pemilihan ketua pada organisasi massa yang lain. Di sini itu hal yang sangat biasa, tidak ada istilah massa pendukung calon dan semacamnya,” kata Din.
Ia menjelaskan, dalam tradisi Muhammadiyah, anggota pemimpin pusat dan ketua umum dipilih dari anggota tanwir yang jumlahnya sekitar 180 orang. “Sebelum Muktamar akan ada sidang tanwir. Sidang itu akan menyeleksi 39 calon anggota pimpinan pusat dan dari ke-39 calon itu akan dipilih 13 anggota pimpinan pusat. Ke-13 orang itulah yang kemudian akan menetapkan ketua umum,” bebernya.
Pada muktamar saat itu, Din Syamsuddin kembali terpilih sebagai ketua umum PP Muhammadiyah untuk kali kedua.
Muktamar 2015
Muktamar Ke-47 Muhammadiyah berlangsung di Makassar, Sulawesi Selatan. Pada muktamar kali ini, Haedar Nashir resmi ditetapkan menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2015-2020 lewat rapat terbatas oleh formatur terpilih, termasuk Haedar. Ia menggantikan ketua umum sebelumnya, Din Syamsuddin.
Rapat terbatas yang hanya berlangsung selama 10 menit itu akhirnya menetapkan Haedar menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah dan Abdul Mu’ti menjadi sekretaris umumnya. Hasil tersebut kemudian dibawa ke sidang pleno bersama peserta Muktamar ke-47 Muhammadiyah. Peserta sidang menerima hasil itu secara aklamasi.
Muktamar Ke-47 Muhammadiyah ini mengusung tema “Gerakan Pencerahan Menuju Indonesia Berkemajuan”. Tema yang digagas merupakan komitmen Muhammadiyah untuk ikut serta memajukan Indonesia dengan sentuhan Islam melalui gerakan amar ma’ruf nahi munkar dengan mengusung tagline “Islam Berkemajuan”. Tema ini juga dilatarbelakangi pemikiran bahwa Islam memiliki watak universal. Permasalahan yang diatasi tidak hanya bernuansa lokal, tapi lebih ke arah yang lebih luas.
Ketua Umum PP Muhammadiyah itu Din Syamsudin dalam sambutannya mengatakan bahwa tema itu merupakan bentuk komitmen Muhammadiyah terhadap bangsa dan negara yang berdasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Sementara itu, Presiden Jokowi dalam sambutannya mengajak Muhammadiyah untuk menghargai keberagaman. Muktamar diharapkan mampu meneguhkan komitmen Muhammadiyah untuk memberikan pencerahan kepada umat dan memajukan peradaban bangsa.
Wakil Presiden kala itu, Jusuf Kalla, didapuk untuk menutup Muktamar Ke-47 Muhammadiyah di aula utama Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh), Makassar, Jumat (7/8).
Saat penutupan, Haedar Nashir mengatakan bahwa dirinya bukan yang terbaik di antara kader Muhammadiyah kendati terpilih menjadi ketua umum lewat prosesi di muktamar kali ini.
“Saya bukan yang terbaik. Tapi kalau kata Pak Din Syamsuddin itu saya dimajukan selangkah dan ditinggikan seranting. Saya di PP Muhammadiyah akan berjalan secara kolektif bersama 12 pimpinan Muhammadiyah lainnya,” kata Haedar.
Muktamar 2022
Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah memutuskan Muktamar Ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah digelar di Solo, Jawa Tengah. Rencananya, muktamar digelar selama tiga hari berturut, 18-20 November 2022. Sesuai dengan tradisi, seharusnya muktamar berlangsung pada 2020. Tapi, kasus pandemi kala itu sedang tinggi-tingginya sehingga Pimpinan Pusat Muhammadiyah memutuskan untuk menunda muktamar.
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengatakan, bakal ada pemilihan Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2022-2027. Lebih lanjut, ia mengatakan, akan ada 5 agenda utama dalam Muktamar 2022 ini.
“Ada lima agenda utama Muktamar. Kesatu, laporan pertanggungjawaban PP Muhammadiyah 2015-2022. Kedua, program Kerja Muhammadiyah 2022-2027, dan ketiga Risalah Islam Berkemajuan,” kata Abdul Mu’ti Sabtu (2/7/2022).
Lalu, membahas isu-isu umat dan kemanusiaan global. Adapun muktamar adalah forum tertinggi pengambilan keputusan di Muhammadiyah. Forum ini digelar untuk memilih anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2022-2027 dan Ketum PP Muhammadiyah periode 2022-2027.
Tema muktamar tahun ini adalah “Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta”. Muhammadiyah berusaha berkhidmat memberikan pelayanan dan melaksanakan program yang bermanfaat bagi masyarakat.
“Muhammadiyah berusaha berperan lebih besar dalam memajukan Indonesia dan memperluas gerakan di ranah dunia,” bebernya.
Dia menyampaikan, muktamar dilaksanakan secara tatap muka langsung, namun dengan memperhatikan protokol kesehatan Covid-19. Pertemuan secara tatap muka ini diputuskan dalam Tanwir Muhammadiyah dan Aisyiyah. Abdul Mu’ti menjelaskan, arena Muktamar ditata sedemikian rupa sehingga aman dari potensi penularan Covid-19. Peserta Muktamar pun harus sudah mendapat vaksin ketiga (booster), selalu memakai masker, dan mencuci tangan dengan air bersih. Hal yang sama juga berlaku untuk penggembira.
“Walaupun,aturan untuk penggembira tidak seketat peserta karena penggembira tidak berada di ruang atau venue Muktamar, tapi lebih banyak aktivitas di luar. Hal yang sama juga berlaku,” terang Abdul Mu’ti. (AS)