Diplomasi Sepakbola Arab Saudi, Dosen HI UMM Berikan Komentar

Author : Humas | Jum'at, 22 September 2023 17:48 WIB | kumparan - kumparan

Ilustrasi sepakbola. Foto: Tembela Bohle/Pexels

Ilustrasi sepakbola. Foto: Tembela Bohle/Pexels

Pergerakan transfer pemain sepakbola Arab Saudi selama jendela transfer pemain terbilang sangat fantastis. Dimulai dari kepindahan mega bintang Real Madrid, Cristiano Ronaldo, hingga yang terkini ialah bintang Paris-Saint Germain, Neymar Jr.

Halaman berita sepakbola seperti 433, Bleacher Football, hingga jurnalis sepakbola, Fabrizio Romano, tiada hentinya memberikan berita kepindahan pemain-pemain bintang Eropa menuju Liga Profesional Arab Saudi.

Berkaitan dengan hal tersebut, dapat diamati bahwa terdapat hubungan erat antara transfer pemain ini dengan Program Visi 2030 milik Arab Saudi. Pergerakan transfer pemain gila-gilaan tersebut dianggap sebagai langkah diplomasi Arab Saudi dengan memanfaatkan potensi sepakbola yang begitu besar di seluruh penjuru dunia.

Dosen HI UMM, Hafid Adim Pradana. Foto: Dokumentasi Humas UMM

Dosen HI UMM, Hafid Adim Pradana. Foto: Dokumentasi Humas UMM

Hafid Adim Pradana, dosen program studi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang, turut menanggapi pergerakan transfer pemain oleh klub-klub Liga Profesional Arab Saudi ini melalui kacamata studi Hubungan Internasional.

“Langkah Arab Saudi dalam mendatangkan pemain-pemain bintang layaknya Ronaldo, Benzema, dan yang terbaru Neymar jelas menguntungkan bisnis hiburan Arab Saudi di bidang sepakbola,” ujar dosen yang kerap disapa Adim tersebut.

Kepindahan pemain-pemain bintang ke Liga Profesional Arab Saudi mengundang perdebatan dari berbagai kalangan. Ada yang mengasumsikan bahwa kepindahan pemain-pemain tersebut disebabkan oleh Ronaldo Effect. Di sisi lain, ada juga yang mengasumsikan bahwa kepindahan pemain-pemain itu karena Money Effect.

Ilustrasi uang. Foto: John Guccione/Pexels

Ilustrasi uang. Foto: John Guccione/Pexels

“Untuk masalah jumlah penonton Liga Profesional Arab Saudi, maka asumsi Ronaldo Effect sangat masuk akal. Mengingat influence yang dibawa oleh CR7 sangatlah besar, maka secara otomatis semua mata akan tertuju padanya. Akan tetapi, untuk kepindahan pemain-pemain lain ke liga tersebut, Money Effect lebih masuk akal,” pungkasnya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa nominal uang yang ditawarkan klub-klub Liga Profesional Arab Saudi sangatlah besar. Tentu saja tawaran tersebut sangat susah untuk ditolak oleh para pemain yang mayoritas telah berada pada ujung usia produktif pemain sepakbola—antara 23 hingga 28 tahun.

“Kita melihat Brazil sebagai contoh. Rata-rata pemain yang berasal dari negeri joga bonito tersebut berasal dari kalangan menengah ke bawah. Oleh karena itu, orientasi mereka terhadap sepakbola sudah jelas, yaitu untuk mengubah nasib keluarga mereka di negara asalnya,” tambah Adim kepada penulis, Jumat (25/8/2023).

Terakhir, Adim menjelaskan bahwa pergerakan transfer gila-gilaan ini merupakan salah satu indikasi dari probabilitas Liga Arab Saudi untuk menggeser hegemoni Eropa sebagai kiblat sepakbola.

“Akan tetapi, kita tidak bisa melihat efeknya dalam kurun waktu dekat. Sama halnya dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pergeseran tersebut dapat diamati dalam kurun waktu puluhan hingga ratusan tahun mendatang,” ujar Kepala Laboratorium Hubungan Internasional UMM tersebut.

Sumber: https://kumparan.com/naufal-demelzha/diplomasi-sepakbola-arab-saudi-dosen-hi-umm-berikan-komentar-21BIe9zuEE3/full
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Berita Terpopuler