MALANG - Lembar kegiatan siswa (LKS) menjadi hal yang lumrah dikerjakan siswa sebagai bahan latihan. Namun sayangnya banyak LKS yang hanya menyajikan jawaban instan berupa pilihan ganda dan jawaban singkat. Hal ini menyebabkan siswa menjadi malas membaca materi dan langsung membaca soal.
Kendati di LKS diberikan rangkuman materi pelajaran, namun materi tersebut merupakan materi berupa poin-poin. Jika hal itu terus dibiarkan, dikhawatirkan kemampuan siswa untuk memahami bacaan, berpikir kritis, dan kreatif dalam memecahkan masalah tidak akan berkembang. Permasalahan ini menarik karena tidak dialami oleh mahasiswa tetapi justru pada jenjang SD, SMP, dan SMA yang seharusnya dididik untuk berbudaya membaca, berpikir kritis, dan analitis.
“Guru harus bisa mencermati LKS mana yang layak untuk dikerjakan siswa. Kalau soal bacaan berupa pilihan ganda dan jawaban singkat akan menyebabkan siswa malas membaca karena tinggal memilih saja, apalagi untuk matapelajaran bahasa,” ujar Dr. Ribut Wahyu Eriyanti, M. Si, M. Pd dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Ribut menambahkan tujuan LKS adalah memandu apa yang dilakukan guru. Namun sayangnya LKS yang benyak beredar saat ini justru merancang soal dengan jawaban singkat. “LKS dibuat dengan jawaban singkat untuk menekan biaya produksi. Kalau membuat LKS dengan menyajikan jawaban panjang maka akan memperbanyak kertas yang dugunakan,” ujar perempuan berjilbab ini.
Ribut menambahkan, dengan adanya model LKS yang hanya menyajikan jawaban pilihan ganda dan jawaban pendek hanya akan menjejali siswa dengan fakta informasi saja tanpa diberi kesempatan untuk mengevaluasi dan menyimpulkan sendiri materi tersebut.
Hal ini semakin menguatkan anggapan pendidikan di Indonesia hanya menekankan pada hasil, bukan pada prosesnya. Padahal, belajar bukan hanya menekankan pada hasil saja, tetapi juga pada proses pemahaman siswa menghadapi permasalahan.
“Anak kelas 1 hingga kelas 3 SD bisa saja mengerjakan soal dengan menghafal, bukan memahami soal. Jika hal ini dibiarkan, nantinya siswa tidak terbiasa mengerjakan soal terbuka dengan jawaban panjang. Guru harus kreatif untuk membiasakan siswa mengerjakan soal jawaban panjang,” pungkas perempuan ramah ini. (nin/eno)