Di Thailand, Anak SD Sudah Paham MEA

Author : Humas | Selasa, 09 Februari 2016 23:33 WIB | Malang Post - Malang Post

MALANG - Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Malang bekerja sama dengan Asosiasi Program Studi Sosiologi Indonesia (APSSI) menyelenggarakan kegiatan Diskusi Awal Tahun dengan tema “Percikan Pemikiran Sosiolog-Sosiolog Indonesia Menghadapi MEA di Jawa Timur”. Kegiatan dilaksanakan pada hari kamis, 4 Februari 2016 bertempat di Ruang Sidang Senat UMM. Acara ini dihadiri  Ketua Asosiasi Program Studi Sosiologi Indonesia (APSSI) Dr. Muhammad Najib Azca, MA dan Ketua Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang adalah Muhammad Hayat, MA.
Sebagai pembahas utama dalam diskusi ini adalah Sosiolog Unair Prof. Dr. Emy Susanti, MA, Sosiolog UGM Dr. Muhammad Najib Azca, MA, Sosiolog IPB Dr. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc.Agr, Sosiolog UI Dr. Ida Ruwaida Noor dengan moderator Sosiolog UMM Dr. Vina Salviana DS, M.Si. Pembahas Pendamping adalah Sosiolog-Sosiolog dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Brawijaya (UB) Malang, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Universitas Andalas (UNAND) Padang, Universitas Wijaya Kusuma (UWK) Surabaya.
Dr. Muhammad Najib Azca, MA, salah satu pembahas utama menegaskan, negara-negara Asean sudah sangat siap menghadapi MEA.
”Bahkan di Thailand anak-anak SD sudah paham apa itu MEA. Sementara di Indonesia, MEA belum menjadi pengetahuan bersama masyarakat Indonesia. Kalaupun ada masih sebatas di lingkungan kampus,” ungkap Muhammad Najib.
Sementara Dr Ida Ruwaida menegaskan, sumber daya manusia menjadi point yang sangat penting saat menghadapi MEA. Senada, Dr. Arya menegaskan, menghadapi MEA Identitas Lokal harus dikuatkan. Karena ini merupakan power yang sangat luar biasa.
Prof. Dr. Emy Susianto, MA, Sosiolog Unair Surabaya menegaskan, MEA akan bermuara pada perkembangan ekonomi. Sedangkan perempuan selama ini telah memiliki kontribusi aktif terkait peningkatan ekonomi negara melalui industri rumahan yang mereka ciptakan. Sayangnya, selama ini industri tersebut masih dinilai rentan dan rawan karena belum ada hukum yang melindungi.
Untuk itu para sosiolog-sosiolog diharapkan mampu menjembatani melalui pemikiran kepada pemerintah untuk membuat perlindungan hukum kepada para perempuan yang bergerak aktif di industri informal.
“Oleh karena itu sosiolog diharapkan menyumbangkan pemikiran mereka yang pro perempuan,” ujarnya.
Di lain sisi Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UMM, Dr. Asep Nurjaman, M.Si menyatakan, selama ini perempuan menjadi kekuatan ekonomi di Indonesia.
“Mereka tidak tergantung pada perubahan kebijakan makro, walaupun krisis masih tetap eksis,” katanya.
Oleh karena itu, para sosiolog perlu memperhatikan potensi industri rumahan yang berbasis gender itu. Pemerintah diharapkan dapat memberikan kesadaran tentang pentingnya perempuan terkait peranan mereka dalam menghadapi ekonomi global.
“Bisa dengan sosialisasi peningkatan kemampuan perempuan untuk memperkokoh posisi mereka di area ekonomi,” jelasnya.
Dikatakan lagi oleh Nurjaman, sebagai tuan rumah, FISIP UMM terutama jurusan Sosiologi dapat menjadi perantara untuk mengumpulkan pemikiran-pemikiran sosiolog dalam menyongsong MEA. Ia berharap hasil dari diskusi ini dapat memberi penceraham kepada pemerintah untuk menghadapi MEA dari segi sosial budaya, dengan membangkitkan potensi gender untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Saat ini UMM telah melaksanakan pendampingan terhadap UMKM industri kreatif di Jawa Timur melalui LPPM dan Lembaga Kajian Perempuan (LPK). Dengan adanya lembaga tersebut, diharapkan industri kreatif lokal dapat bersaing di ranah Internasional. “Untuk mewujudkan itu perlu adanya bantuan dari sosiolog untuk berkecimpung di ranah sosial dan budaya,” tambahnya. (mg6/adv/oci)

Sumber: http://malang-post.com/
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Berita Terpopuler