Mahasiswa manajemen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil mengembangkan sebuah aplikasi berbasis Internet of Things (IoT). Dia adalah Afta Gita Muhammad. Afta berhasil mengembangkan Tcah Angon. Sebuah apliksi yang dirancang khusus untuk memudahkan peternak lokal dalam transaksi jual beli ternak.
Pengembangan ini dilakukan bersama tim lintas universitas dari beberapa kampus. Bahkan tim ini sukses menyabet penghargaan di ajang ‘Internasional Science and Invention Fair’ dengan mengangkat inovasi yang menggabungkan teknologi dan kearifan lokal Jawa, November ini.
“Awalnya, kami sempat kesulitan menentukan subtema. Setelah diskusi panjang, kami akhirnya memilih subtema teknologi yang sesuai dengan jurusan masing-masing anggota tim. Kebetulan kami dari prodi yang berbeda, ada yang manajemen, informatika, peternakan dan lainnya,” ujar Afta.
Menurut Afta, kolaborasi lintas disiplin ini menjadi kunci keberhasilan mereka dalam mengembangkan aplikasi yang relevan dan bermanfaat bagi masyarakat. Adapun pemilihan nama Tcah Angon diambil dari bahasa Jawa yang berarti ‘anak-anak penggembala’ dan terinspirasi dari tradisi lokal Jawa. “Kami ingin aplikasi ini mudah diingat oleh pengguna dan terkesan akrab dan mewakili masyarakat peternak,” jelasnya.
Tcah Angon dirancang agar para peternak bisa melakukan transaksi secara digital melalui aplikasi. Meskipun saat ini aplikasi baru dikembangkan dalam bentuk desain tampilan (UI/UX) dan belum memasuki tahap pengembangan penuh, namun desain yang disajikan sudah sangat spesifik. “Lewat aplikasi ini, peternak bisa melihat harga ternak, deskripsi spesifikasi ternak, dan melakukan pemesanan. Semua bisa dilihat dengan mudah lewat aplikasi yang kami rancang,” tutur Afta.
Hal ini dinilai sangat membantu para peternak, terutama di wilayah pedesaan seperti Dampit, Malang, yang menjadi fokus uji coba aplikasi Tcah Angon. Selain mendesain aplikasi, tim Afta melakukan survei lapangan untuk memahami kebutuhan peternak secara langsung. Salah satu kendala yang dihadapi adalah pemahaman para peternak terhadap teknologi baru ini. “Kami berusaha membuat aplikasi yang sederhana dan mudah diakses oleh peternak, terutama mereka yang belum akrab dengan teknologi digital,” jelasnya.
Pengalaman di kompetisi internasional ini bukanlah yang pertama bagi Afta, meskipun baru kali ini ia mengangkat proyek bertema IoT. Ia mengakui bahwa keberhasilan ini berkat kerja keras dan dukungan rekan-rekannya. “Kuncinya adalah pembagian peran sesuai keahlian masing-masing. Dukungan penuh dari prodi dan UMM juga memiliki peran besar. Apalagi di UMM semua mahasiswa bisa ikut apapun dan ada wadah yang bisa menampung potensi mereka masing-masing,” pungkasnya. (imm/udi)