Sebelum dikenal sebagai pengusaha kontraktor sukses Ir Gufron Marzuki pernah berjualan serabutan semasa kuliah (foto: Ghufron for MALANGTIMES) |
MALANGTIMES - Kesuksesan memang tidak datang tiba-tiba. Semua berawal dari kerja keras dan keberanian melunturkan ego dan gengsi.
Menjadi salah satu pengusaha sukses di Malang, siapa sangka bila pria ini dulunya berjualan minyak tanah dari rumah ke rumah. Rasa malu dan gengsi ia tinggalkan bukan hanya demi rupiah. Baginya selagi muda ia harus berbuat sesuatu. Siapa dia?
Ia adalah Ir H Ghufron Marzuqi. Sosok Ghufron dikenal sebagai kontraktor sukses. Bisnis Ghufron melalangbuana hingga ke beberapa daerah di Indonesia. Tidak saja di Malang, proyek yang ia tangani juga ada di banyak daerah seperti Bali dan Makasar.
Sebelum menjadi kontraktor sukses, Ghufron ternyata sempat berjualan minyak tanah. Tahun 1985, bersama rekannya dari Universitas Brawijaya (UB) dari rumah ke rumah menawarkan minyak tanah.
"Saya kerja serabutan. Apa saja saya kerjakan karena saya ingin mandiri. Waktu itu semester lima. Saya masih ingat ada dosen UB menawarkan konsep bisnis door to door (dari rumah ke rumah). Saya waktu itu yang angkat tangan dan mempraktekkan langsung teori tersebut," cerita Ghufron saat ditemui MALANGTIMES, Minggu (29/10/2017).
Ia menjelaskan, meski berstatus mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Ghufron biasa bergaul dengan mahasiswa kampus lain. Paling getol dengan teman-temannya di kampus UB. Bahkan, meskipun tidak tercatat sebagai mahasiswa UB Ghufron sering ikut perkuliahan di kampus yang sekarang dipimpin Prof Dr Muhammad Bisri ini.
"Saya kuliah di UMM kan sore. Paginya saya ikut kelas di UB. Kan zaman segitu, dipanggil nama angkat tangan aja saya. Pede saja begitu. Saya ikut kelas jurusan ekonomi meski saya anak teknik," tutur pria yang mengenyam studi jurusan teknik sipil di UMM itu.
Ide berjualan door to door menurutnya cemerlang. Pada tahun 1980-an, memang belum banyak orang yang berani melakukan. Gufron berinisiatif mengajak teman-temannya.
"Pulang kuliah saya bagi tugas ke teman-teman. Waktu itu kami muter mencari konsumen. Siapa yang butuh minyak tanah. Kami beli dalam wadah jerigen lalu kami bagi-bagi ke rumah-rumah yang butuh. Seminggu setelah itu uang kami terima, terus begitu," jelas pria asal Madiun ini.
Duduk di bangku mahasiswa, Ghufron tinggal di rumah sewa di Jalan Ikan Mas II Nomor 1 Kelurahan Tunjungsekar Kecamatan Lowokwaru Kota Malang.
"Sebagai anak perantauan saya ingin hidup mandiri. Saya bilang ke ibu saya. Bu, sudah saya jangan dikirimi lagi. Doakan saja mudah-mudahan Allah memberi saya rezeki dan enggak tahu caranya sejak itu saya kerja apa saja. Bukan cuma jualan minyak tanah," kisahnya.
Mengenang awal ia berjualan, Ghufron tertawa lepas. Selain berjualan minyak tanah, rupanya ia juga sempat berjualan ayam dan ikan mujaer.
"Pokoknya saya ini serabutan, apa saja yang bisa saya lakukan saya lakukan, termasuk jualan minyak tanah ini. Saya masih ingat kalau pulang kuliah terkadang tas saya penuh uang receh dari pelanggan minyak tanah," kenang Ghufron.
Masa muda Ghufron diakuinya dihabiskan dengan bekerja dan bekerja. Pulang larut malam sudah jadi kebiasaan dia. Apalagi ia bukan hanya berjualan satu barang saja. Berbagai barang dagangan ia coba tawarkan.
Ia masih ingat menjelang Hari Raya Idul Fitri ia berjualan kartu lebaran. "Dulu kan zamannya kartu lebaran. Saya beli dari Yogyakarta. Saya masih ingat beli satu pick up lalu dijual di jalan-jalan di Kayutangan," kata dia.
Diakui Ghufron usaha berjualan kartu ucapan lebaran memberi keuntungan lumayan. Meski begitu ia tak berhenti sampai di situ. Bila ada acara ia tetap berjualan. Kali ini berbagai macam barang salah satunya kaus. "Salah satunya kaus sablon. Saya jualan apa saja, uangnya saya putar terus," ungkapnya.
Ghufron mengaku dari usaha serabutan yang ia jalani saat kuliah itu ia terlatih bekerja keras.
"Sampai sekarang saya enggak bisa diam. Jam dua belas malam baru tidur dan subuh bangun untuk salat dan aktivitas. Kuncinya selain kerja keras ya jangan gengsi. Saya zaman muda enggak ada istilah gengsi kerja sana, kerja sini, semua dilakukan apa adanya," tukas dia. (*)