KOMPAS.com - Mudahnya layanan pesan antar aneka makanan dan minuman secara online membuat masyarakat semakin suka jajan.
Apalagi makanan dan minumam manis, seperti boba, kopi susu, makanan cepat saji, roti manis, hingga kue kekinian bisa dengan sekali klik di handphone (hp), maka kamu bisa menikmatinya dengan cepat.
Namun, hal ini lama kelamaan akan membuatmu terkena risiko obesitas dan diabetes.
Dosen Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Ns. Zaqqi Ubaidillah mengatakan hal ini perlu diwaspadai.
Zaqi sapaan akrabnya menjelaskan, potensi penyakit diabetes kini semakin meningkat.
Bahkan menurut penelitian dari International Diabetes Federation, Indonesia diprediksi pada tahun 2030 akan berada di peringkat 6 negara dengan penderita diabetes terbanyak.
Dia menjelaskan diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi, karena pankreas tidak dapat menghasilkan atau menggunakan hormon insulin secara efisien.
Padahal hormon sangat penting karena berfungsi mengatur kadar gula darah dalam tubuh.
Peluang menderita diabetes meningkat karena minuman berglukosa tinggi meningkatkan radikal bebas dalam tubuh. Selain itu juga menyebabkan toxic glukosa yang dapat merusak sel beta pankreas. Sementara sel ini memiliki tugas penting untuk mengeluarkan insulin.
"Selain diabet, makanan atau minuman yang tinggi gula juga dapat merusak endotel pembuluh darah yangg dapat mengakibatkan aterosklerosis atau penyumbatan pembuluh darah," kata perawat spesialis medikal bedah UMM itu.
Menurutnya, kebiasaan jajan minuman kekinian tersebut kian tak sehat apabila ditunjang pola makan tinggi kalori.
Di antaranya nasi goreng, mi goreng, nasi uduk, nasi padang, makanan cepat saji, dan makanan berpengawet lainnya. Pun dengan kebiasaan menambah rasa dan toping pada makanan dan minuman.
“Tak cuma kopi dan boba, aneka minuman kemasan, termasuk jus dan minuman berkarbonasi lainnya juga mengandung kadar gula yang cukup tinggi. Bahkan melebihi dari kebutuhan harian maksimal orang dewasa,” tegasnya.
Meski demikian, ini tak berarti masyarakat tidak diperbolehkan mengonsumsi makanan atau minuman favorit.
Selama tidak rutin dan bisa membatasi, Zaqi mengatakan bahwa mencoba dan mencicipi makanan kekinian diperbolehkan asal sesuai takaran.
Ia juga mengajak masyarakat untuk memahami kandungan yang ada di dalam berbagai makanan. Salah satu caranya dengan membaca kandungan nilai gizi yang tertera di kemasan.
Dengan begitu, mereka bisa mengatur makanan apa saja yang bisa dimakan secara rutin dan makanan mana saja yang harus dibatasi.
“Sebaiknya masyarakat memperbanyak konsumsi sayur dan buah. Pun dengan minuman yang mengandung 0 kalori seperti air putih, kopi, serta teh tanpa gula,” pungkasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.