Bisnis.com, MALANG—"Butterfly Hug” mampu mengatasi masalah perilaku self-harm dengan cara yang lebih positif dan mudah diterima oleh pelajar.
Wahyuddin Fahrurrijal, Tim Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Prodi Psikologi dalam ajang Program Kreativitas Mahasiswa - Riset Sosial Humaniora (PKM RSH), mengatakan dalam beberapa tahun terakhir, perilaku self-harm (melukai diri sendiri) di kalangan pelajar di Indonesia, termasuk di Malang, semakin bertambah dan sangat mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan dari tekanan emosional, permasalahan sosial, serta pengaruh dari media sosial sehingga membuat banyak remaja merasa terisolasi dan cemas.
“Penelitian kami membawa secercah harapan baru. Melalui teknik terapi “Butterfly Hug,” tim dari UMM berusaha mengatasi masalah perilaku self-harm dengan cara yang lebih positif dan mudah diterima oleh pelajar,” katanya, Kamis (12/12/2024).
Menurutnya, gagasan yang sangat inovatif ini terinspirasi dari drama Korea yang berjudul "Its Okay Not to Be Okay". Tak disangka, gagasan tersebut dapat membawa tim UMM menjadi juara ke-3 pada ajang PIMTANAS bulan lalu.
angka perilaku self-harm di kalangan pelajar di Malang. Namun, kami belum menemukan tindakan yang tepat untuk mengatasinya. Kemudian, salah satu teman kami teringat pada sebuah teknik terapi yang diperkenalkan dalam drama Korea Its Okay Not to Be Okay yaitu Butterfly Hug,” kata Wahyuddin Fahrurrijal.
Dia ditemani Ramadani Nur Pratiwi, Maulidatul Aisyah dan Anisa Nur Akhidah. Mereka merupakan mahasiwa psikologi UMM yang didampingi Ahmad Sulaiman, dosen pembimbing.
Butterfly Hug, yang dalam bahasa Indonesia berarti “pelukan kupu-kupu,” awalnya dikenal sebagai teknik relaksasi yang digunakan untuk mengurangi kecemasan dan stres.
Dalam drama tersebut, karakter utama menggunakannya sebagai salah satu cara untuk mengelola perasaan traumatis dan depresif. Teknik ini kemudian diadaptasi oleh tim kami untuk dijadikan solusi alternatif bagi pelajar di Malang yang seringkali merasa tertekan dengan berbagai masalah, baik dari lingkungan keluarga, sekolah, maupun pergaulan. “Butterfly Hug” adalah salah satu bentuk meditasi yang melibatkan pemelukan diri sendiri.
Dia menegaskan, teknik ini terbilang sederhana, namun efektif untuk menenangkan perasaan dan membantu individu mengatur emosi mereka. Caranya pun sangat mudah, yaitu dengan menyilangkan kedua tangan di depan tubuh dan memeluk bahu sendiri. Kemudian, peserta diminta untuk menutup mata perlahan sambil melakukan pengaturan napas menggunakan teknik “4-4-4” (tarik napas dalam 4 detik, tahan selama 4 detik, dan hembuskan selama 4 detik). Proses ini dapat dilakukan berulang-ulang sampai individu merasa lebih tenang dan nyaman.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tim, dia menegaskan, terapi Butterfly Hug terbukti efektif dalam meningkatkan self-acceptance pada pelajar yang sebelumnya terlibat dalam perilaku self-harm.
Teknik ini memberi mereka alat untuk mengelola perasaan mereka secara lebih positif, sehingga mereka dapat mengurangi perilaku melukai diri sendiri.
“Berdasarkan hasil asesmen yang dilakukan tim kami, beberapa faktor utama yang menyebabkan pelajar melakukan perilaku self-harm adalah masalah keluarga, tekanan sosial di lingkungan teman sebaya, serta pengaruh media sosial,” ujarnya.
Masalah keluarga yang tidak terselesaikan, kata dia, seringkali menjadi pemicu utama. Pelajar merasa tidak mendapatkan dukungan dari keluarga, yang menyebabkan mereka merasa tertekan dan kesepian.
Selain itu, masalah hubungan pertemanan juga bisa memperburuk keadaan, karena mereka merasa tidak mampu menyelesaikan masalah emosional mereka dengan teman-teman. Namun, faktor yang paling dominan adalah pengaruh dari media sosial. Banyak pelajar yang terjebak dalam tren di dunia maya, dan melakukan self-harm untuk menunjukkan kesedihan atau untuk mendapatkan perhatian dari banyak orang.
Dalam melakukan penelitian ini, mereka mendapati tantangan yang cukup intens. Apalagi ini merupakan topik yang cukup sensitif sehingga perlu adanya kehati-hatian dalam menyampaikan dan menengahi topik.
Lebih jauh lagi, mereka berharapa seluruh pihak, mulai dari sekolah hingga orang tua, dapat bekerja sama untuk memberikan dukungan yang lebih baik kepada pelajar yang sedang menghadapi masalah kesehatan mental.
“Kami juga ingin Butterfly Hug dapat menjadi teknik terapi yang lebih dikenal dan diterima luas di kalangan pelajar,” ucapkan. (K24)