Malang: Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengukuhkan guru besarnya secara outdoor. Kebijakan ini diambil akibat pandemi virus korona (covid-19).
Guru besar yang dikukuhkan yakni Prof. Dr. Ihyaul Ulum. Pengukuhan Ulum sebagai guru besar bidang akuntansi ini digelar di tengah jembatan menuju gedung kuliah bersama (GKB) I kampus setempat, Kamis, 17 September 2020. Tujuannya, agar sirkulasi udara lebih baik.
Jumlah tamu undangan juga sangat terbatas, yakni hanya 50 orang. Jumlah tersebut sudah termasuk keluarga dan senat UMM, serta menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat.
Dalam pidato ilmiah pengukuhannya, Ulum mengemukakan saat ini banyak usaha yang tidak memiliki aset berwujud atau bermodalkan intelektual (intellectual capital). Era saat ini, kata dia, perusahaan taksi terbesar justru tak memiliki armada. Begitu pula perusahaan ritel terbesar yang tidak memiliki satu pun toko atau gudang.
"Mereka inilah yang disebut startup," kata Ulum melansir Antara, Kamis, 17 September 2020.
Ia menekankan, startup bukan usaha kecil. Ini adalah usaha jenis terbaru dan baru dimulai. Ia mencontohkan, pada akhir 2019, valuasi aset startup bidang ojek daring, Gojek, mencapai USD10 miliar atau setara Rp142 triliun. Angka ini berarti 14 kali lipat dari valuasi aset Garuda Indonesia yang sebanyak Rp 11,07 triliun.
Valuasi aset startup Tokopedia, yang berumur 10 tahun mencapai USD7 miliar atau setara Rp98 triliun. Jumlah ini 15 kali dari valuasi aset Ramayana yang berusia 40 tahun dan punya valuasi aset hanya sekitar Rp5 triliun.
Aset terpenting yang dimiliki startup adalah intangible assets atau aset tak berwujud. Aset ini berbeda dengan aset yang dimiliki oleh Garuda misalnya, yang lebih dominan tangible assets. Intangible assets bentuknya seperti brand, skill, inovasi, dan keterampilan. Aset-aset tak berwujud ini tidak dapat dilaporkan dalam laporan keuangan, karena tidak memenuhi kriteria sebagai aset.
Pada perusahaan konvensional, sambung Ulum, karena tidak dilaporkan, seringkali aset-aset tak berwujud ini diabaikan dan tidak dikelola dengan baik. Sementara, pada perusahaan startup, justru aset inilah yang dibentuk, dimunculkan, dikelola, dan dihargai sangat tinggi.
Baca: Panduan Pembelajaran Masa Covid-19 bagi Orang Tua Diuji Publik
Di sejumlah negara Eropa, selain harus menyusun laporan keuangan, perusahaan publik harus juga menyajikan laporan tentang pengelolaan aset tak berwujud mereka. Bahkan, universitas dan organisasi-organisasi nonprofit, belakangan juga mulai rajin mengungkapkan pengelolaan aset tak berwujud yang mereka miliki.
Intangible assets ini biasa juga disebut dengan istilah intellectual capital (IC) atau modal intelektual. "IC adalah aset tak berwujud. IC dapat berbentuk kepercayaan pelanggan, brand image, pengendalian distribusi, budaya organisasi, keterampilan manajemen, dan sebagainya," paparnya.
Ulum mengaku, selama beberapa tahun terakhir ini fokus pada dampak pengelolaan modal intelektual dan pelaporannya melalui sejumlah media. Misalnya, financial report, annual report, sustainability report, maupun official website organisasi.
Berbasis laporan keuangan misalnya, Ulum menawarkan suatu model untuk mengukur kinerja modal intelektual (intellectual capital performance) yang diberi label modified value added intellectual coefficient (MVAIC).
Model ini cocok hanya untuk perusahaan konvensional. Sedangkan, untuk perbankan syariah, ia memberi label Ib-MVAIC. Selain itu, Ulum juga menawarkan suatu framework untuk pengungkapan modal intelektual perusahaan publik di Indonesia, yakni intellectual capital disclosure framework Indonesia (ICD-In). Ulum juga berusaha memetakan komponen modal intelektual yang dituntut oleh instrumen akreditasi program studi (IAPS) 4.0.
Sementara itu, Rektor UMM Fauzan mengutip pernyataan yang kerap disampaikan Ketua Badan Pembina Harian (BPH) UMM Alm Prof Dr Abdul Malik Fadjar, bahwa menjadi guru besar pada hakikatnya adalah meninggikan antena. Tetapi, tinggi saja tidak cukup. Harus membangun antena yang sinyalnya full. Kemudian, bisa memberikan resonansi dalam radius lokal maupun internasional.
"Prof Ulum adalah antena yang sinyalnya kuat, diharapkan juga bisa memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan UMM. Kami ingin, seluruh guru besar di UMM jangan merasa lelah. Semua harus pasang antena yang tinggi sesuai dengan kepakaran yang dimiliki. Karena satu hal yang ingin kita capai, kebermanfaatan," kata Fauzan.
Seberapa hebat kampus itu, kata Fauzan, jika radius kebermanfaatannya tidak banyak, maka misi kampus belum dicapai. "UMM dibangun dalam rangka untuk menebarkan kebermanfaatan untuk semua umat. Inilah sebabnya, maka slogan yang selalu diusung adalah 'UMM dari Muhammadiyah untuk Bangsa'," ungkap Fauzan.