Inflasi Rendah Menjadi Daya Tarik Investor

Author : Humas | Kamis, 13 Desember 2012 14:15 WIB | Lensa Indonesia - Lensa Indonesia

LENSAINDONESIA.COM: Inflasi yang rendah diakui bakal menjadi daya tarik tersendiri bagi investor. Keyakinan tersebut diakui pakar ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Yunan Syaifullah, Kamis (13/12/2012).

“Investor memang akan sangat tertarik untuk berinvestasi jika kondisi aman, pelayanan publik kondusif dan inflasi rendah. Mereka akan sangat tertarik untuk melakukan invetasi,” jelas Yunan Syaifullah.

Dosen ekonomi UMM ini sangat berharap, instansi yang berwenang bisa menjaga inflasi agar tidak tinggi. Dia pun sangat yakin bila inflasi rendah itu bakal banyak investor yang akan datang dan melakukan investasi.

Untuk itu tidak berlebihan bila Bank Indonesia (BI) melalui Tim Pengendali Inflasi (TPI) terus berusaha keras menekan inflasi. Sebab, inflasi yang rendah diyakini bisa meningkatkan daya saing Indonesia.

Keyakinan itu juga pernah dilontarkan Direktur Kepala Grup Kebijakan Moneter BI, Sugeng. Dia mengatakan bila inflasi yang rendah bisa mendatangkan investor asing masuk ke dalam negeri.

Menurut dia, BI menargetkan inflasi bisa mencapai 4 persen hingga 2015. Harapannya agar Indonesia bisa bersaing dengan negara lain seperti Singapura dan Thailand yang nilai inflasinya pada kisaran 2,5 persen- 3 persen.

Kata Sugeng, bahwa bila inflasi terus ditekan mendekati negara kompetitor itu Indonesia bisa berkompetisi dalam menjaring investor asing. “Hanya saja untuk menekan inflasi itu tidak boleh drastis. Perlahan dan bertahap,” katanya usai menjadi nara sumber dalam Seminar Perekonomian Terkini, Prospek Perekonomian 2012, dan Arah Kebijakan Moneter ke Depan di Malang.

Pertimbangannya, kata dia, agar pertumbuhan ekonomi tidak mengalami kontraksi.  Untuk itu, target BI pada 2013 dan 2014 inflasi bisa 4 persen ± 1 persen. Itu dengan catatan risiko-risiko yang muncul  harus tetap dijaga.

Risiko yang dimaksud disebutkan seperti kenaikan komoditas volatile food, komoditas bahan pangan. “Bahkan, kebijakan administered price juga tetap harus diwaspadai,” tegasnya.

Menyinggung kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang rencananya dinaikkan sebesar 15 persen pada 2013 secara bertahap, diprediksi tidak akan terlalu berdampak pada inflasi. Sebab, pengguna listrik  450 VA-900 VA tidak dinaikan.

Sedangkan bahan bakar minyak (BBM) 2012 tidak naik karena tidak ada ruang di APBN. Tapi, APBN 2013 ada peluang bagi pemerintah   menaikkan BBM. Meski begitu, wacana yang dikembangkan pemerintah bukan menaikkan, namun penghematan.

“Sebenarnya BBM bisa dinaikkan asal momen dan besarannya tepat. Sebab, kalau BBM terlalu murah  konsumsi bisa berlebihan dan boros. Itu karena impor BBM bisa membengkak,” katanya.

Karena itu, papar dia, BBM harus bisa dihemat demi devisa  dan rupiah  tidak terdepresiasi. Sehingga,  risiko tekanan inflasi relatif moderat.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Malang, Totok Hermiyanto juga menegaskan bila inflasi di daerah pun harus ikut menjaga. Dia mengatakan bila inflasi di Malang diprediksi mencapai 4,27 persen meskipun  saat Agustus 2012 capai 2,87 persen.

Inflasi itu karena berkaitan dengan momen hari raya, harga pangan global, serta adanya gangguan pasokan pangan.  Pada akhir tahun ini juga terdongkrak momen Natal dna Tahun baru.

Meski begitu, dia optimistis inflasi 2012 ini bakal tetap terjaga sesuai dengan target. Sebab, kepercayaan masyarakat masih  cukup tinggi dan  nilai tukar uang masih terkendali.  Sehingga, pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 6,3-67 persen.

Sumber: http://www.lensaindonesia.com/2012/12/13/inflasi-rendah-menjadi-daya-tarik-investor.html
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Berita Terpopuler