Muhammadiyah memiliki peran penting dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. Salah satunya adalah mengarusutamakan pembangunan sumber daya manusia serta membangun inklusivitas di masyarakat.
KOMPAS/DAHLIA IRAWATI | Sarasehan Pra-Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Universitas Muhamamdiyah Malang Dome, (Sabtu, 03/09/3033 ). Dalam kesempatan itu hadir Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia (PMK) Muhadjir Effendy. Sarasehan tersebut bertema Muhammadiyah Menyambut Indonesia Emas 2045. Adapun mukatamar ke-48 Muhammadiyah akan digelar November 2022 di Solo.
MALANG, KOMPAS — Muhammadiyah memiliki peran penting dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. Salah satunya adalah mengarusutamakan pembangunan sumber daya manusia serta membangun inklusivitas di masyarakat.
Hal itu disampaikan sebagai pidato pembukaan dalam Sarasehan Pra-Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Universitas Muhamamdiyah Malang (UMM) Dome. Pidato pembukaan disampaikan oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia (PMK) Muhadjir Effendy serta Rektor UMM Fauzan.
Sarasehan tersebut bertema ”Muhammadiyah Menyambut Indonesia Emas 2045”. Adapun Muktamar Ke-48 Muhammadiyah akan digelar pada November 2022 di Solo.
Dalam pidatonya, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia (PMK) Muhadjir Effendy mengajak semua peserta untuk bekerja sama membawa Muhammadiyah dalam arus utama pembangunan SDM. Sebab, SDM dengan kualitas terbaiklah yang akan mampu menentukan kondisi Indonesia pada 2045. Apakah mampu melompat menjadi negara maju, atau justru terpuruk menjadi negara ”tanggung” akibat terjebak dalam middle income trap.
”Sekarang Indonesia sedang dalam momentum bonus demografi. Itu terjadi sejak 2012, yaitu jumlah penduduk berusia produktif antara 16 dan 64 tahun, jumlahnya lebih banyak dibanding usia tidak produktif. Kenapa bonus demografi penting? Ini dengan asumsi, mereka yang usia produktif nantinya bekerja dan produktif. Dengan begitu, pendapatan mereka nantinya akan digunakan untuk tiga hal, yaitu membiayai diri sendiri, mencukupi mereka yang tidak bekerja, dan ketiga untuk ditabung,” kata Muhadjir.
Besar kecilnya tabungan, baik individu atau nasional, menurut Muhadjir, nanti akan menjadi taruhan apakah negara dengan bonus demografi, akan mampu menjadi negara maju atau tidak. ”Kalau gagal, maka akan terjebak dalam middle income trap (jebakan pendapatan menengah). Masyarakat nanggung, begitu-begitu saja,” katanya.
Itulah tanggung jawab kita sebagai warga Muhammadiyah. Bagaimana menyatu dengan semua pihak, termasuk pemerintah untuk mengantar menuju Indonesia emas 2045. (Muhadjir Effendy)
Target Indonesia, pada Indonesia Emas 2045, menurut Muhadjir adalah mampu melompat menjadi negara maju. Itu sebabnya, ia mengajak semua orang bekerja sama membangun SDM agar siap menghadapi masa itu. ”Marilah kita bekerja bersama, membawa Muhammadiyah dalam arus utama pembangunan SDM,”
KOMPAS/PRIYOMBODO (PRI) | Muhadjir Effendy, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Muhammadiyah, menurut Ketua Badan Pembina Harian UMM itu, lebih matang dalam visi membangun SDM. Sebab, sebelum Indonesia merdeka, Muhammadiyah sudah aktif membangun SDM melalui pendidikan dan kesehatan. ”Muhammadiyah itu lebih tua dibanding Indonesia. Muhammadiyah sudah punya visi membangun SDM Indonesia, yang direpresentasikan dalam bentuk pendidikan, kesehatan, standar hidup layak,” katanya.
Muhadjir menambahkan, saat ini, Muhammadiyah memiliki andil dalam pendidikan dengan jumlah siswa mencapai 6 persen dari total siswa 8,6 juta jiwa. Adapun untuk perguruan tinggi, andil Muhammadiyah sebesar 8 peren. Indonesia pun, saat ini duduk dalam peringkat 107 dari 189 negara di dunia dalam hal Indeks Pembangunan Manusia.
”Itulah tanggung jawab kita sebagai warga Muhammadiyah. Bagaimana menyatu dengan semua pihak, termasuk pemerintah untuk mengantar menuju Indonesia emas 2045. Dengan tiga standar tadi, yaitu pendidikan, kesehatan, dan standar hidup layak,” kata Muhadjir.
Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Fauzan, mengatakan bahwa tema ”Muhammadiyah Menyambut Indonesia Emas 2045”, secara implisit mengandung perubahan cara berpikir dalam membawa Muhammadiyah menuju Indonesia Emas 2045. ”Dari UMM inilah kita coba identifikasi kekuatan-kekuatan Muhammadiyah yang nanti akan berkontribusi utamanya saat muktamar,” kata Fauzan.
Acara tersebut, menurut Fauzan, digelar inklusif dengan mengundang beberapa tokoh di luar Muhammadiyah. ”Saya kira Muhammadiyah akan diperhitungkan kalau di dalamnya mengandung pemikiran-pemikiran yang inklusif, yang terbuka. Makanya dengan kegiatan ini, gerakan inkluisivitas harus bersama-sama kita dorong menjadi arus utama di masyarakat,” katanya.