 |
TABLOIDMATAHATI.COM, UMM CORNER– Pertania modern menjadi isu penting di republik ini, khusunya generasi muda di Indonesia. Sebagai negara agraris seharusnya generasi muda mengambil peran pertanian. Berangkat dari hal itu, jurusan Agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menghadirkan Tsuji Kasunari, Associate Profesor dari Saga University, Jepang, sebagai nara sumber seminar virtual international pada (25/1/2020) lalu.
Dijelaskan Tsuji tren pertanian yang sedang terjadi di Jepang saat ini terdapat pengurangan produksi dan ekonomi dalam aspek pertanian. Selain itu, terjadi fenomena penuaan karena hanya sebagian kecil generasi muda di Jepang yang bergerak di sektor tersebut. “Tentu hal ini menjadi masalah serius mengingat tidak ada penerus yang cukup untuk melanjutkan pertanian di Jepang,” akunya.
Akhirnya, lanjut Fuji menyebabkan tren konsumsi pangan di Jepang lebih banyak bergantung pada impor produk pertanian. Menurutnya, tantangan saat ini yang Jepang hadapi adalah mencari solusi untuk mendorong generasi muda agar mamnpu terjun langsung ke sektor pertanian. Tidak hanya itu, mengaktifkan kelompok tani juga menjadi hal lain yang perlu ditindak lanjuti. “Dua masalah ini adalah fokus kami agar keberlangsungan sektor pertanian bisa tetap terjaga hingga masa depan,” uacapnya.
Selama diskusi berlangsung, Tsuji mendapatkan beberapa pertanyaan oleh para dosen jurusan agribisnis. Dr.Ir.Rahayu Relawati, MM, menanyakan tentang strategi untuk mendorong generasi muda agar ada kemauan menjadi petani. Dijawab Tsuji bahwa salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan insentif serta pendapatan sektor pertanian. Temasuk dukungan pemerintah menstabilkan harga produk pertanian.
Tsuji melanjutkan faktor yang mampu meningkatkan pertanian di Jepang adalah sifat rajin yang dimiliki oleh para petani. “Bersama perguruan tinggi dan pemerintah, para petani di Jepang rajin meneliti sesuatu yang bisa menjadi solusi permasalahan yang muncul di bidang pertanian. Ketika sudah ditemukan, solusi itu akan dibagikan dan dijelaskan pada kelompok tani yang lain,” pungkasnya. (foto/rilis: humas umm/editor: doni osmon)
