Kampus Bukan Sekadar Jaga Cagar Budaya

Author : Humas | Minggu, 08 Desember 2013 13:22 WIB | Malang Post - Malang Post

MALANG - Pendidikan agama di perguruan tinggi belum berpihak pada pluralisme. Karena itulah Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berupaya menegaskan identitas lembaga sebagai kampus yang profesional dan bukan sekadar menjaga cagar budaya.
“Perguruan tinggi profesional itu mau menerima apapun ideologi yang ada, sebaliknya kalau sifatnya cagar budaya saja maka orientasinya adalah mempertahankan ideologi sang pendiri,” ungkap Dekan FAI UMM, Drs. Faridi M.Si dalam Refleksi Akhir Tahun Potret Keberagamaan Bangsa 2013 yang diadakan oleh FAI UMM di ruang teater UMM Dome, Sabtu (7/12).
Karena bersifat profesional, lanjutnya maka akan lahir teori-teori ilmu baru dari masyarakat akademiknya. Termasuk dalam menyikapi keberagaman yang selama ini memunculkan semangat penyeragaman, bukan kesiapan untuk hidup bersama dalam perbedaan. Dalam tataran doktrin, lanjutnya, semua agama mengajarkan kebaikan. Akan tetapi ketika doktrin tersebut diaktualisasikan para pemeluknya, agama rentan memunculkan prahara.
“Dialog yang berorientasi pada penyempitan perbedaan guna membangun teologi kerukunan menjadi keniscayaan, dan ini menjadi tanggung jawab semua elemn masyarakat,” tegasnya.
Sementara itu dalam sesi dialog Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dr Haedar Nasir Msi menilai jenis kekerasan agama sulit dihentikan lantaran banyak umat beragama melakukan kekerasan dengan anggapan hal itu merupakan bagian dari ajaran agamanya. “Mereka merasa mewakili Tuhan dan menganggap kekerasan sebagai hal suci,” kata Haedar. 
Guru Besar Sosiologi Islam UMM, Prof Dr Syamsul Arifin Msi mengungkap dalam beragama semangat saja tidak cukup, tapi harus juga dibarengi pengetahuan yang memadai. Syamsul juga
berpesan bahwa dalam sikap hidup sehari-hari kita tidak perlu terlalu membeda-bedakan. “Jadi kalau mau nolong orang itu, jangan ditanya agamanya apa,” tandasnya.
Dalam refleksi ini, hadir pula Pembantu Rektor II UMM Drs Fauzan MPd yang menyebut kegiatan ini sebagai bagian dari evaluasi keberagamaan kita yang selama ini hanya terjebak dalam doktrin. “Percuma jika kita rajin beribadah jika secara sosial justru merusak,” ujarnya.
Sesi kedua membahas tentang pengaruh agama dalam ekonomi-politik Indonesia oleh Guru Besar Sosiologi Agama UMM Prof Dr Ishomuddin MSi, Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Surabaya Dr Akhmad Muzakki MPhil, dan Dosen FAI UMM Pradana Boy ZTF MA(AS).
Dalam paparannya, Pradana menyebut bahwa Islam di Indonesia maknanya telah menyempit karena terjebak dalam labelisasi, baik dari sisi ekonomi maupun politik. “Dari sisi ekonomi, penyebutan Islam di media bisa meningkatkan rating, sementara dari sisi politik, Islam dimanfaatkan untuk mendulang suara jelang Pemilu,” kata kandidat doktor National University of Singapore ini.

Sumber: http://malang-post.com/pendidikan/78162-kampus-bukan-sekadar-jaga-cagar-budaya
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Berita Terpopuler