Tips Menyalurkan Kemarahan - Ketika sedang marah tidak jarang seseorang meluapkannya tanpa terkontrol bahkan bisa menyakiti orang di sekitarnya.
Hal tersebut tentu akan merugikan diri sendiri dan juga orang lain seperti keluarga, teman, bahkan orang asing.
Bersumber dari situs Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), marah adalah salah satu mekanisme manusia untuk meluapkan emosi. Namun jika tidak terkontrol, hal ini justru dapat mempengaruhi hubungan dengan orang lain.
Agar Anda dapat meluapkan emosi secara sehat dan tidak menyakiti orang lain, dosen Psikologi UMM, Ratik Eka Pertiwi, memberikan beberapa tips meluapkan emosi yang sehat.
Regulasi emosi adalah kemampuan untuk mengontrol dan menyesuaikan emosi yang timbul pada tingkat intensitas yang tepat untuk mencapai suatu tujuan.
“Usahakan untuk mengontrol emosi atau rasa marah tersebut, agar tidak dieskpresikan dalam bentuk perilaku-perilaku yang agresif, baik verbal maupun fisik. Meski demikian, meregulasi emosi itu bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan, perlu latihan,” ucap Ratih, dikutip dari situs UMM.
Ada berbagai macam cara untuk meregulasi emosi. Salah satunya dengan tarik napas atau mengatur napas.
Ketika sedang emosi, seringkali ritme napas seseorang jadi lebih cepat. Oleh sebab itu, mengatur napas dapat menstimulasi bagian di otak agar dapat meregulasi emosi serta secara otomatis dapat mengurangi ketegangannya.
Jika ada pikiran buruk yang muncul, otomatis emosi yang dirasakan oleh orang tersebut pasti negatif.
Namun jika berpikir hal yang sebaliknya, seperti memandang situasi dengan cara yang berbeda, kemungkinan emosi yang dirasakan pun akan berbeda.
Cara selanjutnya untuk meluapkan marah secara positif adalah dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan
“Bisa journaling, tidur, berolahraga, melakukan art therapy seperti menari, melukis, menggambar,” jelasnya.
Dengan jurnaling, seseorang bisa meluapkan emosi di atas kertas tanpa perlu menyampaikannya secara langsung kepada yang bersangkutan.
Tidur pun dapat menjadi salah satu solusi untuk meluapkan dan meredam emosi. Sebab ketika emosi kita perlu menenangkan diri sesaat, agar bisa lebih bijak dan jernih dalam berpikir.
Namun emosi yang dirasakan tidak boleh disangkal. Jika menumpuk, hal itu bisa menimbulkan akibat fisik yang disebut sebagai psikosomatis.
Psikosomatis adalah istilah yang mengacu pada keluhan gejala fisik yang muncul akibat pikiran dan emosi yang dirasakan seseorang. Seperti nyeri pada bagian dada, sesak napas, dan lain-lain.
“Jadi journaling, tidur, dan sebagainya itu bukan untuk mengalihkan amarahnya. ‘Biar ngga marah aku lari-lari ah’, tidak seperti itu. Rasa kecewa, marah itu harus diakui. Penting diingat bahwa memendam emosi merupakan solusi terburuk. Sebab, idealnya emosi memang harus diekspresikan,” pesannya.