Wakil Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Bayu Hendro Wicaksono. DOK UMM
Malang: Kasus bullying atau perundungan kian marak terjadi, terutama di sekolah beberapa waktu terakhir. Ironisnya, lingkungan pendidikan yang sudah selayaknya menjadi ruang aman bagi siswa, justru menjadi tempat mengerikan.
Wakil Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Bayu Hendro Wicaksono, mengatakan bila bullying semakin meningkat, akan terjadi ancaman kemunduran pendidikan. Kasus tersebut secara langsung mengafirmasi saat ini masih ada kelompok yang kurang memahami komunikasi budaya yang tepat.
Bullying seringkali hanya terlihat seperti candaan sehari-hari yang diucapkan kepada teman sebaya. Ironisnya, tindakan sederhana tersebut dapat menimbulkan dampak serius.
"Korban perundungan bisa mengalami luka psikis atau emosional yang menyakitkan. Dampak ini bisa berlangsung lama karena memengaruhi ingatan jangka panjang mereka," kata Bayu, Kamis, 26 Oktober 2023.
Bayu mengatakan upaya pencegahan perundungan bisa dimulai dengan meningkatkan iklim sekolah serta melibatkan guru-guru sebagai contoh komunikasi positif. Di samping itu, penegakan aturan juga harus tegas tanpa menambah tekanan siswa.
Ada beberapa aspek yang harus menjadi fokus utama sekolah dalam mengurangi kasus bullying. Pertama, pendidikan komunikatif dan kolaboratif yang dapat diintegrasikan dalam kurikulum.
Hal ini untuk mengenalkan pemahaman lebih dalam tentang bagaimana berkomunikasi dengan efektif. Kedua, pemikiran kritis juga menjadi fondasi utama dalam membentuk pola pikir yang sehat.
“Siswa diajarkan untuk tidak mudah menerima informasi begitu saja, tetapi mampu menganalisis informasi dan memahami berbagai perspektif sebelum membuat keputusan,” ujar dosen Program Studi Bahasa Inggris tersebut.
Bayu juga menyoroti pentingnya menerapkan konsep sekolah ramah anak yang sesuai dengan kebijakan pemerintah. Sayangnya, banyak sekolah belum menerapkannya dengan masif.
Menurutnya, kurikulum pendidikan kini semakin detail, jumlah mata pelajaran bertambah, dan tekanan nilai belajar meningkat. Akibatnya, beban siswa semakin besar.
Dia menekankan kunci menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung, bukan hanya dari segi akademik. Tetapi, juga dari segi kesejahteraan fisik dan mental siswanya.
“Melalui hal ini sekolah dapat menjadi tempat yang aman dan produktif. Kemudian mampu mengarah pada perkembangan yang sehat bagi setiap siswa,” ujar Bayu.
Kuliah di kampus favorit dengan beasiswa full kini bukan lagi mimpi, karena ada 426 Beasiswa Full dari 21 Kampus yang tersebar di berbagai kota Indonesia. Info lebih lanjut klik, osc.medcom.id