MALANG, Mediasuarapublik – Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan kesehatan dan kekhawatiran terhadap residu kimia pada bahan pangan, konsumsi sayur organik menjadi pilihan utama bagi masyarakat. Walaupun harganya terbilang lebih mahal, minat terhadap sayur organik terus melonjak. Dibudidayakan tanpa menggunakan bahan kimia, sayur organik dianggap lebih sehat dan ramah lingkungan.
Meski demikian, perlu diingat bahwa tidak semua produk organik bebas dari residu. Prof. Dr. Ir. Rahayu Relawati, M.M., dosen Agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), menjelaskan, pertanian organik tetap menggunakan pestisida. Hanya saja berbahan herbal seperti daun paitan dan daun mimba.
“Selain itu, pupuk kandang dari hasil olahan feses hewan juga umum digunakan. Tetapi, jika proses fermentasinya belum optimal, maka bakteri jahat pada pupuk tersebut masih hidup. Inilah yang menyebabkan potensi alergen dan risiko kontaminasi bakteri pada sayur organik,” jelasnya.
Oleh karena itu, konsumen harus cermat dalam memilih sayur organik yang tepat, yakni yang telah bersertifikasi organik. Alasannya, produk bersertifikasi sudah melalui pengecekan tempat budidaya sehingga keamanan dan mutunya terjamin.
“Sayur organik itu ukurannya kecil, karena produksinya tidak dipacu dengan pupuk kimia. Ciri lainnya adalah tampilan yang kurang cantik karena adanya lubang bekas gigitan hewan kecil. Itu jadi indikasi bahwa sayur tersebut tidak mengandung bahan kimia,” papar Guru Besar Agribisnis tersebut.
Meskipun sudah membeli dengan selektif, tahapan proses pencucian sayur juga harus dilakukan dengan benar. Sayuran yang bertumpuk sebaiknya dicuci satu persatu dengan air mengalir dan menggunakan garam. Ini bertujuan untuk membantu membunuh hewan-hewan kecil seperti ulat yang menempel pada sayur.
Rahayu juga menekankan, konsumen sebaiknya membeli sayur organik secukupnya agar kondisinya tetap segar. Dalam penyimpanannya pun harus menggunakan wadah organik. Contohnya seperti besek atau keranjang anyaman dari bambu dan ditutup dengan kain bersih yang telah dibasahi.
“Sayur organik juga harus dimasak dengan tepat untuk mempertahankan kualitas nutrisi. Lebih baik dikukus dengan waktu sekitar dua menit saja, kecuali sayuran yang keras seperti wortel. Alasannya, agar kandungan vitamin, nutrisi, dan serat pada sayur tetap terjaga,” tambahnya.
Di akhir, Rahayu menyampaikan, memilih sayuran organik tidak hanya menjadi salah satu bentuk kepedulian terhadap kesehatan dan lingkungan, tetapi juga menjadi langkah konkrit dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs). “Konsumsi sayur organik juga sebagai upaya nyata dalam menjaga keberlanjutan lingkungan,” tutupnya. [YW/Red]