Bedanya Dosen di Indonesia dengan Swinburne Australia

Author : Humas | Selasa, 10 September 2019 12:33 WIB | Malang Times.com - Malang Times.com

 

MALANGTIMES - Dosen di Indonesia selain harus mengajar juga berkewajiban meneliti. Namun, hal ini berbeda dengan universitas kelas dunia, khususnya di Swinburne University of Technology, Australia.

Ada tiga macam dosen di Swinburne. Teaching Only, Research Only, dan Conventional. Teaching Only tidak memiliki kewajiban untuk meneliti, tugasnya hanya mengajar sedangkan Research Only kebalikannya. Untuk Conventional, dosen berkewajiban meneliti dan mengajar.

"Perbedaan ini adalah sebuah upaya untuk tetap memfokuskan lembaga pendidikan dalam melaksanakan cita-cita dan kewajibannya," ujar salah satu dosen Swinburne University of Technology, Dr Dina Wahyuni di  Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) belum lama ini.

Untuk diketahui, Dina adalah salah satu ilmuan diaspora dari Indonesia yang menjadi dosen tetap di luar negeri.

Lulusan S1 Universitas Negeri Jember, Jawa Timur ini membagikan pengamatan lingkungan akademik universitas kelas dunia di Australia, khususnya di mana dirinya mengajar sebagai seorang diaspora Indonesia. 

Ekosistem riset yang ada di kampusnya diakui Dina tak jauh berbeda dengan kampus di Indonesia. Hanya saja, di Australia, penelitian besar-besaran diprakarsai oleh pemerintah. “Tahun ini, kami sedang meneliti emisi karbon,” imbuhnya.

Menurut Dina, untuk menuju World Class University atau universitas kelas dunia, butuh keseriusan membentuk budaya akademik yang baik. Mulai dari riset hingga pelayanan pendidikan pada para mahasiswa. 

Dina pun mencontohkan. Saat mengajar, dia memiliki tanggung jawab mengajar 1.000 mahasiswa pada satu matakuliah. 

Kemudian mahasiswa itu dibagi menjadi dua kali pertemuan. Artinya, satu kali pertemuan ada 500 mahasiswa yang diajar dalam kelas besar. "Kelas teori hanya berlangsung dua jam. Selanjutnya adalah kelas tutorial yang dibagi dalam kelas-kelas kecil bersama para instruktur masing-masing," terangnya.

Selain kelas secara langsung, ada juga kelas online. Kelas online tidak sepenuhnya berjalan online. Tetap ada 12 kali pertemuan tatap muka yang dilakukan. Dalam praktiknya, kelas online ini hampir mirip dengan yang diterapkan Universitas Terbuka di Indonesia.

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Berita Terpopuler