MALANG - Tak banyak dokumentasi yang bisa ditemukan jika kita ingin tahu seputar kiprah perjuangan tokoh-tokoh lokal Muhammadiyah, terlebih di Malang. Adalah Masluhatin atau Mbah Dollah, salah satu tokoh yang cukup punya andil kepada persebaran spirit filantropi Muhammadiyah di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
Kisah pengabdiannya kepada masyarakat, melatarbelakangi tim Bamboe.Films yang digawangi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) membuat film bergenre dokudrama (atau dokumenter drama). Aksi kedermawanan Mbah Dollah melalui amal usaha yang dimilikinya membuat ia dikenang masyarakat.
Film yang diproduksi mahasiswa sinematografi Kine Klub UMM ini menceritakan biografi Mbah Dollah. Dengan judul “Amal, Jejak Langkahku”, film ini berhasil memenangkan lomba Pekan Seni Muhammadiyah 2019 tingkat Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisiyah se-Indonesia di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (13-15/08).
Mella Dwi Purnama, produser film ini mengaku tertarik dengan sosok Mbah Dollah lantaran kegigihan beliau dalam memperjuangkan Muhammadiyah. Hal ini terlihat saat masyarakat sekitar tempat tinggalnya yang belum mengetahui Muhammadiyah tidak menginginkan adanya tokoh yang berambisi membangun Muhammadiyah di daerah tersebut.
“Saat itu banyak tekanan dari masyarakat sekitar. Bahkan setiap malam terdapat keranjang batu berisi kotoran manusia yang diletakkan di depan rumahnya. Akan tetapi dengan kegigihannya, hingga saat ini masyarakat selalu mengamalkan pelajaran dari beliau,” sebut Mella yang merupakan mahasiswa semester 5 Ilmu Komunikasi dirilis Humas UMM.
Tidak hanya hal tersebut yang membuat tim Bamboe.films mengangkat ketulusan Mbah Dollah dalam membangun amal usaha yang diperuntukkan untuk masyarakat. Dari berbagai amal usaha yang ia buat, seperti TK Aisiyah ABA 16 Dinoyo, SD Aisiyah, SMP Muhammadiyah 4, dan juga padepokan Hizbul Wathon, ia gunakan untuk bersedekah dan berdakwah kepada masyarakat.
Film yang disutradarai oleh Jaka Teguh Nugraha menjadi peluang sebagai salah satu dokumentasi tokoh Muhammadiyah yang saat ini jarang ditemui. Melihat peluang tersebut, Bamboes.Films akan terus mendistribusikan film tersebut melalui festival dan pemutaran alternatif.
“Menurut kami, film tidak boleh hanya berhenti pada saat launching saja. Daripada kadaluarsa di tempat penyimpanan, lebih baik diikutkan lomba ataupun pemutaran alternatif. Agar film tersebut dapat bertemu dengan penontonnya, karena film dan penonton adalah jodoh,” sebut Mella. (oci)