BESOK, 13 Februari 2025, Muhadjir Effendy akan dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Pengukuhan yang tertunda 10 tahun setelah jabatan profesor diraihnya di tahun 2014. Tulisan ini mengangkat legasi dan gaya kepemimpinan Muhadjir Effendy saat memimpin Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Membincangkan Prof Dr Drs H Muhadjir Effendy MAP dan dunia pendidikan adalah sebuah fenomena, terutama apabila dilihat dari tiga perspektif: kenegaraan, keumatan, dan kelembagaan. Perspektif kenegaraan karena Muhadjir pernah menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) era kepemimpinan Presiden Jokowi periode pertama dan kedua. Di era Presiden Prabowo Subianto, Muhadjir dipercaya sebagai Penasihat Khusus Presiden Bidang Haji.
Dari perspektif peran keumatan, Muhadjir adalah Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PPM) sejak muktamar ke-47 di Makassar yang membidang pendidikan. Pada muktamar ke-48, ia terpilih lagi sebagai Ketua PPM Bidang Pemberdayaan Ekonomi Umat.
Dari perspektif kelembagaan, selama 40 tahun Muhadjir berperan sebagai pimpinan UMM mulai sebagai Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Pembantu Rektor I Bidang Akademik, lalu menjadi rektor selama 16 tahun, dan sekarang sebagai Ketua Badan Pengelola Harian (BPH) mewakili PP Muhammadiyah.
UMM adalah bagian dari amal usaha Muhammadiyah. Muhammadiyah mengusung tagline sebagai Islam berkemajuan dalam rangka mewujudkan Islam rahmatan lil’alamin yang memberi perkhidmatan pada keumatan, kebangsaan, kemanusiaan, global, dan masa depan. Karakter transformatif menjadi dasar pendirian Persyarikatan Muhammadiyah dan UMM akan terus menjadi roh atau spirit seluruh sivitas akademikanya. Universitas Muhammadiyah mengemban misi Catur Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan Islam berkemajuan.
Kampus transformatif adalah sebuah model yang bertujuan untuk penguatan ekosistem perguruan tinggi dalam kiprahnya sebagai agen perubahan, agen ketahanan, dan agen kemakmuran dalam skala lokal, nasional, maupun global. Kampus transformatif digerakkan oleh kaum intelektual organik yang mengembangkan iptek berbasis, dan untuk pembangunan masyarakat ke arah yang lebih baik, lebih maju, dan meningkat kesejahteraannya. Kampus transformatif adalah perguruan tinggi yang kreatif, inovatif, kolaboratif, inklusif, entrepreneurship dalam menjalankan Catur Dharma Perguruan Tinggi untuk perkembangan iptek dan sekaligus demi kemajuan bangsa dan negara.
LEGASY DAN GAYA KEPEMIMPINAN MUHADJIR
Tulisan ini fokus pada peran Muhadjir Effendy di UMM, khususnya gaya kepemimpinannya selama memimpin UMM. UMM didirikan sejak 1964 dan mengalami perkembangan yang sangat signifikan semenjak kepemimpinan A Malik Fadjar (1983-2000). Tahun 1985-1996 atau 13 tahun Muhadjir menjabat sebagai Pembantu Rektor III, 1996-2000 atau 4 tahun sebagai Pembantu Rektor I, dan tahun 2000-2016 atau 16 tahun sebagai Rektor. Tahun 2016-sekarang atau 16 tahun sebagai wakil ketua dan kemudian menjadi Ketua Badan Pengelola Harian (BPH) yang merupakan perwakilan Pimpinan Pusat Muhammadiyah di UMM.
Selama Muhadjir memimpin UMM, semenjak sebagai Pembantu Rektor dan kemudian menjadi Rektor, UMM terus berkembang maju sampai sekarang. Di antara capaian UMM ialah akreditasi institusi A (Unggul) sejak tahun 2012, PTS terunggul LLDIKTI Jawa Timur selama 15 tahun berturut-turut, Perguruan Tinggi Islam terbaik No 1 tingkat dunia versi Unirank tahun 2021 (era Rektor Prof Fauzan), dan 20 PT terbaik nasional PTN-PTS tahun 2025 (era Rektor Prof Nazaruddin Malik).
Di era kepemimpinan Muhadjir, inovasi dan ekspansi banyak dilakukan untuk mengembangkan unit bisnis, di antaranya mengambil alih Taman Rekreasi Sengkaling, membangun hotel, rumah sakit, SPBU, bengkel mobil, showroom sepeda motor, dan bank perkreditan rakyat (BPR).
Apa kekuatan atau origin of power kepemimpinan Muhadjir sehingga mampu menciptakan legasi selama memimpin UMM?
Pertama, position power. Muhadjir mampu mendayagunakan position power dalam memimpin UMM melalui empat strategi, yaitu (1) memanfaatkan formal authority yang melahirkan kekuasaan kepemimpinan yang efektif dalam mengarahkan, mengoordinasikan, memengaruhi, menggerakkan semua lini komponan organisasi, (2) melakukan control over resource untuk mengendalikan individu dan kelompok agar dalam satu kendali kepemimpinan, (3) memberikan reward kepada yang berprestasi dan punishment kepada yang counter prestasi.
Banyak sekali reward yang diberikan kepada staf yang berprestasi, seperti pergi haji, pergi ke luar negeri, jabatan, dan berbagai insentif. Sedangkan punishment diberikan kepada yang counter prestasi atau tidak sejalan dengan arah kepemimpinannya melalui punishment yang keras tapi tidak mematikan. Lalu (4) melakukan control over information dengan cara aktif menyampaikan berbagai informasi kepada segenap sivitas akademika, dan juga memberikan klarifikasi apabila ada desas-desus atau isu yang tidak sedap berkembang.
Kedua, Muhadjir memiliki personal power yang mumpuni dari berbagai lini, baik dari latar belakang pendidikan maupun pengalaman. Latar belakang pendidikannya sangat mendukung mulai Pendidikan Guru Agama (PGA) 6 tahun dan Sarjana Muda Tarbiyah IAIN Malang, Sarjana IKIP bidang Pendidikan Luar Sekolah (PLS), Administrasi Publik UGM, dan Sosiologi Unair dengan disertasi tentang kepemimpinan di militer. Pengalaman berorganisasinya antara lain menjadi aktivis di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) semenjak kuliah dan menjadi pembantu rektor di usia yang masih muda yakni 27 tahun dan seterusnya sampai menjadi rektor.
Personal power tersebut dibangun melalui: (1) mengembangkan kepemimpinan ekspertis, yakni kepemimpinan bersumber dari keahlian sang pemimpin dalam bidang pendidikan tinggi yang diraih melalui belajar. Muhadjir dapat dikatakan sebagai multitalenta yang expert dalam berbagai bidang ilmu (keagamaan, kependidikan, sosial politik, manajemen kepemimpinan), pandai pidato, menyanyi berbagai genre musik, dan mendalang, (2) memelihara persahabatan dari para loyalis dan berupaya memelihara person-person dan kelompok-kelompok dalam organisasi, dan (3) membangun karisma melalui gaya kepemimpinan yang penuh percaya diri, mendengarkan aspirasi bawahan, dan berani mengambil risiko.
Ketiga, political power. Muhadjir menyadari bahwa memimpin perguruan tinggi dengan jumlah dosen dan karyawan mencapai 1.500-an orang dan jumlah mahasiswa sekitar 40 ribu orang bukan perkara mudah. Untuk itu, langkah dan strategi yang dikembangkan meliputi: (1) control over decision processes, mengontrol setiap proses pengambilan keputusan, agar setiap keputusan tidak merugikan kepentingan lembaga dan tidak melemahkan posisi dan kepemimpinannya. Muhadjir sering mengatakan seorang pemimpin tidak boleh ‘telmi’ (telat mikir), sesat pikir, atau salah pikir, (2) melakukan koalisi, yaitu menjalin kerja sama dengan banyak pihak internal dan eksternal untuk mencapai tujuan organisasi. Di masa kepemimpinan Muhadjir, UMM melampaui batas-batas ideologi, politik, dan keagamaan. Banyak anak tokoh Nahdlatul Ulama (NU), nonmuslim, dan mahasiswa asing yang studi di UMM, (3) melakukan koptasi, yaitu strategi menarik, menerima, atau menggabungkan individu atau kelompok yang awalnya tidak setuju, out layer, atau tidak terlibat dalam suatu tujuan, termasuk dengan cara menawarkan keuntungan atau posisi yang menguntungkan. Dengan kooptasi ini semua sumber daya manusia dapat dioptimalkan demi kemajuan organisasi.
Keempat, manajer dan administer. Muhadjir bukan hanya seorang leader dan manajer, tapi juga memiliki kemampuan sebagai seorang administer (kemampuan administratif). Ada adagium yang mengatakan ‘pemimpin yang baik belum tentu bisa menjadi manajer yang efektif, tetapi manajer yang efektif bisa menjadi pemimpin yang baik’. Kemampuan sebagai manajer dan administer ini diwujudkan melalui: (1) kemampuan membangun relasi melalui kecakapannya membangun tim, mengelola konflik, membangun networking dan dukungan dari stakeholder internal maupun eksternal, (2) di antara kecakapan administratif adalah keandalan dalam mencari dan memberikan informasi, klarifikasi, dan monitoring dinamika organisasi, (3) kecakapan dalam fungsi-fungsi manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, konsultasi, pendelegasian tugas, dan pemecahan masalah.
Meskipun di awal kepemimpinan dia sempat ada yang meragukan kemampuannya, melalui keempat strategi manajemen kepemimpinan itulah, Muhadjir mampu melanjutkan dan meningkatkan kepemimpinan A Malik Fadjar dalam melejitkan UMM melalui inovasi dan ekspansi dari Muhammadiyah untuk bangsa.
LEGASI DI BIDANG AKADEMIK
Pengembangan akademik difokuskan pada pengembangan akademik dosen dan mahasiswa. Pengambangan akademik dosen antara lain dilakukan dengan cara: (1) penelusuran lulusan S-1 yang memiliki kompetensi unggul serta dedikasi untuk kader, dikembangkan potensinya dan dicarikan beasiswa luar negeri dan dalam negeri. Dosen yang telah menyelesaikan pendidikan doktor diberi insentif untuk mengadakan kegiatan akademik ke luar negeri, khususnya negara-negara Eropa dan Amerika. Hal ini bertujuan agar para doktor baru semakin luas horizonnya, memiliki samangat dan rasa percaya diri yang tinggi, (2) untuk meningkatkan kemampuan bahasa asing, para dosen dikursuskan bahasa Inggris bekerja sama denga IALF (Indonesia Australia Language Foundation) agar dapat lolos pendanaan beasiswa luar negeri dan dalam negeri.
Adapun untuk pengembangan akademik bagi mahasiswa, Muhadjir mengambil langkah-langkah sebagai berikut: (1) membuat kelas internasional bagi mahasiswa yang akan dijadikan sebagai ujung tombak alumni UMM untuk memasuki pasar kerja yang kompetitif, (2) membuat kampung Arab dan Inggris untuk mengasah kemampuan bahasa mahasiswa, (3) menggiatkan kegiatan akademik bagi lembaga-lembaga kemahasiswaan.
LEGASI DALAM PENGEMBANGAN UNIT BISNIS
Semasa kepemimpinan Muhadjir, pengembangan unit bisnis mendapatkan perhatian yang serius. Pengembangan unit bisnis bertujuan, pertama, mengembangkan UMM sebagai kampus entrepreneur yang memiliki fokus pada pengembangan jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) di kalangan mahasiswa. Di UMM para mahasiswa tidak hanya diajarkan ilmu pengetahuan akademik, tetapi juga diberikan pelatihan dan keterampilan yang mendukung mereka untuk menjadi wirausaha. Dalam hal ini Muhadjir mengambil langkah-langkah kebijakan berupa: (1) mendirikan pusat pelatihan dan workshop kewirausahaan, di mana mahasiswa dilatih tentang cara memulai dan mengelola bisnis, pemasaran, perencanaan keuangan, dan inovasi produk, (2) membuat inkubator bisnis yang bertujuan membantu mahasiswa untuk mengembangkan ide bisnis mereka, memberikan mentor, dan akses ke pendanaan, (3) kompetisi kewirausahaan, dengan aktif menyelenggarakan kompetisi bisnis internal kampus dan eksternal untuk mendorong mahasiswa agar berpikir kreatif dan inovatif dalam merancang ide bisnis, dan (4) kolaborasi dengan dunia industri, bekerja sama dengan perusahaan atau organisasi yang memberikan kesempatan magang, pelatihan, atau pendanaan bagi mahasiswa yang memiliki ide bisnis potensial.
Kedua, Pendirian unit bisnis juga bertujuan agar UMM memiliki kemandirian secara finansial dalam arti memiliki berbagai sumber pendanaan: mahasiswa, bantuan pemerintah, unit usaha yang dikembangkan, serta usaha lain seperti kerja sama dengan lembaga dalam dan luar negeri.
UMM di bawah kepemimpinan Muhadjir serius mengembangkan unit bisnis ini antara lain berupa (1) Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah Malang (RS UMM). RS UMM merupakan salah satu RS pendidikan terbesar di Indonesia yang berjaya memberikan layanan kesehatan untuk masyarakat luas. Dengan gedung yang megah, luas, layanan prima, dan peralatan yang canggih, RS UMM mendapatkan apresiasi yang tinggi dari masyarakat.
(2) Akuisisi Taman Rekreasi Sengkaling, yaitu arena bermain anak-anak dan keluarga yang luas dilengkapi dengan hotel ‘Kapal Garden’ dan wisata kuliner dan mendapatkan apresiasi masyarakat luas. (3) Mendirikan hotel yang awalnya diberi nama ‘University Inn’ dan di era kepemimpinan Prof Fauzan dan Prof Nazaruddin Malik dikembangkan menjadi hotel bintang 4 dengan halaman luas dan fasilitas sebagaimana layaknya hotel bintang 4. Hotel ini sekarang bernama Rays Hotel yang juga berjaya mendapatkan apresiasi masyarakat. (4) Mendirikan SPBU untuk keperluan warga kampus dan masyarakat umum yang juga mendapatkan kepercayaan masyarakat. (5) Mendirikan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), dan (6) unit-unit bisnis lainnya seperti bengkel mobil Rinjani, showroom sepeda motor, penyewaan UMM Dom untuk publik, koperasi, penerbit dan book store.
Unit-unit bisnis tersebut tidak semata untuk mencari keuntungan, tetapi juga dijadikan laboratorium bagi dosen dan mahasiswa, tempat magang, pengembangan diri penelitian, dan tentu sebagai brand bagi UMM sebagai kampus entrepreneur, kampus inovatif dan ekspansif, juga kampus transformatif.
LEGASI DI BIDANG KEMAHASISWAAN
Sebagai mantan aktivis kemahasiswaan dan juga mantan pembantu rektor bidang kemahasiswaan selama 11 tahun, Muhadjir sangat memahami dunia kemahasiswaan. Selama kepemimpinannya, dunia kemahasiswaan mengalami kemajuan yang sangat signifikan, antara lain dengan berbagai kegiatan seperti (1) menyelenggarakan program P2KK (Pengembangan Kepribadian dan Kepemimpinan). Seluruh mahasiswa wajib mengikuti program ini di kamp selama 10 hari untuk digembleng dalam hal keagamaan dan moralitas, kepribadian, serta kepemimpinan, (2) Student Day sebagai arena kreativitas kegiatan kemahasiswaan sesuai dengan minat dan bakat, (3) berbagai penguatan kegiatan kemahasiswaan di bidang olah akademik, keagamaan, olahraga, dan seni. Jargon yang dikembangkan di bidang kemahasiswaan ialah ‘Tiada prestasi yang tidak dihargai dan tiada pelanggaran yang tidak diberi sanksi’.