MENJADI seorang chief Marketing Communication Mall tak pernah terlintas di benak Suwanto. Namun pengalamannya semasa kuliah menjadikan dirinya siap ketika harus memasuki dunia yang benar-benar baru. “Dulu sempat mengajar bahasa Inggris. Ternyata ada manfaatnya juga, saya jadi lancar ketika harus berhadapan dengan orang-orang asing,” jelas pria jebolan FISIP jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang ini.
Namun, Marketing Communication tak hanya membutuhkan kemampuan berbahasa Inggris saja. Menguasai konsep marketing, pembuatan event, hingga manajemen karyawan juga harus dikuasainya. Karena itulah, pria yang akrab disapa Wanto ini mengaku, pada tiga bulan awal bertugas sebagai Chief Marketing Communication, dirinya tak melakukan hal lain kecuali pengamatan. Tak ada keputusan yang keluar dari Wanto di awal menjalani jabatan baru.
“Mau membuat keputusan apa, saya ini nggak tahu. Sementara orang-orang dibawah saya lebih berpengalaman. Jadi saya hanya melihat saja selama tiga bulan awal,” kenangnya.
Dari tiga bulan pengamatan tersebut, Wanto pun mendapat kesimpulan, bahwa untuk menjadi seorang chief tak melulu dibutuhkan kemampuan untuk menguasai lapangan. Karena merupakan tim, maka harus ada eksekutor konsep yang cerdas dan manajemen sumber daya agar setiap divisi bisa berjalan bersama. “Dan tugas saya memang banyak di pembuatan konsep dan manajemen karyawan. Untungnya dulu juga diajarai teknik komunikasi sehingga bisa diterapkan di dunia kerja., hanya saja di awal bertugas ada beberapa orang juag yang masih meragukan kemampuan saya,” pungkasnya. (fia/mar)