Terbuka bagi Semua Kalangan, Ciri Muhammadiyah sejak Awal Berdiri

Author : Humas | Sabtu, 03 September 2022 02:49 WIB | KlikMu.co - KlikMu.co

Habib Huesin Ja’far Al Hadar mengisi acara Sarasehan Pra-Muktamar Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). (Humas UMM/KLIKMU.CO)

KLIKMU.CO – Hal menarik disampaikan oleh Habib Huesin Ja’far Al Hadar dalam Sarasehan Pra-Muktamar Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Menurutnya, moderatisme di tubuh Muhammadiyah sudah sangat baik.

“Muhammadiyah dinilai inklusif dan terbuka bagi semua kalangan. Bahkan sudah menjadi ciri awal sejak organisasi ini berdiri,” katanya, Sabtu (3/9/2022).

Terkait Islam wasathiyah, Habib Ja’far mengatakan bahwa moderatisme atau wasathiyah bukan berarti tidak memihak pada siapa pun. Namun, layaknya wasit yang berdiri di tengah, Muhammadiyah melihat ke kanan dan ke kiri secara fair. Tidak bias ke kanan maupun ke kiri. Muhammadiyah akan menilai suatu keadaan yang berdiri di hal yang benar.

“Adapun moderatisme pada dasarnya bagian integral paling mendasar dari Islam. Jadi kemunculannya bukan karena terorisme atau radikalisme,” katanya.

Habib Ja’far juga menyebut sederet implementasi moderatisme dalam Muhammadiyah. Mulai moderatisme ekonomi yang mencegah kemiskinan hingga moderatisme pendidikan dengan puluhan ribu lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah, termasuk UMM dan 174 perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah lainnya.

Pun dengan moderatisme moral yang dibuktikan sikap integritas yang tinggi, anti korupsi, disipilin dan lainnya. Moderatisme sosial Muhammadiyah juga ia nilai sangat baik.

Bisa dilihat dari keterbukannya yang bagus, contohnya persentase mahasiswa non-muslim di perguruan tinggi Muhammadiyah Kupang yang mencapai 70% lebih. Kemudian tiga aspek terakhir yakni moderatisme Muhammadiyah dalam aspek dakwah, kebangsaan, serta gender.

“Mungkin satu masukan yang bisa didiskusikan lebih lanjut di Muktamar Muhammadiyah nanti adalah moderatisme digital. Saya seringkali hadir di forum digital, tapi susah sekali menemui orang-orang Muhammadiyah yang jadi dai digital. Padahal tantangan dan medan perang utama ada di sini. Hampir 63% orang itu belajar Islam lewat platform digital. Bahkan menurut riset, masyarakat Indonesia rata-rata menggunakan 8,5 jam untuk gawainya. Maka ini menjadi hal yang penting untuk segera didiskusikan dan dicari strateginya,” ungkap Habib Ja’far.

Di sisi lain, Wakil Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center PP Muhammadiyah Rahmawati Husein PhD. menyampaikan Islam wasathiyah dari perpektif praksis. Bagaimana gerakan kemanusiaan yang Muhammadiyah lakukan menjadi bagian wujud Islam wasathiyah.

Ia menjelaskan bahwa prinsip kemanusiaan ada empat yakni humanity, impatiality, neutrality dan independence.

“Muhammadiyah menolong orang itu tidak didasarkan atas latar belakang agama atau golongan. Tapi, Muhammadiyah membantu didasarkan atas teologi Al-Maun dan prinsip-prinsip kemanusiaan,” tegas Rahmawati.

Hal tak jauh berbeda juga disampaikan Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial Humaniora BRIN Prof. Dr. Ahmad Najib Burhani. Ia menjelaskan secara historis dan politis makna dari ummatan washatan.

“Dalam konteks menuju Indonesia emas 2045 nanti, maka makna ummatan wasathan yang paling cocok dengan kita adalah bagaimana kita menjadi umat terbaik,” tegasnya. (Wildan/AS)

Sumber: https://klikmu.co/terbuka-bagi-semua-kalangan-ciri-muhammadiyah-sejak-awal-berdiri/
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Berita Terpopuler