APEL Tolak Kampanye Terbuka

Author : Humas | Senin, 17 September 2012 21:06 WIB | Malang Post - Malang Post

BATU – Penggunaan lapangan desa/kelurahan di wilayah Kota Batu, benar-benar tertutup untuk kampanye terbuka bagi semua pasangan calon Pilkada tahun ini. Senin (17/9) siang bertempat di Balai Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu, 20 Kades dan 4 Lurah tergabung dalam Asosiasi Petinggi dan Lurah (APEL), berkumpul menandatangani surat pernyataan penolakan yang Selasa hari ini dikirim ke Kantor KPU kota dingin ini.
‘’Alasan keberatan kami tetap, yakni faktor keamanan karena khawatir terjadi bentrokan pendukung. Memang teman-teman petinggi (Kades) dan lurah dari asosiasi APEL, tadi (kemarin) ngajak kumpul di Balai Desa Sidomulyo. Kesemuanya kompak menandatangani penolakan, yang besok (hari ini) kami kirim ke KPU,’’ ujar Kades Sumberjo Kecamatan Batu, Budiarto yang kali pertama melakukan penolakan.
Penolakan tersebut, merupakan fenomena baru dalam kancah tahapan Pilkada Kota Batu. Menurut pengamat politik dari FISIP Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Dr Asep Nurjaman, fenomena tersebut karena timbulnya simpati warga Kota Batu terhadap Walikota Eddy Rumpoko yang dnilai berhasil memimpin kota ini selama lima tahun.
Karena KPU mencoret nama ER - sapaan Eddy Rumpoko - dari tahapan pencalonan walikota, responnya sebagai bentuk kepedulian warga terhadap keberhasilan kepemimpinan putra sulung Ebes Sugiono itu, mereka menolak penggunaan lapangan desa di wilayahnya untuk tempat kampanye terbuka para calon.
‘’Diakui atau tidak, banyak warga menilai Eddy Rumpoko telah berhasil memimpin Kota Batu selama lima tahun. Hasilnya bisa mereka nikmati. Karena itu, warga simpati dengan Eddy Rumpoko yang dianggap sedang dikuyo-kuyo,’’ ujar kata Asep kepada Malang Post, kemarin.
Lulusan S3 ilmu politik itu juga menambahkan, kepemimpinan Eddy Rumpoko selama lima tahun sudah banyak membawa perubahan. Baik dari segi ekonomi, maupun pembangunan menjadikan Kota Apel itu sebagai daerah kunjungan wisata andalan Jatim.
Setiap hari libur, tempat wisata di kota dingin ini selalu dipadati wisatawan. Imbasnya pun, pada roda perputaran ekonomi karena wisatawan membelanjakan uangnya selama berada di Kota Batu.
‘’Rasa simpati itu timbul, karena melihat walikota yang mereka cintai berhasil tidak lagi dapat melanjutkan kepemimpinannya. Padahal mereka sudah menikmati keberhasilan itu,’’ terangnya.
Disinggung efektifitas menggelar kampanye terbuka di lapangan terbuka, Pembantu Dekan FISIP UMM itu berpendapat, kampanye model tersebut untuk wilayah Kota Batu, justru tidak efektif.
Karakteristik warga kota wisata ini sudah punya pilihan sendiri, dan dengan kampanye terbuka akan kesulitan untuk mengubah pilihan mereka.
Pilihan yang mereka punyai sudah dianggapnya yang terbaik. Karena itu, kampanye terbuka akan sangat menghabiskan energi. Cara lain, lewat kampanye dialogis dan simpatik, justru lebih tepat.
‘’Tapi kalau Eddy Rumpoko bisa maju dalam Pemilukada tahun ini, dia tidak memerlukan kampanye lagi karena masyarakat akan memilihnya lantaran sudah mengetahui kepemimpinannya selama lima tahun ini,’’ terangnya. (aim/lyo)

Sumber: http://www.malang-post.com/beritautama/politik/53610-apel-tolak-kampanye-terbuka
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Berita Terpopuler