Tim mahasiswa Fikes UMM kembangkan alat kontrasepsi dari buah leunca. Foto: umm.ac.id/
Apa yang pertama kali terlintas di benak kalian saat mendengar buah leunca? Sayuran yang memiliki bentuk bulat dan kecil ini mungkin sering dikonsumsi sebagai lalapan bagi banyak orang.
Namun di tangan mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini, buah leunca justru dijadikan sebuah inovasi. Adinda Shakira dan teman-temannya menjadikan buah leunca sebagai alat kontrasepsi.
Mereka membuat sebuah alat kontrasepsi nabati menggunakan formula tansdermale patch berbahan leunca. Formula ini untuk mengantarkan obat ke dalam kulit.
Dikombinasikan dengan beberapa bahan lainnya, seperti HPMV-PVP dengan bahan aktif ekstrak etanol daun binahong memungkinkan produk memiliki elastisitas yang baik serta mampu menyerap air. Sehingga, kata Adinda, selain sederhana, penggunaan alat ini juga relatif aman.
"Bahan-bahan tersebut dipilih karena banyak membawa manfaaat. Di antaranya mudah dilepaskan, menghindari degradasi obat di saluran pencernaan, praktis dan nyaman, dan juga mudah dihilangkan apabila ditemukan efek negatif dalam penggunaan," kata Adinda dikutip dari laman UMM, Kamis (2/11).
Alat ini dinilai mampu menjadi antifertilitas nabati bagi individu. Inovasi buatan Adinda cs mampu memberikan efek terhadap penuruan jumlah rata-rata spematozoa pada laki-laki.
"Alat kontrasepsi nabati yang kami coba ciptakan ini jauh lebih sederhana dalam pemakaiannya, tinggal tempel saja di bagian tubuh tertentu dan efeknya akan langsung bisa dirasakan," tambahnya.
Adapun untuk pemilihan buah leunca sendiri, tak lepas dari penemuan bahwa buah tersebut telah terbukti secara ilmiah mengandung senyawa tanin, saponin, flavonoid, serta solasodin. Senyawa ini dapat memengaruhi spermatogenesis karena menekan sekresi hormon reproduksi yang diperlukan selama proses reproduksi.
"Pemilihan bahan dan media ini diharapkan mampu secara efektif meningkatkan partisipasi laki-laki dalam menunda kehamilan dan kelahiran anak. Sehingga secara sistemik mampu menekan angka pertumbuhan penduduk di Indonesia yang dalam jangka panjang juga diharapkan mampu meningkatkan kualitas penduduk di Indonesia," tambahnya.
Saat ini, pengembangan produk alat kontrasepsi nabati telah melewati berbagai proses, mulai dari uji pH, uji kelembaban, dan berbagai proses lainnya. Adinda mengatakan, produk tersebut sudah 90 persen rampung dan baru akan diujicobakan ke kalangan terdekat terlebih dahulu.
"Untuk saat ini kita berfokus pada produksi dan penggunaan untuk lingkup terdekat terlebih dahulu. Namun, tidak menutup kemungkinan dalam pengembangannya, produk ini dapat diproduksi dan dipasarkan secara luas sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat banyak," tutupnya.