PMM UMM - Anak SD Negeri 1 Sumberrejo Sedang Menanam bunga di pot dari serabut kelapa
MALANG PASURUAN - Sekelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali menunjukkan kepedulian mereka terhadap lingkungan dan masyarakat melalui program pengabdian yang inovatif di Desa Kucur, kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan pada tanggal 18 Juli s/d 18 Agustus 2024. Mereka berhasil mengubah limbah organik menjadi produk bernilai guna, membuktikan bahwa kreativitas dapat menjadi kunci dalam mengatasi permasalahan lingkungan yang semakin mendesak di era modern ini.
Program yang dilaksanakan selama dua minggu terakhir ini merupakan bagian dari PMM (Pengabdian Masyarakat Oleh Mahasiswa) Tematik UMM, yang mengusung tema "Sosialisasi Pengelolahan sampah di desa Sumberrejo". Tim mahasiswa yang terdiri dari 5 orang dari jurusan Agroteknologi Gelombang 8 kelompok 20 ini berhasil mengintegrasikan pengetahuan akademis mereka dengan kebutuhan nyata masyarakat desa.
"Kami melihat ada potensi besar yang belum dimanfaatkan di dusun Kucur, terutama dalam hal pengelolaan limbah organik," ujar Ryan Akbar, ketua tim PMM UMM. "Banyak limbah seperti serabut kelapa dan sisa makanan yang selama ini hanya dibuang begitu saja. Kami ingin mengubah paradigma ini dan menunjukkan bahwa limbah bisa menjadi sumber daya yang berharga."
Salah satu inovasi utama yang dihasilkan adalah pembuatan pot vertikal garden dari serabut kelapa. Proses pembuatan dimulai dengan pengumpulan serabut kelapa dari Produksi kelapa parut di Desa Kucur. Serabut kelapa kemudian dibersihkan, dikeringkan, dan dibentuk menggunakan jaring besi menjadi pot-pot unik yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga memiliki nilai estetika tinggi.
Pot-pot hasil kreasi mahasiswa dan warga ini kini menghiasi SD Negeri 1 Sumberrejo, memberikan wajah baru yang lebih asri dan edukatif bagi lingkungan sekolah. Sebanyak 20 pot vertikal garden telah dipasang di dinding yang sudah disediakan, menciptakan "dinding hijau" yang tidak hanya indah dipandang tetapi juga berfungsi sebagai paru-paru mini bagi lingkungan sekolah.
Kepala Sekolah SD Negeri 1 Sumberrejo, Bapak daryono selaku guru SD 1 Negeri Sumberrejo., menyambut baik inisiatif ini. "Ini bukan sekadar hiasan, tapi juga sarana edukasi bagi murid-murid kami tentang pentingnya menjaga lingkungan," jelasnya. "Kami sudah memasukkan perawatan tanaman di pot vertikal ini . Ini cara yang bagus untuk mengajarkan tanggung jawab dan cinta lingkungan sejak dini."
Selain pot vertikal garden, tim mahasiswa UMM juga berinovasi dalam pengolahan limbah dapur menjadi pupuk organik berkualitas tinggi. Proses pembuatan pupuk organik dimulai dengan pemilahan sampah dapur, seperti sisa sayuran dan buah-buahan. Sampah ini kemudian dicacah dan dicampur dengan EM4 (Effective Microorganisms 4) untuk mempercepat proses pengomposan erta penambahan inovasi menggunakan Trichoderma. Setelah melalui proses fermentasi selama 2-3 minggu, pupuk organik siap digunakan."Saya tidak menyangka sampah dapur bisa jadi sesuatu yang sangat berguna," ujar Pak Wid, Ketua PKK Desa Kucur. "Dulu kami hanya membuangnya, sekarang kami bisa menghasilkan pupuk sendiri. Ini bisa menghemat pengeluaran untuk membeli pupuk dan juga membantu mengurangi sampah di desa kami."Program ini sejalan dengan visi kami untuk menjadikan Desa Kucur sebagai desa mandiri dan ramah lingkungan," ungkapnya. "Kami berharap program seperti ini bisa terus berlanjut dan bahkan diperluas ke aspek-aspek lain pembangunan desa."
Program ini tidak hanya membawa manfaat langsung bagi Desa Kucur, tetapi juga diharapkan dapat menjadi model bagi desa-desa lain dalam pengelolaan limbah organik. Tim PMM UMM telah mendokumentasikan seluruh proses dan metode yang digunakan dalam sebuah modul yang akan diserahkan kepada pemerintah desa Sumberrejo dan Pihak DPMM.
"Kami berharap apa yang kami lakukan di Desa Kucur bisa menginspirasi desa-desa lain," kata Pak Kriss. "Masalah sampah adalah masalah bersama, dan solusinya juga harus datang dari kerja sama semua pihak."
Dengan inovasi sederhana namun berdampak besar, mahasiswa UMM telah membuktikan bahwa solusi untuk masalah lingkungan bisa dimulai dari hal-hal kecil di sekitar kita. Mereka tidak hanya membawa perubahan fisik ke Desa Kucur, tetapi juga mengubah pola pikir masyarakat tentang pengelolaan limbah."Ini bukan akhir, tapi awal dari perjalanan panjang menuju Desa Kucur yang lebih hijau dan berkelanjutan," tutup Ryan dengan penuh semangat. "Kami berharap semangat ini akan terus hidup dan berkembang, bahkan setelah program PMM kami selesai."
Inisiatif mahasiswa UMM di Desa Kucur ini menjadi bukti nyata bahwa dengan kreativitas, kerja keras, dan kolaborasi yang baik, permasalahan lingkungan dapat diatasi. Hal ini juga menunjukkan peran penting perguruan tinggi dalam membawa perubahan positif di masyarakat, sekaligus mempersiapkan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki kepekaan sosial dan lingkungan yang tinggi.