FOTO: Salwa Januwaryanti
Kurangnya Toleransi Ekonomi di Indonesia
Oleh: Salwa Januwaryanti
Mahasiswi semester 2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Malang
_____________________________
OPINI – Toleransi merupakan salah satu hal yang penting di kehidupan kita. Makna dari toleransi sendiri yaitu seperti sikap saling menghormati sesama. Negara kita yang multi kultural, etnis, dan agama, maka toleransi menjadi sebuah keniscayaan untuk memperkokoh ikatan kebangsaan yang harmoni dalam gerakan satu napas, satu cita cita luhur untuk hidup bersama adil makmur dan sejahtera.
Namun sayangnya, pada masa sekarang ini sikap toleransi pada sesama mulai hilang. Alasan hilangnya sikap toleransi tersebut biasanya karena adanya perbedaan, contohnya perbedaan agama, sosial ekonomi dan budaya.
Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) KH Said Aqil Siradj mengatakan tantangan Indonesia saat ini dan ke depan bukan hanya toleransi soal agama tapi juga masalah ekonomi. Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyerukan pentingnya toleransi dalam kehidupan di Indonesia. Sikap toleransi itu untuk menciptakan suasana damai antar warga.
Faktor toleransi yang selama ini menjadi budaya unggulan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia telah berkurang. Toleransi yang menjadi perekat dalam persatuan tergadaikan dengan sikap sebagian masyarakat kita yang egoisme, individualis, pragmatis dan materialisme. Anehnya lagi ketidaktoleransian ini bukan hanya diiwujudkan dalam sikap-sikap keagamaan saja yang mengklaim paling benar dari pada yang lain.
Tapi dalam bidang ekonomi munculnya sikap-sikap yang sangat tidak toleran lebih parah sekali. Memang seperti kita ketahui, di Indonesia banyak lahan atau sumber daya alam kita yang dikuasai segelintir orang saja. Banyak rakyat kita yang hanya jadi penonton saja. Ibaratnya, yang kaya tambah kaya dan yang miskin tambah miskin. Tidak ada pemerataan ekonomi. Indonesia mengalami masalah kesenjangan ekonomi dan kesejahteraan sosial akibat perilaku ekonomi yang eksploitatif dan kapitalis.
Bayangkan segelintir manusia yang tak lebih hanya 10% dari jumlah penduduk Indonesia saja tapi menguasai sebagian besar aset kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ini mulai dari hulu dan hilir. Anehnya dibalik gemerlapnya kemewahan dan pesta pora yang mereka lakukan dalam menikmati kekayaan yang dimilikinya, mereka tak peduli dengan kemiskiinan dan kebodohan yang merajalela.
Fenomena ini menjadikan kecemburuan dan sikap ketidaktoleransian sejatinya akan membahayakan kedaulatan bangsa ke depan. Maka agar ini tidak terjadi dikemudian hari, toleransi ekonomi harus dibangun atas dasar ekonomi berkelanjutan dan sesungguhnya bumi, air dan seluruh kekayaan yang ada selama ini harus dipergunakan untuk kemakmuran rakyatnya dan bukan monopoli oleh sekelompok manusia.
Namun, kenyataannya, karena kurangnya toleransi ekonomi pada bangsa ini, maka wajar bangsa ini akan selamanya menghadapi masalah kesenjangan, dililit hutang, dan kemiskinan. Akibat kesenjangan ekonomi yang terjadi akan menjadi salah satu faktor terciptanya konflik di masyarakat.
Menanggapi hal tersebut, Anggota Dewan Pengarah BPIP lainnya, Shudamek Agoeng Waspodo mengatakan, untuk mengatasi masalah kesenjangan sosial adalah dengan pemberdayaan UMKM. Menurutnya jumlah UMKM di Indonesia mencapai 60 juta pelaku, sehingga jika dari setiap UMKM dapat memberi lapangan pekerjaan untuk 1 sampai 2 orang, maka sebanyak 90 sampai 120 juta tenaga kerja bisa diberdayakan.
Selain itu kata dia, UMKM di Indonesia juga memiliki kontribusi yang baik dan terus meningkat setiap tahunnya. Selain itu hal yang harus dilakukan oleh mayarakat agar meningkatkan toleransi di bidang ekonomi akan toleransi sederhananya dengan turut mengelola zakat, wakaf, dan sodaqoh sebagai bentuk riil dari toleransi ekonomi.
Nantinya bisa digunakan untuk mendukung pelaku usaha kecil serta membantu masyarakat lewat pembagian takjil di jalan raya dengan sasaran warga tidak mampu, sebagai bagian dari bentuk toleansi ekonomi yang lebih konkrit. Para pengusaha harus peduli dengan masyarakat di sekitarnya dan juga pemerataan ekonomi harus dilakukan.
Sikap kita terhadap keberagaman ekonomi adalah saling menghormati, saling meneladani kesuksesan orang lain dan melakukan persaingan secara sehat.