MALANG - Pengamat Muhammadiyah dari Chiba University, Jepang, Prof. Nakamura Mitsuo kemarin hadir dalam kuliah tamu di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Dalam paparannya Nakamura menuturkan sebagai kekuatan civil society, Muhammadiyah bisa jadi jaring pengaman sosial (social safety net).
“Di saat negara sedang mengalami kesulitan dan krisis, maka organisasi sosial seperti Muhammadiyah dapat diandalkan sebagai penyelamat kekuatan masyarakat,” ujarnya.
Ditambahkannya, kelas menengah yang semakin ‘gemuk’ di Indonesia akan melahirkan kekuatan tersendiri. Dan apabila terjadi kesenjangan dengan kaum pinggiran dan masyarakat miskin maka kekuatan ini akan sulit dibendung. Muhammadiyah, katanya, dapat menjembatani kalangan menengah itu untuk membantu kelas-kelas sosial di bawahnya.
Di sisi lain, dalam kuliah tamu yang diikuti akademisi UMM dan beberapa pengurus Pimpinan Wilayah dan Daerah Muhammadiyah itu, Nakamura tak segan-segan mengkritik Muhammadiyah.
Menurutnya, dulu Muhammadiyah dibangun dengan susah payah oleh orang-orang orang yang berani mengambil risiko, berdedikasi tanpa pamrih. Sekarang dia mengkhawatirkan kesenimbungan generasi seperti itu sudah sangat sulit. Dia menyontohkan UMM.
Lebih lanjut, Nakamura juga menilai Muktamar di Jogjakarta beberapa waktu lalu cukup sukses dalam hal selebrasi Satu Abad Muhammadiyah. Tetapi secara penguatan intelektual dan ideologi belum ada pematangan yang berarti.
Untuk itu, Nakamura menawarkan gagasan agar Muhammadiyah selalu melakukan mawas diri atau instropeksi diri. Tidak perlu menggembar-gemborkan jumlah umatnya karena memang tidak ada data yang akurat mengenai itu. Semua orang sudah tau kiprah Muhammadiyah, sehingga yang diperlukan adalah pendataan itu untuk mengetahui dirinya sendiri agar arah pengembangannya lebih jelas dan terukur.
“Jangan sekadar dilihat dari kegiatan ini dilaksanakan, kegiatan yang lain tidak dilaksanakan saja. Tapi ukurannya apa harus jelas,” katanya. (oci/eno)