Laboratorium Penangkap Gas Metan Diujicoba

Author : Humas | Selasa, 00 0000 | Malang Post - Malang Post

Pemkot Malang bersama Universitas Muhammadiyah Malang membangun laboratorium gas penangkap gas metan kali pertama di Indonesia, yaitu di TPA Supiturang. Alat penangkap gas metan yang dibiaya dari dana hibah BGP engineering Belanda diuji cobakan penggunaanya kemarin.

Gas metan yang ditangkap melalui alat penangkap gas metan (Flaring) dibakar dan menghasilkan C02. Sehingga dapat mencegah kerusakan alam dan pemanasan global. Pasalnya, gas metan merupakan salah satu gas berbahaya yang memiliki daya rusak 21 kali lipat ketimbang C02. Gas ini juga merusak lapisan ozon.

Gas metan itu racun yang memiliki daya rusak lebih besar dari karbondioksida. Dengan ditangkap melalui flaring, gas metan yang ditangkap langsung dibakar untuk menghasilkan C02, kata Direktur Pusat Kajian Energi, Lingkungan dan Pembangunan Daerah Universitas Muhammadiyah Malang, Prof. La Ode Kamaludin kepada Malang Post, di sela-sela soft launching alat penangkap gas metan di TPA Supiturang Malang.

Menurutnya, Lab alat penangkap gas metan yang dibangun UMM bersama Pemkot Malang itu merupakan lab kali pertama yang ada di Indonesia. Pemanfaatan pertama gas metan yang telah ditangkap hanya dibakar. Selain dibakar, gas metan yang berhasil ditangkap bisa juga untuk memutar turbin listrik, bisa juga menghasilkan energi listrik yang cukup baik.

Meski Lab Penangkap gas metan yang dibangun di TPA Supiturang terlihat sederhana, tapi teknologi yang digunakannya teknologi tinggi. Alat itu dilengkapi dengan solar sel dan juga computer yang tersambung internet. Computer itu mampu merekam banyaknya gas metan yang telah terbakar.
Data-data itu akan langsung ditransfrer secara otomatis ke UMM dan juga BGP yang ada di Belanda.

Alat beserta instalansi yang telah terbangun kurang lebih menghabiskan dana sekitar Rp 1 miliar. Flaring mampu membakar gas metan tujuh meter kubik per jam. Jumlah itu bisa ditingkatkan, ada alat pengatur yang dapat mengatur besarnya gas metan yang dibakar, ungkapnya.

Rektor UMM, Muhadjir Effendy, MAP menambahkan, lab penangkap gas metan tidak hanya untuk pengembangan pendidikan, ke depannya akan dikembangkan sebagai profit center. Pengembangan itu tidak berdiri sendiri, tapi terkait dengan riset strategis, khususnya energi alternatif. Saat ini baru tahap penjinakan gas metan yang dibakar. Nantinya akan dikembangkan untuk profit center. Butuh waktu lama memang, tapi kehadiran lab itu sudah dapat membantu pemanasan global, tandasnya. 

Sumber: http://malangraya.web.id/2009/06/12/laboratorium-penangkap-gas-metan-diujicoba/
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Berita Terpopuler