Mendikbud, Muhadjir Effendy, setelah memberikan orasi ilmiah pada Dies Natalis UM, Rabu (26/10). Ia menyalami sivitas akademik UM. (IST/ Malang Post)
MALANG – Potensi pariwisata, pertanian, ekonomi kreatif dan kemaritiman di Indonesia sangat besar. Hanya saja, Indonesia masih kekurangan calon guru SMK yang membidangi kempat potensi itu untuk mendidik para generasi baru yang akan mengembangkan empat sektor itu.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menyebutkan, Indonesia saat ini membutuhkan empat bidang yang memiliki peluang besar namun minim kompetitor, yakni bidang pariwisata, pertanian dalam hal ketahanan pangan, sektor ekonomi kreatif dan kelautan (kemaritiman). Sayang, tenaga pendidik di bidang tersebut masih minim. Belum ada calon guru SMK dari keempat bidang tersebut.
“Kita punya kekayaan alam luar biasa, empat bidang tersebut menjadi andalan. Sayang calon guru SMK bidang pariwisata, masih sedikit bahkan nyaris rendah,” kata Mendikbud, saat memberi orasi ilmiah pada Dies Natalis ke-62 UM, Rabu (26/10) kemarin.
Hal ini lanjutnya, menjadi tantangan perguruan tinggi berbasis Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP), seperti UM, dalam memenuhi tenaga terampil kreatif di keempat bidang tersebut.
Dia menyebutkan, platform masa kepemimpinan Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia (RI) saat ini berpacu pada dua sektor utama, yakni pendidikan karakter untuk pendidikan dasar mulai jenjang SD dan SMP dan pendidikan vokasi, dengan fokus tak hanya SMK melainkan juga lembaga kursus yang sudah terstandardasisasi dengan baik.
Dari kedua platform tersebut, Muhadjir mengumpamakan jika nantinya komposisi tenaga kerja Indonesia seperti sebuah gentong. Tenaga kurang terampil akan berada di bawah dan jumlahnya berangsur sedikit. Sedangkan yang menggelembung di tengah adalah tenaga terampil yang kompetitif dan produktif, lulusan SMK dan lembaga kursus.
“Ini menjadi tanggung-jawab LPTK untuk membuat gelembungan ini semakin membesar, salah satunya adalah tugas UM menciptakan tenaga pendidik untuk selanjutnya dapat melahirkan sumber daya manusia yang kreatif dan produktif,,” tegasnya. Sedangkan sisi teratas, merupakan tenaga profesional yang dihasilkan oleh lulusan perguruan tinggi.
“Saya optimis kalau ini diterapkan, kedepan negara kita akan diisi tenaga yang terampil dan kreatif,” tukasnya penuh keyakinan. Mantar rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu menyebutkan jika di era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan banyak tenaga terampil yang masuk ke Indonesia. Sedangkan anak bangsa, harus menjadi inovator di negeri sendiri.
“Dalam dokumen global index, daya saing Indonesia turun dari peringkat 41 menjadi 37. Dibutuhkan banyak inovasi untuk mendongkrak hal itu, UM saya harap dapat meningkatkan peringkat inovasi dari sivitas akademiknya,” paparnya.
Bicara soal inovasi, Muhadjir juga mengulas sedikit tentang paten. Di Indonesia, jumlah paten masih tergolong rendah yakni 31 paten per 1 juta penduduk. Angka tersebut nampak jauh dengan perkembangan Malaysia, yang memiliki 246 paten per 1 juta penduduk.
“Saya sangat mendukung rektor UM, untuk mendorong sivitas akademika melakukan inovasi untuk memperbanyak jumlah paten,” imbuhnya.
Meski demikian, ia memperingatkan agar masing-masing perguruan tinggi memperhatikan dan mempelajari betul terkait prosedur membuat paten. Jangan sampai, karya dari sumber daya manusia di negara kita malah dipatenkan negara lain.
“Perguruan tinggi jangan gegabah unggah karya kalau belum diberi paten, yang punya karya inovasi hati-hati! Lebih baik daftarkan dulu ke hak paten,” tuturnya. (nia/aim)